Apa kabar Bahasa Indonesia? Ah, lama tak jumpa. Anak zaman sekarang lebih suka berbahasa Indonesia yang mengada-ada, yang semaunya saja, yang tulisannya dibolak-balik pun dipadupadankan dengan angka. Apa namanya.. 4L4Y! Ahhay, saya juga tidak tahu apa artinya. Hanya dengar-dengar saja istilah mereka. Maaf, bukan hendak menghujat. Saya sekadar berpendapat, sebab bahkan Bahasa Indonesia yang saya gunakan tetap saja sering belum tepat. Sudahlah.. dan kenapa postingan ini terkesan seperti sepucuk surat?
Bahasa Indonesia dan Mereka yang Mencinta. Semoga judul ini berhubungan dengan tema Penerapan Bahasa Indonesia dalam Berkomunikasi yang diberikan panitia lomba blog Gempita Bulan Bahasa powered by Indosat. Lalu apa sebenarnya kaitan antara cara berbahasa Indonesia zaman sekarang dengan judul postingan ini?
Setiap kali mendengar seruan untuk berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar saya selalu teringat pada mereka. Mereka yang mencinta. Iya, mereka yang mencintai Bahasa Indonesia. Mereka yang adalah sejumlah orang yang gemar berbahasa Indonesia. Mereka yang dengan tiga kelompok usia. Saya perkenalkan pada kalian, orang-orang hebat itu adalah dik Rahman, kak Andhika, dan Ibu Ermintien Lukas (Almh). Mereka cinta pada Bahasa Indonesia bukan berarti tidak paham bahasa daerahnya, tapi maksud saya cinta mereka itu ‘utuh’. Ketika berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia mereka tidak pernah sekalipun (menurut pendengaran saya) mencampuradukkan dengan bahasa lain. Baik berupa campuran kata atau partikel-partikel lain khas daerah mereka. Ah, begini saja.. biar saya jelaskan satu persatu pada kalian.
Rahman, adik sepupu saya yang berusia 10 tahun. Ketika Rahman mulai lancar berbicara, ayahnya menelpon saya, mengabarkan bahwa adik kecil ini sudah pandai bercerita. Rahman mengajak saya berbicara. Sekadar menanyakan kabar, mengatakan bahwa Ia rindu (kami memang akrab sejak dulu), meminta hadiah ulang tahun, dan pembicaraan lainnya. Tahukah teman, anak sekecil itu berbicara dengan saya menggunakan bahasa Indonesia tanpa dialek apapun! Murni bahasa Indonesia. Saya kaget mengingat kakak-kakaknya yang sejak kecil dulu sering campur-campur bahasanya. Ternyata tujuan ayahnya menelpon saya saat itu memang untuk memperdengarkan kehebatan sekaligus keanehan (mungkin aneh bagi mereka) anaknya. Usut punya usut, sejak usia setahun Rahman memang sering menyaksikan film kartun dora dan spongebob di televisi. Dua kartun itu saja. Kata ayahnya, anak ini tidak berminat pada acara lain. Sampai sekarang, saat usianya menginjak 10 tahun, Rahman tetap menjaga cara berkomunikasinya dengan bahasa Indonesia.
Ayah Rahman pernah bercerita pada saya tentang suatu kejadian mengenai anaknya. Saat hari pertama masuk sekolah dasar, Rahman diantar oleh ibunya. Sebelum masuk kelas mereka berpapasan dengan seorang guru. Guru tersebut bertanya pada Ibunya Rahman, “Cou ngaran anata ibuee?” (Siapa nama anaknya, bu?). Rahman yang saat itu ada di samping ibunya ternyata paham apa yang ditanyakan sang guru, segera Ia menjawab “Ibu Guru, nama saya Rahman. Ibu Guru kenapa tidak langsung bertanya sama saya saja? Saya kan ada di sini. Kenapa bertanya sama Ibu saya?”. Jawaban Rahman langsung membuat merah wajah guru tadi, jelas sudah beliau malu. Malu karena seharusnya Ia mengajarkan bahasa Indonesia pada muridnya. Malu karena Ia tidak menyangka hari itu akan bertemu murid secerdas Rahman.
