Dari Pandemi COVID-19, Kita Belajar… Hampir setahun, sejak pandemi COVID-19 pertama kali tiba di Indonesia. Tentu saja itu adalah waktu yang lama, dan hai… apa kabar kita? Ada pengalaman apa? Sudahkah belajar banyak hal? Tenang saja, tidak apa-apa kalau pandemi ini kemudian membuat kita tidak produktif. Mendengar kabar kalian dalam keadaan sehat, serta masih bisa makan dan minum, rasanya sudah cukup. Namun tak apa kan, saya membuat postingan ini? Beberapa hal yang sebenarnya sudah lama ingin saya ceritakan. Tentang betapa pandemi membuat hidup saya berwarna-warni, dari warna gelap sampai ke terang. Dari terang, terus jadi gelap lagi. Gitu terus, sampai Hyun Bin jalan-jalan ke Lombok sini, meetup sama saya, tanpa bawa Son Ye Jin #ehgimana.
Akhir tahun 2019, dunia khususnya kota Wuhan, sebuah kota di Republik Rakyat Tiongkok, sedang dihebohkan dengan COVID-19 ini. Video-video yang menggambarkan betapa mengerikannya virus ini, beredar nyaris di seluruh whatsapp grup yang saya ikuti, terutama WAG Keluarga. Mulai dari video seseorang yang sedang berdiri, lalu tiba-tiba terjatuh dan kejang-kejang, hingga video sejumlah orang yang seolah tak bisa dikendalikan. Mengerikan? iya. Saya sampai membayangkan, apakah cerita di film-film bertema virus itu adalah hal sungguhan? Tapi yang heboh kala itu dunia, tidak dengan Indonesia. Kita baik-baik saja, sampai tepat di tanggal 2 Maret 2020, kita akhirnya pecah telur juga. Please welcome: kasus pertama COVID-19 di Indonesia.
Pandemi COVID-19 di Indonesia
Sudah lama sekali rasanya, saya sampai lupa bagaimana dan sedang apa saya ketika pertama kali tahu bahwa kemungkinan besar, sekolah anak saya akan diliburkan. Meski demikian, saya tergolong tidak begitu khawatir, mengingat sejak berita tentang COVID-19 merebak, akhir 2019, saya dan keluarga jarang sekali bepergian. Setidaknya, ya tidak seperti biasanya. Saya dan anak-anak malah blas, tidak pernah lagi masuk pusat perbelanjaan, Lombok Epicentrum Mall misalnya. Seingat saya, terakhir kali bepergian ya awal November 2019, saat liburan ke Makassar untuk mengunjungi keluarga (dan tentu saja kulineran) di sana. Sejak kembali dari Makassar, saya lebih banyak di rumah, begitu pula dengan anak-anak. Entahlah, sepertinya sejak heboh-heboh di Wuhan itu, sayanya sudah parno duluan.
Sebagian dari kita pasti berpendapat, Indonesia ini negara kepulauan. Seharusnya, layaknya Taiwan, bukan hal yang sulit bagi kita untuk menutup rapat pintu masuk tiap wilayah. Mengunci diri dari dunia luar, setidaknya sebagai perlindungan lebih awal. Khawatir dengan makanan? Apa kabar area persawahan, lautan dengan hasil melimpah, dan sumber-sumber makanan lainnya? Harusnya… tapi itu kan maunya kita. Nyatanya, kita sudah tiba di titik ini, sebentar lagi “merayakan” ulang tahun pertama “kasus pertama COVID-19 di Indonesia”.
