Penyakit Kusta, Apa dan Bagaimana Ketika Menimpa Wanita? Apa itu penyakit kusta? Penyebab, gejala, dan pengobatannya seperti apa? Kemudian bagaimana ketika penderitanya adalah wanita? Selain sejumlah pertanyaan di atas, tentu ada banyak lagi hal yang masih mengganjal yang ingin banyak orang ketahui tentang penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae ini. Saya pun merasa demikian, makin ke sini saya jadi lebih paham apa itu kusta, serta betapa pentingnya kita untuk turut melawan stigma-stigma terkait yang beredar. Menjadi penderita kusta tentu adalah sesuatu yang berat, kita- bisa membantu meringankannya dengan mengedukasi lebih banyak lagi orang yang masih awam di luar sana.
Puluhan tahun lalu, saya- Andy Hardiyanti kecil, sering kali melihat pengemis di pinggir jalan besar di sebuan kota besar di Pulau Sulawesi. Heran, kondisi mereka sama. Terlihat ada penyakit kulit menyerang sebagian atau beberapa bagian tubuh para pengemis itu. Dari cerita orang dewasa sekitar saya, katanya mereka dikucilkan oleh lingkungan. Maka pilihan terakhir untuk bertahan hidup adalah dengan meminta-minta. Berbekal papan dilengkapi roda, mereka menyusuri jalan panjang, berharap belas kasihan dari para pejalan maupun pengendara. Mereka, dominan adalah para pria, tak jarang pula ada yang wanita- yang juga membawa anak-anaknya.
Wanita dan Kusta
Tahun demi tahun berlalu, saya menjalani keseharian sebagai seorang blogger. Aktivitas yang menyenangkan dan membuat saya sadar ada banyak pengetahuan yang jelas- baru saya ketahui. Salah satunya adalah terkait penyakit kusta. Ada banyak sumber yang bisa saya akses terkait penyakit yang menyerang kulit dan jaringan syaraf parifer serta mata dan selaput yang melapisi dalam hidung ini. Beruntung sekali beberapa hari yang lalu, saya bersama teman-teman dari Komunitas Bloggercrony berkesempatan mengikuti talkshow Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia, bertajuk “Wanita dan Kusta”. Ah, rasanya pengetahuan saya akan penyakit kusta kian bertambah, setelah sebelumnya mengikuti pula gelaran yang sama dengan topik berbeda- yaitu tentang healing bagi OYPMK.
Ya, saya yang puluhan tahun lalu penuh tanda tanya, kini jauh lebih paham, bahwa ada banyak hal yang perlu kita ketahui terkait kusta. Seserius ini, bahkan ada banyak kasus tentang penderitanya yang menarik diri dari lingkungan, menyembunyikan penyakit yang dideritanya, dan banyak lagi. Termasuk pula sebagaimana topik yang diangkat oleh Ruang Publik KBR pada Rabu, 30 Agustus 2023 kemarin, tentang bagaimana ketika kusta diderita oleh wanita. Bagaimana pengaruhnya, bisakah seorang wanita bangkit dan berdaya setelah didiagnosa mengalami kusta, bagaimana mereka kemudian tiba di sebuah titik balik yang membuat yakin untuk melanjutkan hidup. Semua dibahas dalam obrolan yang ditayangkan secara live streaming di kanal Youtube Berita KBR.
Perjuangan Yuliati, Seorang Wanita yang Pernah Mengalami Kusta
Hadir sebagai narasumber yakni Mbak Yuliati, yang dalam kesehariannya adalah Ketua Perhimpunan Mandiri Kusta (PerMaTa) Provinsi Sulawesi Selatan, serta seorang OYPMK perempuan. Selama sekitar satu jam, dipimpin oleh host dari KBR, Rizal Wijaya, perempuan kelahiran Kabupaten Takalar ini menceritakan bagaimana suka dukanya sejak mengalami kusta pada 2011 lalu. Tentu saja, kesan pertama adalah ia tidak percaya atas apa yang dialami. Ia butuh waktu, dari sempat menyembunyikan fakta tentang dirinya yang terkena kusta dari keluarga dan orang-orang terdekat, hingga kemudian memutuskan untuk mengakui.