Bahasa Indonesia Harga Mati! Kak Andhika tidak perlu berbicara panjang lebar kalau untuk mengomentari cara saya berbicara dengannya. Dia adalah seorang penyair, penikmat sastra, dan entah apa lagi profesinya. Lomba cipta puisi di suatu kampuslah yang menyebabkan kami bertemu. Saya menjadi salah seorang peserta dan kak Andhika menjadi jurinya. Saya memang tidak menang pada kompetisi itu. Tapi saya beruntung bisa akrab dengan kak Andhika. Bisa belajar banyak dari beliau dan satu lagi.. bisa sering dikritik seperti kalimat di awal paragraf tadi: Bahasa Indonesia Harga Mati!
Awalnya saya tidak mengerti apa maksud kata-kata Kak Andhika tadi. Ternyata beliau tidak begitu suka jika lawan bicaranya menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengannya, itu yang saya tangkap. Pernah juga suatu ketika saat ngobrol di dunia maya, saya mencampurkan bahasa lain dalam kalimat bahasa Indonesia, misalnya: “thanks sudah add fb saya ya,kak…” atau “sorry, tadi koneksinya putus..”. Nah lho, kalimat-kalimat seperti itu yang tidak disukai kak Andhika. Kalau saya terlanjur berkata demikian, langsung saja dijawab dengan komentar Bahasa Indonesia Harga Mati. Hhh..orang ini serius sekali -___-” Heheheh..
Ibu Ermintien Lukas (Almh) adalah guru Bahasa Indonesia saya sewaktu duduk di kelas XI SMA. Kalian memang tidak sedang salah baca, itu tanda dalam kurung setelah namanya memang sebagai penanda bahwa beliau sudah tiada. Saya bersyukur sekali bisa mengenal beliau. Seorang guru Bahasa Indonesia yang benar-benar berbahasa Indonesia, di dalam maupun di luar kelas, saat mengajar atau pun tidak mengajar. Kalau masih sering kepleset pakai bahasa Indonesia lebih baik jangan dulu bertemu beliau.
Dulu saat baru jadi murid Bu Lukas, saya santai saja kalau berbicara. Logat Makassar saya sering keluar dan tentunya jadi bahan teguran oleh beliau. Misalnya ketika dimintai tolong seperti ini: “Hardiyanti, apa kamu tidak sibuk? Ibu boleh minta tolong?”. Saya jawab “Ndak sibuk ji, bu.. Iye’..minta tolong apa ka, bu?” (Tidak sibuk kok, bu.. Iya, ibu mau minta tolong apa?). Bukannya menjelaskan permintaannya, Bu Lukas malah menegur saya..Hahaha.. “Hardiyanti.. Gunakan Bahasa Indonesia.. ji…iye’..Ibu sudah ajarkan pakai Bahasa Indonesia..ckckck..”. Haduuuuhh -__-“. Jadilah sejak saat itu, setiap bertemu Bu Lukas, saya dan teman-teman langsung berubah jadi pengguna Bahasa Indonesia agar tidak ditegur macam-macam oleh guru kami. Kalau melihat dan mendengar cara bicara kami yang seketika berubah dan tidak memakai dialek Makassar lagi, Bu Lukas suka senyum dan tertawa kecil. Beliau malah menceritakan ‘kesuksesan’ (beliau menyebut ini sebuah kesuksesan…haha) mengajarnya ini pada rekan guru lainnya. Ah, bu Lukas.. kenangan belajar Bahasa Indonesia denganmu tak akan pernah lepas. Meski sampai sekarang, cara berbahasa Indonesia muridmu masih saja berantakan π
Teman, saya hanya bisa menceritakan mereka yang tiga orang. Sekadar membandingkan bagaimana cara berkomunikasi kita sekarang. Mungkin bisa jadi pelajaran bahwa suatu saat kita bisa terbiasa, terbiasa cinta bahasa, Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia seperti apa? tentunya yang baik dan benar. Caranya? Aih, sudahlah jangan banyak tanya! Mari sama-sama kita saling belajar.
Selamat Merayakan Bulan Bahasa! Semangat Menggunakan Bahasa Indonesia ^_^
kadang kalau kita menggunakan bahasa indonesia yang benar suka diledek π
ah rasanya lama tidak berbahasa Indonesia murni..
wah.. saya baru tahu kalau sekarang bulan bahasa..
di kantor saya pake bahasa Indonesia.. karena senior2 yang jawa udah pada pindah.. dan saya masih belum terbiasa menambahkan imbuhan mi, ji, pi, ki dalam berbicara.
hehehe
Pagi mama Rani… π
eh emang lagi bulan bahasa toh? baru tahu..