Ironis memang, saya jadi ingat saat memantau website worldometers dulu. Ketika posisi Republik Rakyat Tiongkok disalip jauh oleh Italia. Saya tidak lupa, bagaimana saya me-reload halaman tersebut, melihat betapa angka-angka kasus positif, kematian, dan lainnya terus bertambah. Posisi Indonesia cukup jauh kala itu, saya harus scroll down beberapa kali untuk menemukan nama Indonesia. Bagaimana kini? Per 22 Februari 2021, Indonesia berada di peringkat 18 untuk jumlah seluruh kasus. Selanjutnya peringkat 17 untuk jumlah kematian karena COVID-19, dan… peringkat 2 untuk jumlah kasus baru. WOW! Sayangnya ini bukan olimpiade atau kejuaraan yang peringkatnya bisa dibanggakan…
Dari Pandemi COVID-19, Kita Belajar…
Ecieee Andy Hardiyanti, bisanya komplain doang. Sudah kasih sumbangsih apa selama masa pandemi ini? Bukan komplain, yang di atas itu namanya suara hati seorang kekasih (gak usah dilanjutkan, you sing..you lose.. ). Tapi kalau ditanya, sudah kasih sumbangsih apa? Berusaha di rumah aja, tetap patuh 3M, gak fitnah tenaga kesehatan yang udah pada lelah dengan segala macam isu kalau ini tuh akal-akalan biar dokter-dokter di sana cepat kaya, gak asal percaya sama omongan tentang banyak pasien di-covid-kan, atau tentang tiap ada yang positif itu dapat uang puluhan juta, … itu semua, termasuk sumbangsih gak?
Pada akhirnya, tidak hanya dari Rachel Vennya, Nissa Sabyan, Hyun Bin (ini diselip-selipin doang), atau siapapun itu, kita belajar. Pun dari pandemi COVID-19, kita belajar bahwa persoalan pandemi seperti ini perlu adanya sinergi. Pemangku kebijakan harus bisa kasih arahan dan kebijakan yang tepat, dan tentu saja tegas. Dengan begitu, tenaga kesehatan bisa fokus bekerja dan menyelesaikan tugasnya. Masyarakat pun membantu dengan patuh pada kebijakan yang sudah ditetapkan. Perlu ada komitmen dan wujud nyata di lapangan untuk memperkuat 3T (Tracing, Testing, Treatment) dan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Kalau ada negara lain yang mampu mengatasi pandemi, kenapa tidak, kita pun belajar pada mereka terkait strategi. Belajar dalam artian yang sebenarnya, bukan dengan pelesiran tanpa makna berdalih kunjungan kerja.
Dari Pandemi COVID-19, Saya Belajar …
Tapi di luar itu semua, saya bersyukur.. dari pandemi COVID-19, saya (bukan kita ya..) belajar banyak hal. Saya melakukan sejumlah aktivitas yang tidak pernah dikerjakan sebelumnya, mengenal banyak orang hebat, memahami arti kebersamaan karena beberapa kali merasakan kehilangan, dan tentu saja saya jadi belajar perihal rasa syukur. Bersyukur hari ini masih bisa makan, saat di luar sana ada saja yang kelaparan. Masih kerepotan menyelesaikan kerjaan, di saat yang lain sudah jadi pengangguran. Bersyukur kewalahan dengan hebohnya pertengkaran anak-anak di dalam rumah, di saat yang lain justru kewalahan karena sulit bernapas. Ditambah harus terpisah dengan orang-orang tersayang.
Pengalaman saat Pandemi COVID-19
Sebelum pandemi, kita selalu merindukan hari libur. Kapan yaa, bisa berlama-lama di rumah? kapan anak-anak libur sekolah? Meski bukan pekerja kantoran yang Senin hingga Sabtu (atau mungkin Jumat), dari pagi hingga sore, berangkat bekerja, dampak pandemi tentu saya rasakan juga. Tidak ada lagi liputan satu atau dua kali dalam seminggu, traveling untuk mengulas objek wisata tertentu, atau sekadar kopdaran dengan teman-teman sesama blogger. Pandemi membuat kita mau tidak mau, harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi kini. Memutar otak, bagaimana caranya untuk tetap bisa makan, tetap waras di keadaan yang serba tak menentu. Dalam waktu singkat, secara tiba-tiba, hidup kita bisa dibilang menjadi sangat berbeda.
