Banyak Teman Blogger, Banyak Rezeki. Sudah berapa lama ngeblog? Ada berapa banyak teman blogger yang akrab dengan kalian hingga kini? Sudah pernah bertemu langsung, gak? Beberapa pertanyaan tersebut saya coba ajukan ke teman-teman pembaca sebagai pembuka dari postingan yang sepertinya bakal panjang ini. Postingan tentang seperti apa sih hubungan pertemanan di dunia blogger. Gak jauh-jauh, tentu saja saya akan cerita berdasarkan yang saya jalani. Sebagai seorang blogger perempuan, yang benar-benar mulai membuat akun blog di tahun 2007, saat duduk di bangku SMA. Blogger yang masih berusia sekolah, yang awalnya hanya mengenal para blogger dari workshop blog yang diadakan di Makassar.
Hingga akhirnya mengenal lebih banyak mereka di luar sana, tak hanya yang ada di Indonesia, bahkan di sejumlah negara lainnya. Sesuatu yang menarik, setidaknya untuk saya yang belum punya banyak cerita perjalanan ke banyak tempat kala itu. Sebut saja mengenal ya, walau mungkin sekadar tahu karena membaca satu demi satu postingan tiap blogger. Sedikit banyak, jadi kenal, oh si A tinggal di kota atau bahkan negara mana, anaknya berapa, hobinya apa, dll. Itu yang sekadar tahu, ada pula yang saling tahu-saling kenal, sampai tahun demi tahun jadi berhasil kopdaran dengan mereka. Oh ya, bahkan ada pula yang belasan tahun demikian akrabnya, mendukung sesama blogger, namun baru di tahun ini ada rezeki untuk bertemu. Wow mana wow?
Banyak Teman Blogger, Banyak Rezeki
Ini entah ungkapan, anggapan, atau apa, yang menyebutkan bahwa banyak anak, banyak rezeki. Maka saya izin menggunakanya untuk postingan berikut, dengan menggantinya menjadi banyak teman blogger, banyak rezeki. Nah, apa iya? Terkait ungkapan di awal paragraf tadi, tentu saja tidak melulu harus ditelan mentah-mentah, anak-anak harus diasuh, dididik, pun dirawat dengan baik. Dikatakan pula dalam Islam, banyak setiap anak sudah ada rezekinya masing-masing. Tinggal kita sebagai orangtuanya yang harus berikhtiar dan berdoa sebaik mungkin. Ah, rasanya demikian pula jika dikaitkan dengan judul postingan blog yang saya buat.
Banyak teman blogger, banyak rezeki, adalah perihal bagaimana kita merawat dengan baik pertemanan tersebut. Seperti apa ikhtiar yang sudah kita lakukan (eaaa) untuk merawat jalinan pertemanan. Jika ditarik dari awal, bagaimana kita memposisikan diri ketika pertama kali mengenal seseorang, merawat, mengetahui batasan, hingga pertemanan itu (entah dengan siapa) menjadi pertemanan yang luar biasa sehatnya.
Rezeki yang Bisa Berwujud Apa Saja
Jangan mencari satu, dua, atau lebih nama blogger pada postingan ini. Tidak ada. Biarlah sesama kami yang tahu saja. Saya hanya ingin bercerita, bahwa kegiatan yang awalnya membuat saya bangga karena link blog saya bisa dibagikan kemana-mana, saat orang hanya heboh dengan Friendster dan sebagainya, ternyata memberikan manfaat sedemikian banyaknya. Tahun 2007 mulai mengenal blog, jelang 2011 mulai memutuskan menggunakan blog TLD-tempat sekarang teman-teman sekarang menemukan saya, hingga di tahun 2023 kini entah sudah berapa nama yang saya kenal. Untuk di Indonesia saja, kalau nih kalau, ada rezeki untuk road trip, rasanya di setiap titik, ada saja satu-dua-atau lebih nama blogger yang namanya tak asing, yang mungkin- Insya Allah tidak akan menolak untuk dikunjungi.
Banyak teman blogger, banyak rezeki. Dan rezeki itu bisa berwujud apa saja, tidak melulu materi. Setuju tidak?
Dari Minta Diajarkan, Hingga Jadi Tempat Saya Belajar
Seorang perempuan berkali-kali menghubungi saya, lewat jalur mana saja. Sepertinya kala itu belum ada Whatsapp. Ia mengontak saya lewat kotak pesan di media sosial, komentar blog, perpesanan surat elektronik, bahkan lewat pesan singkat alias SMS. Wow! Saya bukanlah seorang yang demikian sabar menjelaskan, bukan. Kadang lelah juga. Tapi perempuan ini gigih sekali ingin belajar, semangatnya untuk belajar ngeblog sedang membara. Tidak, dia tak seusia saya. Saya pun heran, kenapa dia bertanya pada saya. Lupa, bagaimana awal perkenalannya.
Singkat cerita, si pembelajar yang luar biasa giatnya ini tumbuh sebagai seorang blogger profesional. Tidak butuh waktu lama, hingga saya yakin, dia jauh- sangat jauh cerdasnya dari sosok yang saya meminta diajarkan dulu. Hahaha. Prestasinya tak terhitung, kesempatannya tampil di publik duh entah berapa kali, tulisannya jangan ditanya- ia bisa menulis, menggali sedalam-dalamnya- tak seperti saya yang apa adanya. Rezeki saya mengenalnya, kini darinya, saya pun jadi bisa belajar banyak hal. Karena pernah tinggal di kota yang sama-meski kini tidak, saya cukup sering bertemu dengannya. Tak perlu bertemu sebenarnya, sampai sekarang, kami masih menjalin komunikasi dengan sangat baik.