Perempuan yang akrab disapa Yuli ini, akhirnya memberanikan diri menceritakan kondisi dirinya setelah Kakak Iparnya datang ke rumah untuk menanyakan kenapa berhenti kuliah. Kehabisan akal dan terus mencari alasan, maka diputuskannya untuk menceritakan yang sebenarnya. Bersama kakak iparnya itu, ia pun memeriksakan diri ke puskemas dan menjalani pengobatan.
Dari Pausi Basiler (PB) ke Multibasiler
Mbak Yuli awalnya sempat didiagnosa mengidap Pausi Basiler (PB) karena saat memeriksakan diri, baru terdapat sedikit bercak mati rasa di ibu jari kaki. Kemudian setelah pemeriksaan BTA, ternyata dirinya masih juga didiagnosa positif 10 atau multibasier sehingga masih harus berobat selama 1 tahun. Banyak yang bertanya-tanya, dari mana sebenarnya perempuan yang kian aktif dan berdaya setelah terlihat pada organisasi PerMaTa ini terkena kusta? Menurutnya, kemungkinan dari sepupunya yang sering pergi merantau. Mengingat ada kontak fisik yang erat sehingga penularan kusta itu terjadi.
Bangkit Kembali dan Lebih Berdaya
Apakah wanita yang mengidap penyakit kusta akan terus menerus menjauh dari kehidupan? Apakah stigma negatif itu akan terus mengejar dan membunuh mimpi-mimpi mereka? Jawabannya, tidak. Kusta bisa dialami oleh pria maupun wanita, bagi wanita- tentu ini adalah hal berat sekaligus sering disebut sebagai mimpi buruk mereka. Namun dari cerita sosok inspiratif seperti Mbak Yuliati, nyatanya ia bisa bangkit kembali dan lebih berdaya dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
Bersama PerMaTa Sulawesi Selatan, organisasi yang dipimpinnya, yang juga merupakan bagian dari PerMaTa Nasional, sebuah organisasi nirlaba yang berkecimpung dalam pemberdayaan kusta dan disabilitas di bawah naungan Netherland Leprosy Relief (NLR) Indonesia, Mbak Yuli jadi bisa lebih berdaya. Bagi teman-teman pembaca yang belum tahu, jadi NLR Indonesia adalah sebuah yayasan nirlaba dan non-pemerintah yang berfokus pada upaya penanggulangan kusta dan konsekuensinya di Indonesia, serta mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang-orang dengan disabilitas termasuk akibat kusta.
–
Apakah penyakit kusta bisa disembuhkan? Bisa, dengan pengobatan yang rutin dan tuntas.
Apakah penderita kusta, terutama wanita, setelah didiagnosa kusta- jadi tidak berdaya? Tentu saja tidak. Ada banyak orang baik di sekitar atau di luar sana- yang akan mendukung siapa saja- para penderita kusta maupun OYPMK untuk bisa bangkit kembali.
Jadi, yuk lawan stigma negatif tentang wanita dan kusta!
Ingat banget penyakit ini sering disebut kutukan dulu. Penderitanya sampe dipasung terkadang. đ
Untungnya di zaman yang semakin digital, informasi ttg kusta jadi mudah didapat, bahwa penyakit ini bisa sembuh total asal rutin berobat. Dulu aku juga ngeri kok mba tiap mendengar kusta. Malah lebih serem, drpd mendengat penyakit Aids. Pdhl jelas2 Aids blm ada obat nya.
Mungkin ya Krn itu, kurang informasi ttg kusta dan terlebih penyakit ini terlihat secara visual, beda dengan Aids yg tidak kliatan kan.
Setidaknya Skr paham, kalo penderita kusta jangan dijauhi, toh penularanny juga tidak semudah itu. Yg penting mau berobat dan rutin minum obatnya kan.