Drama Korea di kala Pandemi Corona
Tidak usah ngomong yang berat-berat. Saya pribadi, sejak pandemi, akhirnya mulai melakukan satu hal yang selama ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Apa itu? Nonton drama korea! Bukan hanya menonton, tapi juga menyukai beberapa OST-nya, komplit dengan mulai menggemari aktornya. Coba, mana itu yang dulu bilang gak mau nonton drakor karena malas nunggu tiap episodenya? Nyatanya sekarang, mau on going maupun yang udah tamat, dijabanin semua! Mana itu yang dulu mikir cowok korea gak cakep, tapi cantik, dan gak bisa bedakan karena wajahnya mirip semua? Ealah, sekarang heran sendiri karena udah tahu membedakan mana Hyun Bin, Kim So Hyun, Song Joong Ki, Park Seo Joon, dan Kim Seon Ho. Bwahahahah. Ya ampun…pandemi gini amat #bikinmalusendiri.
Ujian Kala Tak Punya, Diganti Rezeki Tak Ada Habisnya
Boleh gak sih saya cerita ini? Suatu waktu, saya mendapat kabar seorang teman positif COVID-19. Tidak hanya dia, tetapi juga istrinya. Pada salah satu lama media sosialnya, ia menjual apa yang ia punya, satu-satunya yang berharga saat itu: cincin nikah. Oh ya, teman beserta keluarga kecilnya ini tinggal jauh di Kalimantan sana, sendiri, jauh dari sanak saudara. Beruntung meski positif COVID-19, ia dalam keadaan baik-baik saja. Sayangnya, tidak demikian dengan istrinya, yang kesulitan bernapas. Singkat cerita, mereka butuh uang untuk membeli air purifier dan oxymeter saat itu. Iyaa, membeli..tidak pernah sama sekali si teman ini meminta. Saat melihat postingannya yang hendak menjual cincin nikah tersebut, saya langsung berpikir untuk mengajak teman-teman untuk mengumpulkan dana. Saya melakukannya karena satu hal, uang saya saat itu tidak banyak. Mau sok-sokan reply storynya dengan kata ‘sabar’, tentu bukanlah sesuatu yang menolong.
Singkat cerita, dalam sehari sudah sangat banyak rupiah yang terkumpul. Sudah banyak tangan-tangan baik membantu. Si teman ini sangat bahagia dan tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada kami. Tentu saja, diiringi doa yang senantiasa kami Aamiiin-kan. Saya ingat sekali, doanya kala itu semoga saya dan teman-teman yang berdonasi, diberi balasan beratus-ratus kali lipat. Masya Allah! Tidak pakai lama, doanya terkabul! Saya sampai heran sendiri dan tentu saja bersyukur dengan rezeki yang datang bertubi-tubi.
Menjadi Bagian dari Pandemic Talks
Sejak masa pandemi, saya mulai mengikuti akun-akun edukasi baik di instagram maupun twitter. Entah itu yang akun seseorang ataupun organisasi/kelompok relawan. Teman-teman pasti sudah tidak asing dengan nama Firdza Radiany, bukan? Saya ingat sekali, saya mengikuti akunnya sejak followersnya belum menyentuh angka sepuluh ribu. Konten-kontennya yang ‘gila’ data itu menurut saya luar biasa. Terlebih lagi ketika ia dan dua orang temannya membuat yang namanya @pandemictalks sebuah akun edukasi yang sungguh membumi. Akun yang membuat kita-kita yang awam ini jadi lebih mengerti, tentang apa sih pandemi COVID-19 ini?
Maka ketika Pandemic Talks membuka lowongan relawan, saya langsung sigap apply lamaran. Hahahah. Seandainya teman-teman tahu, itu adalah pengalaman pertama saya melamar pekerjaan. Baik sebagai relawan maupun posisi suatu pekerjaan. Deg-degannya udah macam masukin lamaran kerja kantoran! Senangnya bukan main saat di siang hari, pada tanggal 13 Oktober 2020, saya di-WA oleh seorang Firdza Radiany, salah satu inisiator Pandemic Talks. Saya diterima, guys! Ya ampun, senangnya bukan main. Teman-teman saya sampai heran, saya digaji berapa juta di sana? Pandemic Talks disokong dananya siapa? Gak ada lah.. relawan ini woy, relawan~ Kok senang? Senang dong…jadi bisa belajar banyak, kenal orang-orang hebat, dan tentunya bisa memberi manfaat.. walau sekadar konten edukasi.. Ya kan~
–
Bicara tentang pengalaman saat pandemi COVID-19 sampai ke cerita gimana akhirnya saya menjadi bagian relawan di akun edukasi bernama Pandemic Talks. Jadi nyambung juga nih sama pembahasan yang hits belakangan ini. Apa lagi kalau bukan tentang vaksin COVID-19. Hmmm..pendapat saya sih sebagai orang awam (bukan tenaga kesehatan atau orang yang berkaitan dengan dunia medis), ya tentu aja saya mendukung vaksinasi. Dengan catatan, vaksin yang digunakan memang jelas aman, diberikan rata ke seluruh rakyat Indonesia (no vaksinasi vaksinasi mandiri club), dan kalau sudah vaksin, ya jangan lupa 5M (ini 3M ditambah: menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas).