Pertemuan Pertama Setelah 11 Tahun Mengenal
Sebuah paket seberat lebih dari 10kg tiba di rumah tetangga saya. Karena saat itu kami sedang bepergian, rumah kosong, maka oleh kurir dititipkan ke tetangga. “Paketnya berat bu, saya khawatir kalau kenapa-kenapa. Saya titip saja ya”, jelas pesan dari ujung telepon tersebut. Setibanya di rumah tetangga, kami mengambil paket yang dinanti-nanti itu.
“Ini apaan sih? Kok berat sekali? Kamu belanja online apa?”, si tetangga penasaran.
“Gak kok, ini kiriman sahabat blogger saya”, jawab saya.
“Oh, emang sudah akrab ya. Pernah ketemu?”, tanyanya lagi.
“Belum sih, semoga suatu saat nanti”, jawab saya lagi, yang ditutup dengan wajah melongo si tetangga. Hahahah.
Ya, paket ini memang sudah kami nanti. Paket yang kami ketahui isinya minimal seberat 10kg, kata si pengirim-alias sahabat blogger saya tadi- biar hemat. Sekalian kirim pakai yang paketan besar. Anak-anak pun sudah tak sabar membukanya. Masya Allah, isinya sudah macam habis ngeborong buku-buku di gelaran pameran buku Big Bad Wolf. Tentu saja, anak-anak saya yang pada gemar membaca, berbinar-binar melihat isi paketnya. Selain itu, ada dua set sprei dengan bahan berkualitas baik (produksi saudaranya yang memang memiliki usaha sprei), pakaian renang, boneka, dan entah apa lagi.
“Bu, ini buat kita semua?”, tanya si sulung.
“Iya nak”, jawab saya singkat.
“Ibu kan belum pernah ketemu sama sahabatnya (sebenarnya dia sebut nama wkwkw) itu? Kok bisa?”, tanyanya lagi.
“Udaaaah, sini sini kita bikin video reaction. Kasih ucapan terima kasih ke kakak-kakak di sana (ini juga tentu saja sebut nama)”, ajak saya.
–
Dua cerita singkat (padahal panjangnya minta ampun) di atas hanyalah contoh dari sekian banyak kebaikan, rezeki yang saya dapatkan dari mengenal teman-teman blogger. Untuk semua itu, saya ucapkan banyak terima kasih, dan tentu saja terselip doa agar kelak rezeki selanjutnya, tak putus-putus mengalirnya. Ya, siapa sangka, sosok yang awalnya hanya dikenal lewat obrolan di dunia maya, dari membaca tulisan demi tulisan mereka, hingga merasa dekat-akrab-meski belum pernah bertemu. Ya, rezeki bisa berwujud apa saja. Tidak melulu materi. Ada yang berupa kesempatan (pekerjaan, belajar, dll), atau yang lainnya.
KEB dan Kesempatan Seorang Blogger Menjadi Trainer
Pada bagian tulisan sebelumnya, rezeki yang saya maksud adalah rezeki yang datang dari mengenal individu demi individu blogger, maka sekarang saya akan bercerita dari bagian berbeda. Rezeki yang datang dari komunitas blogger. Oh ya, untuk yang belum tahu, per tahun 2012 lalu, saya adalah seorang blogger Lombok. Lombok di mana ya? itu lho, salah satu pulau yang termasuk ke dalam Provinsi NTB. Pulau yang sering dijuluki sebagai Pulau Seribu Masjid. Nah, lebih tepatnya lagi, saya tinggal di ibukota dari Provinsi NTB, yaitu Kota Mataram.
Singkat cerita, awal tahun 2023, oleh sebuah komunitas blogger yang saya ikuti, yakni KEB atau Kumpulan Emak Blogger, saya mendapatkan rezeki kesempatan yang sangat baik. Saya menjadi satu-satunya anggota KEB di sini, di Lombok, yang diutus untuk mengikuti sebuah rangkaian kegiatan Pelatihan untuk Pelatih alias Training To Trainer dengan topik Literasi Digital. Menariknya, bukan sekadar pelatihan, karena pada kegiatan ini, kami diajarkan metode Komunikasi Antar Personal (KAP). Sebuah metode yang tidak semua orang tahu, yang bertahun-tahun diterapkan untuk mengedukasi berbagai hal-yang kerap sulit diterima masyarakat. Ya, inilah rezeki yang saya terima sebagai seorang blogger, lewat komunitas KEB. Rezeki berupa kesempatan menjadi trainer.
–
Benar kan, banyak teman blogger, banyak rezeki. Tinggal bagaimana kita untuk terus berbenah diri, memperbaiki kualitas diri, sehingga siapa saja menjadi nyaman berada di dekat kita 🙂
Setuju banget sama pernyataan banyak temen blogger banyak rejeki
aku jadi punya banyak temen se Indonesia Raya dan beberapa dari luar, dannnn bisa ketemu sama mbak Andy, dan juga ditawari kerjaan hehehe.
Aku sendiri juga banyak belajar dari temen temen blogger, jadi tau banyak hal nggak hanya soal tren kekinian, tapi juga tentang dunia blog