Makanan Ramah Iklim, Apa dan Bagaimana Memilihnya. Apa yang dimaksud dengan makanan ramah iklim? Yakni pilihan produk pangan lokal yang membantu meningkatkan ekonomi suatu daerah, mendukung para petani, perimba dan nelayan. Serta mengurangi gas rumah kaca dalam rantai pasokan makanan. Apakah saat ini kita sudah beralih mengkonsumsi jenis makanan tersebut? Jawabannya ada dua, yakni sudah dan belum. Ada yang sudah, ada pula yang belum. Lantas, bagaimana memilih menu makanan ramah iklim, serta apa saja manfaat yang didapatkan dengan mengkonsumsinya? Senang sekali karena jawaban-jawaban atas pertanyaan ini bisa saya dapatkan saat mengikuti Talkshow Makanan Ramah Iklim yang diselenggarakan oleh Omar Niode Foundation pada Minggu (14/2) lalu.
Tidak hanya talkshow, acara yang diselenggarakan secara online tersebut juga menjadi momen peluncuran e-book bertajuk “Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo”. Sebuah buku resep makanan ramah iklim khas Gorontalo karya Amanda Katili Niode dan Zahra Khan. Acara yang berlangsung selama sekitar 2 jam ini bertujuan mengajak masyarakat agar dapat mulai memilih makanan ramah iklim. Hadir sebagai narasumber, Amanda Katili Niode (Climate Reality Indonesia), William Wongso (Chef, Pakar Kuliner), Zahra Kahn (Pelaku UMKM), Nicky Ria (Ketua Sobat Budaya), dan Ihsan Averroes (Olamita Resto). Dipandu host Noni Zara, para peserta dibuat lebih melek lagi akan apa dan bagaimana makanan berasal, serta pengaruhnya pada krisis iklim.
Makanan Ramah Iklim, Apa dan Bagaimana Memilihnya
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan (seperti penganan, lauk pauk, kue). Makanan diartikan pula sebagai segala bahan yang kita makan. Sesuatu yang masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, serta mengatur semua proses dalam tubuh. Untuk makanan ramah iklim sendiri, singkatnya, mengacu pada segala sesuatu yang dimakan, yang tidak menyebabkan krisis iklim. Lebih lengkapnya, ialah tentang bagaimana memahami sumber daya yang digunakan untuk produksi makanan, sehingga membuat konsumen memiliki kepedulian terhadap hubungan makanan dengan perubahan iklim. Sehingga pilihan yang diambil merupakan makanan yang lebih ramah bumi.
Sekilas Tentang Omar Niode Foundation
Adalah Omar Niode Foundation, sebuah organisasi nirlaba kecil yang bergerak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, citra budaya, dan kuliner nusantara, khususnya Gorontalo. Dalam menjalankan kegiatannya selama ini, Omar Niode Foundation turut menggandeng individu maupun organisasi di dalam dan luar negeri. Berperan aktif dalam organisasi food bloggers nasional maupun internasional. Termasuk juga pada Future Food Institute, Indonesia Bergizi, Jamie Oliver Food Revolution Day, Slow Food International, dan World Food Travel Association. Fokusnya pada bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pangan yang baik ditunjukkan melalui diterbitkannya 15 buku hingga kini. Serta lewat event yang baru saja berlangsung beberapa waktu yang lalu. Event virtual bertajuk Talkshow dan Peluncuran E-book “Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo”.
Bagaimana Memilih Makanan Ramah Iklim
Ingatkah kita bahwa pandemi COVID-19 ini berawal dari menularnya penyakit dari hewan ke manusia? Sadarkah kita bahwa setiap makanan yang sampai di meja makan kita, memiliki jejak karbon yang berbeda pula? Hal-hal itu menjadi bukti bahwa sudah saatnya kita mengubah sistem pangan dunia. Perlu adanya makanan ramah iklim, yang mempelajari produk dan masyarakat, mulai dari komposisi makanan hingga minuman. Bagaimana dan di mana makanan maupun minuman diproduksi lalu diolah. Serta faktor-faktor apa saja yang memengaruhi persepsi dan apresiasi.
Menurut Sekretaris Omar Niode Foundation, Terzian Ayuba Niode, “sistem pangan berkontribusi besar terhadap krisis iklim yang sedang berlangsung di bumi. Sistem pangan saat ini menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan menyebabkan sepertiga dari semua emisi gas rumah kaca penyebab krisis iklim”. Lebih lanjut lagi, Terzian mengungkapkan bahwa penting untuk mulai mengubah makanan guna masa depan yang sehat bagi manusia maupun planet bumi. Ya, idealnya dengan mengurangi konsumsi daging serta makanan yang diproses, untuk kemudian mengarah ke makanan yang lebih berbasis nabati.
Peluncuran E-book “Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo”
Dalam rangka mengenalkan resep makanan ramah bumi dari berbagai aspek terkait dan peranannya dalam menyikapi krisis lingkungan, maka Omar Niode Foundation meluncurkan sebuah e-book. E-book berjudul “Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo” ini merupakan buah karya dari Amanda Katili Niode dan Zahra Khan. Buku setebal 101 halaman tadi memuat sekitar 39 resep kuliner khas Gorontalo yang tentu saja menganut konsep ramah iklim. Tidak hanya resep, sejumlah penjelasan mengenai apa dan bagaimana makanan ramah bumi ini pun bisa ditemukan di sana.
Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel, menyambut baik kehadiran e-book yang diluncurkan oleh Omar Niode Foundation tersebut. “Saya menyambut baik diterbitkannya e-book ini dengan harapan agar lebih banyak lagi upaya serupa untuk melestarikan resep dan tradisi kuliner Nusantara guna melindungi warisan budaya dan alam Indonesia,” ujar Rachmat Gobel pada salah satu halaman sambutan e-book. Lebih lanjut, Rachmat Gobel menuturkan bahwa membeli produk lokal berarti ada permintaan, sehingga membantu petani mempertahankan mata pencaharian.
Sambutan baik pun datang dari seorang Pakar Kuliner bernama William Wongso. Dirinya sangat mendukung upaya-upaya pelestarian budaya kuliner nusantara seperti yang dilakukan oleh Omar Niode Foundation. Menurutnya, “di era sosial media dan internet seperti saat ini, satu hal yang tidak dapat kita lakukan adalah meng-googling rasa, experience itu harus dicoba langsung. Tapi kita dapat menginformasikan budaya kuliner bangsa Indonesia yang beragam ini lewat internet, dan menarik orang untuk mencoba.
Cintai Bumi dengan Mulai Konsumsi Makanan Ramah Iklim
Ada banyak hal kecil yang bisa kita lakukan dalam rangka menjaga bumi dan mencintai lingkungan. Salah satunya adalah dengan menerapkan pola makan ramah iklim. Misalnya, dimulai dengan memahami dari mana dan proses apa yang dialami oleh makanan maupun minuman yang tersedia di atas meja makan kita. Bahan dasar apa yang digunakan, serta apakah porsi makanan tersebut sudah pas untuk kita? Kebiasaan menyisakan makanan, kemudia membuangnya, selain bertentangan dengan aturan agama juga berdampak buruk bagi kelestarian lingkungan. Secara sosial, tentu bukan hal yang baik pula. Bayangkan saja, di saat di luar sana masih banyak yang kelaparan, kita justru berlebihan dan membuang-buang/menyia-nyiakan makanan.
Menerapkan Pola Makan Ramah Iklim
Masih bingung bagaimana memulai pola makan ramah iklim? Berikut tips yang bisa teman-teman terapkan. Mulai dari diri sendiri, keluarga, siapa tahu bisa turut ditiru oleh masyarakat sekitar.
- Ketahui proses yang dilewati untuk menghasilkan makanan tersebut. Semakin minim prosesnya, maka tentu akan lebih baik. Baik dari segi kandungan gizinya, juga pengaruhnya terhadap lingkungan.
- Maksimalkan bahan makanan yang berasal dari daerah sendiri. Selain lebih baik dan segar, karena tidak memakan jarak tempuh yang jauh/lama, kita pun turut membantu peningkatan ekonomi daerah sekitar.
- Pertimbangkan untuk menyantap menu yang berasal dari hewan. Sebab makanan hewani memiliki jejak karbon lebih tinggi dibanding nabati.
- Mengkonsumsi ikan dalam jumlah sedang, tanpa tambahan produk daging lain.
- Beli bahan makanan secukupnya. Demikian pula saat hendak menyantap makanan, sajikanlah secukupnya. Hal ini dilakukan agar tidak banyak makanan sisa yang terbuang percuma. Selain akan berakhir menjadi limbah, bukankah membuang makanan berarti membuang-buang uang?
Makanan Ramah Iklim Khas NTB, Apa Saja?
Berbicara mengenai makanan ramah bumi, saya jadi teringat akan beberapa menu khas daerah saya, Provinsi NTB. Baik dari Pulau Lombok maupun Sumbawa. Ada banyak sekali resep makanan di sini yang tergolong makanan ramah iklim. Mulai dari Sepat yang berasal dari Pulau Sumbawa, menu makanan berbahan dasar ikan dengan tambahan sejumlah rempah-rempah dan sayuran. Selain rasanya yang lezat dan menggugah selera, menu Sepat tentunya juga sehat.
Untuk menu makanan yang full nabati, mungkin teman-teman pernah mendengar yang namanya Plecing Kangkung? Ya, plecing kangkung di Lombok terkenal dengan kangkungnya yang khas berukuran besar dan sangat segar. Plecing Kangkung juga biasa disantap dengan potongan-potongan tahu khas Lombok yang dikenal sangat lembut, tahu ini berasal dari daerah penghasil tahu bernama Abian Tubuh.
Selain kedua makanan tadi, tentu ada banyak sekali pilihan makanan ramah iklim. Asalkan memenuhi ketentuan-ketentuan yang disebutkan di atas. Bukankah adalah hal yang baik, mendukung/menggunakan hasil bumi dari daerah sendiri, memprosesnya dengan cara yang baik, dan bijak dalam memilih bahan makanan yang tidak menghasilkan banyak karbon? Hidup lebih sehat, lingkungan jadi lebih terawat.
Yuk, mulai dari diri sendiri, mulai kini, terapkan pola makan ramah iklim!
No Comments