Jadi begitu yaa teman-teman..sekian sharing dari saya. Semoga bermanfaat, dan oh ya? ada yang mau cerita juga tentang pengalaman saat pandemi COVID-19? Share yuk di kolom komentar!
Tulisan ini diikutkan dalam #TantanganBlogAM2021
Akhirnya ngedrakor jugaki di… 🤣
Ternyata banyak yang seperti Andy, gara-gara pandemi melakukan hal-hal yang belum pernah atau jarang dilakukan. Seperti saya yang tiba-tiba memelihara tanaman hias padahal dulu, malasku. Hahaha
Dari pandemi, saya jadi belajar bahwa Lee Min Ho lebih ganteng daripada Kim So Hyun.
Tapi seganteng-gantengnya Lee Min Ho, masih gantengan Hyun Bin. Sekian dan terima kasih.
Selama pandemi ini saya belajar kalau semua yang terjadi dalam hidup sudah diatur sedemikian rupa sama Allah. Semisal, di saat kami kesusahan soal uang sampai minus banget ternyata rezekinya datang di waktu yang pas banget, On Time. Waktu suami saya kena Covid-19, saya dan anak sehat wal’afiat, Mba. Jadi saya pikir semua keadaan hidup harus kita terima sekalipun susah minta bantuan sama Allah supaya dimudahkan dan dikuatkan.
betul mbak, saya pun merasakan juga. Dompet kosong, beras tinggal sedikit. Mau ngutang malu. Berkeluh kesah juga dalam hati saja. eh tahu-tahu ada yang ke rumah bawa beras sama gula.
Cerita pengalaman yg keren mbak Andy. Sya jg bnyak pengalaman ttg pandemic dri sudut yg berbeda. Kapan2 sya tulis di blog jg.
Intinya jgn ragu untuk divaksin dan selalu menerapkan 5M. Insyaallah semuanya sehat. Amin
Selama pandemi sebetulnya hampir nggak ada beda kalau buat saya dari segi pekerjaan. Tapi waktu bersama keluarga jadi lebh banyak
Wah, hebat.
Memang benar, dimasa pandemi Covid-19 pengalaman hidup begitu warna-warni.
iya ya kak
kita menjadi belajar banyak hal..
terutama belajar beradaptasi sekaligus selalu bersyukur
semoga pandemi ini segera berakhir ya
Banyak yang jadi pelajaran selama pandemi.. Dan harus selalu bersyukur apa pun situasinya. Dan tetep ya…berharap agar pandemi ini segera lenyap..
Waktu diterima di Pandemic Talk senangnya sampai loncat-loncat ya? 🙂 DUh kalau aku mau buat CV berarti harus konsultasi sama mbak Andy
Walaupun gak ikutan di dalam Pandemic Talk tapi seneng aja ada teman yang berkontribusi
Kalau saya, punya kesempatan ngeblog lebih banyak. Alasannya, komputer yang biasanya digunakan untuk desain pesanan, sekarang nganggur di malam hari. Saya gunakan untuk blogging deh.. Hobi & me time yg menyenangkan.
Pandemi ini mengajarkan saya banyak hal, Mbak. Terutama saya harus mendahulukan kebutuhan, bukan keinginan. Jadi sebagai freelance, saya dituntut untuk bisa mengatur keuangan. Tapi Alhamdulillah selalua da rezeki, menegaskan kalau Allah SWT selalu memberi rezeki kepad umat-NYA. Lainnya tentu harus lebih peduli dengan kesehatan.