ada ptongan koran yg sempat saya baca,, headline-nya…
BAHASA INDONESIA TERANCAM BAHASA ALAY…
jangan2 nanti bahasa resmi negera kita : bahasa alay.. hahaha
Saleum,
Gak tau lah mau berkomentar apa mengenai kebiasaan masyarakat indo dlm menggunakan bahasa indonesia. terkadang saya juga sering menggunakan bahasa plesetan kalau berkomunikasi dgn kawan, yg penting bahsa indonesia tetap saya cintai sebagaimana cinta saya terhadap negara ini. π
saleum dmilano
saya juga kenal dengan salah seorang blogger yang menjadikan bahasa indonesia itu harga mati -__-a
ya terserah dia juga sih, kan blog blognya dia juga π
untungnya para komentator diperbolehkan memakai bahasa indonesia tidak baku, kalau untuk dia, bahasa indonesia tidak baku mesti dituliskan di dalam kurung (ribet ah XP)
Kalau dulu nenek saya malah karena terlalu cinta dengan bahasa daerahnya, bahasa Bugis, malah nyuruh orang serumah harus pakai bahasa Indonesia bukan bahasa Bugis, soalnya beliau tidak suka kalau bahasa Bugis di campur campur dengan bahasa Indonesia. Jadilah cucu2nya ngga ada yang fasih bahasa Bugis =D
Astagaaa ribet amat masa’ nulis bahasa gak baku mesti pake tanda kurung?? π―
Cukup dimiringin aja kaleee… π
Siapa sih blogger ini, penasaran deh. π
malah gak tau diksi2 bahasa indonesia yang bener2 baku. hehe, cuma dipake dalam bicara aja yang dibahasakan dalam tulisan.
Errr…dulu pas kuliah aku malah dapet C untuk matkul bahasa Indonesia, susah bangeeed, salut buat mereka2 yg bisa berbahasa Indonesia dg baik dan benar spt itu..
Kalau bukan kita bangsa Indonesia siapa lagi dong…
Jangan sampai untuk belajar Bahasa Indonesia harus ke negeri orang
Dibanding nilai pelajaran bahasa Inggris, nilai bahasa Indonesiaku selalu lebih buruk, padahal bahasa Inggrisku juga kacau. hehehe.. entahlah, tapi sepertinya mempelajari bahasa Indonesia tidak semudah yang kita bayangkan. Saya saja sering kebingungan kalau Sabila nanya PR bahasa Indonesia, sama sperti Sabila yang bingung belajar apa untuk pelajaran bahasa indonesia.
Iya ya,jaman sekarang menggunakan bahasa indonesia sesuai dengan EYD jarang ya,..
Aku aja masih campur2 sama bahasa daerah..
aku sering banget bahasanya campur-campur lhooo
salam kenal mama rani eh tutut π
sudah mendarah sepertinya untung menggunkan bahsa yg kurang benar.
Rahman .. Rahman .. kalau bertemu Athifah, pasti kalian bakal nyambung… hehehe
Mama Rani, ayo main ke blogku lagi … ada tulisan baru tentang nona mungilku ^^
wah membahas tema yang mirip, main ke blogku dong π
wah menarik nih tulisan
dhe juga cinta bahasa Indonesia kok..lihat aja blognya deh, ada woro2 berkomentar dengan menggunakan bahasa persatuan, bahasa indonesia.. hehe :p
menurut saya sih baiknya menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. dalam artian gunakan bahasa indonesia sesuai dengan situasi dan kondisinya.
Kalau hanya sekedar dengan teman dalam pergaulan sehari-hari, ya ga salah juga pake bahasa gaul. Tapai kalau utk hal2 yang resmi ya sudah wajib pake bahasa Indonesia yang baku.
salam kenal juga dari bali hehe tuker link yuk
Ah, bicara soal bahasa Indonesia yang baik dan benar, jadi ingat kata-kata kata dosen mata kuliah sintaksis saya waktu zaman kuliah dulu. Kata beliau, berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu berarti baik dari segi kaidah ketatabahasaan dan benar dari segi pemakaian. Yang disebut baik itu adalah formal/baku/sesuai KBBI. Itulah sebabnya, bahasa baku lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan. Dan itulah sebabnya, banyak orang menyalahartikan bahwa dalam bahasa lisan/percakapan sehari-hari pun, kita harus menggunakan kata-kata baku. Padahal, dalam pergaulan sehari-hari, diperbolehkan menggunakan kata-kata tidak baku, boleh juga dicampur bahasa daerah. Sebab dalam komunikasi lisan, yang penting adalah kedua belah pihak saling mengerti π
Mustahil kita pergi ke kantin dan bertanya pada teman kita, “Wahai sahabatku, apakah engkau ingin membeli bakso?”
Paling-paling kita bilang, “Woy, lu mau bakso nggak?”
Nah, yang disebut bahasa Indonesia yang baik dan benar justru kalimat terakhir π
Saya sendiri cenderung mendukung penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa ibu yang harusnya dipertahankan. Saya selalu kagum pada teman-teman sebaya saya yang walaupun lama tinggal di Jakarta tapi dapat berbincang-bincang dalam bahasa daerah dengan tante/om/kakek/sepupu mereka.
Btw Asop benar, kalau untuk bahasa asing harusnya ditulis cetak miring atau dalam tanda kutip satu, bukan dalam kurung. Coba cek KBBI atau buku-buku Anton M.Moeliono atau Abdul Chaer atau Harimurti Kridalaksana.
Maaf, komentar perdana malah langsung panjang begini, hehehe..
Salam silaturahim ya, Mama Rani ^_^
Daerah yang ditempati oleh suku yang sangat dominan cenderung banyak menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar. Beda dengan kota saya yang sangat heterogen, tidak terlalu menonjol yang dominan, sehingga bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar π
Hanya bisa bilang “Saya Cinta Bahasa Indonesia”
Terkadang saya menggunakan bahasa daerah (sasak) untuk saling mengomentari di blog sahabat yang berasal dari Lombok. π
Selamat pagi sahabatku
Saya datang lagi untuk mengkokoh-kuatkan tali silaturahmi sambil menyerap ilmu yang bermanfaat. Teriring doa semoga kesehatan,kesejahteraan,kesuksesan dan kebahagiaan senantiasa tercurahkan kepada anda . Semoga anda hari ini lebih baik dari kemarin.Amin
Saya juga membawa kabar gembira bahwa anda menerima tali asih dari Komandan BlogCamp Group karena komentar anda dinilai maknyussss.
Silahkan di cek BlogCamp.
Selamat dan silahkan mengirimkan nama dan alamat lengkap.
Terima kasih.
Salam hangat dari Surabaya
kalo buat saya mungkin dari sisi penerapannya aja…mis: dalam bentuk tulisan mmg bagusnya mmpergunakan bhs Indonesia yang baik dan benar namun kalau utk bhs verbal “bisa lebih moderat” lagi agar tidak terkesan ‘kaku’ !
berkunjung sob..sukses selalu yah..:)
salam kenal aje..
trims kunjungannya.
Lah, kan udah pernah kenalan sebulan yang lalu? Lupa ya? ;p
ada hadiah ulang tahun yang pernah kuterima dan sampai sekarang aku buka, yakni buku “Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI]” duh, buku itu sangat membantu agar kita mengerti tentang bahasa Indonesia.
~~salam kenal dan selamat terus berkarya~~
saya malah belum punya buku seperti itu ;D
saya selalu berbahasa indonesia semampu saya,, tapi mungkin karena dengan logat melayu saya, mereka bilang saya bicara pakai bahasa planet,,
-_-a
salam kenal ya kak..
π
wah, logat melayu? kalau saya logat Makassar ;D
tak apalah, sama-sama belajar membiasakan diri menggunakan Bahasa Indonesia. Salam kenal juga,kakak..
Jujur saya katakan …
Saya mungkin bukan orang yang piawai menggunakan bahasa Indonesia dengan tata bahasa yang baik dan benar …
Semoga bulan bahasa ini bisa menyadarkan kita semua. Tidak bisa sekaligus memang … namun sedikit-sedikit …
Salam saya Bu Hardiyanti
Sama, om.. Saya juga tidak piawai seperti cerita dik Rahman di atas -__-
Hihihi..dipanggil bu hardiyanti ;D
Aduh, Mama Rani aja om NH π
“Semakin banyak orang yang mau belajar bahasa Indonesia semakin terbuka kemungkinan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.”
Salam dari kamus 4L4Y
eh, ada komentar dari kamus 4L4Y??
salam kenal juga kamus 4L4Y…
Berbahasa Indonesia dgn baik?
Mulai dari diri sendiri..
Mulai dari yg kecil..