Setuju, pak.
Gak gampang memang jika dituntut lebih mementingkan kebutuhan daripada apa yang diinginkan. Apalagi freelance kan transferannya gak paasti hehe
Adik bungsuku terkena si coronces ini Desember 2020 lalu mbak. Trus kalau kegiatan selama di rumah melulu ya paling masak2 apa gitu yang belum dicoba, urusan domestis ga ada habisnya hahaha. Nabung yang kenceng, kencangkan ikat pinggang ga konsumtif 🙂
maasyaallah mak, tulisanmu ini jadi pengingat juga buat aku bahwa pandemi membawa banyak hikmah yang luarbiasa dalam hidupku bahkan hubunganku dan keluarga jadi lebih harmonis, dengan Allah alhamdulillah juga, maha Baik deh Allah mah, aku juga jadi makin bisa mensyukuri hal apapun yanhg terjadi dalam hidup
Wkwkwkw, seruu banget ihh, baca artikel iniii
aku senyum2 dewe soalnya ngerasa relatable banget! 😀
Banyak hal yg bisa kita pelajari dari pandemi ini ya.
Warbiyasakkk memang 😀
Selama pandemi, aku jadi keenakan di rumah. Udah setahun nih engga ngemoll. Jadi uplek aja, segala dikerjain di rumah.
Seneng sekali bisa jadi bagian dari Pandemic Talks. Semoga makin banyak saudara-saudara kita yang kesulitan mendapatkan bantuan yah…
Banyak pelajaran yang bisa diambil di kondisi pandemi ini ya mbak. Alhamdulillah, saya juga jadi punya banyak pengalaman baru. Terutama jadi bisa lebih banyak waktu dengan keluarga.
Memang banyak hikmahnya pandemi ini. Meski awalnya bosan di rumah terus, tapi ternyata banyak kebaikannya juga. Semoga sehat selalu ya kita.
Selama pandemi jadi belajar manajemen waktu lagi, mendisiplinkan diri dan anak-anak untuk beraktivitas di rumah
pandemi ini benar – benar mengajarkan banyak hal untukku dan juga keluargaku mba.. bahagia bisa tetp survive hingga kini
Setelah 11 bulan pandemi ini melanda, akhirnya jebol juga pertahananku untuk nggak nonton drakor. wkwkw. Memang deh ya bisa merubah segalanya. Banyak hal yang bisa dipelajari juga.
Pandemi covid 19 mengubah banyak hal ya?
Tapi saya optimis, perubahan membuat kita tahu banyak hal
Pertemuan Seperti workshop dan Sekolah misalnya, ternyata bisa online
Yang harus dilakukan pemerintah hanyalah memperbaiki dan menigkatkan kualitas internet
pandemi ini membuat kita banyak belajar dari perubahan perubahan yang terjadi ya mbak
btw, sukses buat lombanya ya mbak
Indonesia berada di peringkat 18 untuk jumlah seluruh kasus .. wow luar biasanya negara kita ya.
Masya Allah, membaca kisah di atas .. hikmahnya luar biasa yaa mama Rani.
Semoga sehat selaluuu.
saya belajar di saat pandemi covid 19 ini banyak perubahan, dari kuliah offline jadi online.. bimbingan skripsi offline jadi online dan rasanya sangat tidak enak tapi ya harus bisa di lalui alhamdulillah sampai juga bisa sidang secara online
Semoga org sepertinya mengambil byk pelajaran sih, sama halnya saya pribadi. Pandemi ini byk berkah yg didptkan, walaupun jg byk dukanya. Tak lupa utk terus bersyukur
Seru ya mbak pengalamannya, Drakor masih blm kuminati mbak, kwkwkww.
Barakallah ya mbak, JD relawan mnrtku luarbiasa tingkt keikhlasannya, GK diragukan lagi orangnya sprti apa. Dlu mau dftr relawan sj nggak lolos. Hhe
Kak tahu nggak saking gabutnya aku pandemi awal kemarin nggak cuma drakor dong. Drama China yang 120 ep saja aku jabanin wkwkwk
Sukses untuk kegiatan relawannya, Mbak Andy..juga semua yang dikerjakan saat pandemi ini, semoga sehat dan sukses ya!