Mulai dari sekarang..
salam kenal bunda..
sip! setuju!
salam kenal juga,bunda… π
teman-teman saya yang sesama jurusan bahasa indonesia saja masih banyak yang suka pakai bahasa Alay, Mbak π
nah! padahal udah di jurusan bahasa indonesia!
gimana kalau kampusnya minta dibuatin jurusan baru, jurusan bahasa alay ;D
bener tuh, banyak blogger alay sekarang. bahasanya makin bikin runyam bahasa indonesia. beda kan bahasa populer sama bahasa alay
iya, sih..beda..
bedanya apa dong, kk?
#mintapenjelasan ;D
komentar saya gak muncul toh
lha ini udah muncul ;D
komentarnya kk tadi kena saringannya si akismet..hehehe..
Insya Allah, akan menjaga tata kalimat
saya pernah menuliskan tekad untuk di blog akan menulis dalam bahasa Indonesia, karena prihatin, anak-anakku sendiri mengalami kesulitan ketika membaca buku, banyak kata yang tak mereka mengerti
kalau untuk komentar di blog sahabat saya tetap pakai bahasa pergaulan
hebat! Sampai bertekad π
semoga makin cinta sama Bahasa Indonesia yaaa~
Kunjungan balik *ehsebenernyaudahbeberapakalikesini* mamaRani, ijin baca-baca yaa..
Cukup berbobot bahasanny euy.. Bahasa Indonesia memang sangat kaya variannya dan kalau dipelajari sangat menarik.
Sebagai orang yang pernah bekerja dalam dunia penerbitan, penggunaan bahasa indonesia yang baik memang menjadi hal yang penting, tapi sering kali menemukan kata-kata yang sepertinya aneh dan menurut saya itu tak lazim (karena biasanya tidak menggunakan itu) trus saya longok ke KBBI ternyata saya sering salah juga. Sebagai contoha, penggunaan kata “lembab” yang sering banget saya pakai saat mengedit buku2 pertanian, ternyata kata yang benar adalah “lembap” bukan “lembab”. Padahal masih banyak banget saya lihat, entah di surat kabar atau di bahasa iklan yang masih saja menggunakan kata “lembab”.
Mengenai bahasa 4L4Y.. pernah baca di suatu majalah yang lagi-lagi membahas pembahasaan kata-kata 4L4Y, menurut ahli bahasa yang mengulas hal tersebut, ternyata bahasa 4L4Y sebenarnya turut memperkaya wahana pembahasaan di Indonesia, yaa mungkin semacam bahasa prokem zaman dulu kala atau bahasa gawulnya Debby Sehertian yang sudah punya kamus tersendiri..
itu aja kali yaa komentarnya, kepanjangan euyy,… hehehe
saya malah baru tahu pembahasan mengenai bahasa alay itu..makasih infonya,kakak π
Assalamu alaikum wr. wb.
Bravo buat Rahman. Senang bisa berkunjung di sini, Bahasa bunda si Rahman justru sngat familiar dengan saya, karena saya DOU MBOJO. slam kenal, Dzadjakillah khairan π
Wa’alaikumsalam,wr,wb.
Salam kenal juga… Mada rau dou mbojo pala wati loa nggahi mbojo
#ihik
Dear MamaRani, katanya kepingin dikasih PR.. ini saya ada 2 pertanyaan seputar 11-11an yang kalo berkenan boleh dikerjain…
http://zoothera.wordpress.com/2011/11/25/kebagian-juga-menyoal-sebelas-sebelasan/
wohooo!!akhirnya kebagian juga PR sebelas itu ;D
saya ke TKP ya, mudah-mudahan bisa segera dikerjakan π
[…] Hardiyanti Hastuti, Bahasa Indonesia dan Mereka yang Mencinta, nilai […]
Semoga bulan bahasa ini bisa membuat kita makin mencintai bahasa dan sastra Indonesia ya…
Oyaaa ada undangan Giveaway Gurindam Muharam Plus 33
Mari Meramaikan Tahun Baru Islam 1433 H, ditunggu yaaa…
Ini adalah kunjungan pertama saya. Salam kenal, ya Mbak. Mudah-mudahan dapat terjalin persahabatan dalam dunia perblogan. (Komentar ini salah satu efek setelah saya membaca postingan ini). Sedikit lebih formal… hehehe…
[…] yang ketiga apa? Teman sudah baca postingan saya yang berjudul Bahasa Indonesia dan Mereka yang Mencinta? Postingan itu saya ikutkan pada lomba blog yang diadakan Rumah Kata Bogor dalam rangka […]