Btw, awal pandemi saya sempat nano-nano, sempat overthinking..makin ke sini membaik meski tetap gado-gado karena menghindari ketemuan sama teman dan keluarga di dunia nyata.
Tapi tetep sabar dan syukur yang utama
Banyak hikmah ya mba selama pandemi, dan bener banget kadang komentar sabar saat kita tertimpa kesulitan bikin makin sedih dan kadang ngerasa mesti sabar kayak gimana lagi hehe, moga kita semua bisa survive ya, mba
banyak banget yang kita pelajarin dari pandemi, kita belajar pentingnya menjaga personal hygiene, belajar bersabar, belajar bersyukur dan belajar berjuang
Banyak bnget pelajaran yg Kita bisa ambil.. ya mba dari bener2 menjaga kesehatan kebersihan Dan terlebih lagi sekarang lbih sering ngumpul bareng keluarga
Bener banget, Mba. Covid19 banyak mengajarkan kita sesuatu yang bahkan kita belum pernah tau. Bisamewek vina ceritain hal-hal yang vina alami selama pandemi. Tapi tetep, ada sisi positif yang bisa di dapat. Unforgettable momment banget pas pandemi ini. Bisa banget diceritain buat anak cucu nanti..
Mulai 2021 saya makin penat karena masih bertahan tidak keluar kota, keluar rumah juga masih urusan kepentingan, dan akhirnya mulai berani ngedrakor, maraton dan tumbang kurang tidur, baru 2 judul yang episodenya nggak gitu panjang sih…
Terus semangat berbagi kak dan menginspirasi, salam 🙏🏻
Tos dulu, sejak pandemi aku juga nonton drakor, hal yang dulu aku jauhi karena takut kecanduan. Nyatanya nggak sampai nyandu karena milih drakor yang udah tamat, hihiii
Sejak awal covid muncul di cina, saya sih udah pesimis, kalau masuk Indonesia bakalan kacau nih, liat pemerintahnya liat masyarakatnya, ternyata bener kan…
Meski begitu memang banyak hikmahnya ya…
Keren banget mbak jadi bagian dari pandemic talks 🙂 Suka saya jadiin bahan untuk share ke keluarga…
Pandemi ternyata mengubah banyak hal yaa, kak..
Semoga kita semua bahagia dan sehat selalu.
Apapu kegiatannya yang bisa bikin tambah produktif dan menimbulkan good vibes untuk lingkungan.
Dari pandemi ini mmg belajar berempati ya mba masyaAllah semoga mba dan teman2 lainnya digantikan rezekinya ga tega ya mba kalau liat teman kesulitan
emang banyak banget hal yang bisa kita pelajari dari musibah ini yaaaa.. pokoknya semoga pandemi ini cepat berlalu sehingga semua bisa kembali lagi seperti sedia kala yaa
Pengalamanku agak tidak menyenangkan mba soal Covid ini. Suamiku pernah kena, kakak kandungku pun kena (karena komorbid beliau tidak bisa ‘menang’ melawan Covid), hikss.. Kalau suami alhamdulillah sehat sekarang. Sungguh kondisi yang luar biasa harus dihadapi oleh semua orang deh pandemi ini, penuh kekhawatiran. Bagi yang khawatir siiiy… ada juga kan yang cuek bebek kayak punya kesaktian tujuh turunan gitu ga mau ngikutin prokes *kumenangiiiiisss…
Pandemi ini mengajarkan pentingnya menabung dan punya simpenan. Jadi merasa banget bahwa harus mendahulukan kebutuhan daripada keinginan.
Nggak sabar pengen pandemi cepat berakhir, walaupun banyak yang sudah dipelajari. Di rumah aja justru bikin makin produktif nih.
Semoga pandemi segera pergi ya, kangen fokus ngetik dipagi hari hahah… sembari menunggu cucian, sarapan dan mengejar artikel.
Banyak hikmahnya emang pas pandemi begini dan hikmahnya aq jadi lebih rajin memasak