Menu Favorit Ramadan

Menu Favorit Ramadan. Kita pasti punya menu favorit ramadan masing-masing. Sajian andalan yang disantap beberapa kali dalam sebulan berpuasa. Mengingat kemampuan memasak yang saya miliki sungguh basic sekali, jadi kalau bicara menu favorit, yang teringat ya masakan Mama Rahimahullah. Atau aneka kuliner yang bisa dibeli di luar sana. Masakan beliau memang juara sih, yang paling saya ingat yaitu udang goreng asam, tumis pare udang, dan ikan mairo (bahasa Indonesianya apa sih?) goreng asam yang masih ada minyak-minyaknya itu lho. Ah, menulisnya saja sudah terbayang, menyantap dengan berkali-kali tambah nasi. Sungguh definisi -kalau sudah tiada, baru terasa-. Ketika Mama sudah gak ada, baru deh memori demi memori itu kembali. Al Fatiha..

Jadi puasa makan apa? Seperti pertanyaan yang tercantum di gambar pembuka di atas. Puasa ya tidak makan dan minumlah, malah ditanya makan apa. Oke, tidak mengapa kalau tidak tertawa. Jokesnya sungguh kriuk soalnya. Puasa makan apa? Makan apa-apa yang tersedia. Setidaknya pada 10 hari pertama bulan Ramadan kemarin, menu buka puasa dan sahur kami tidak jauh dari sayur bayam, tempe goreng, telur (dadar maupun ceplok), sup, edamame (kedelai jepang), aneka olahan frozen food (nugget, bakso sapi, dumpling, sosis, dll) yang kapan hari diberi oleh seorang teman. Makasih ya!

Singkatnya Kenikmatan Dunia

Teringat momen ramadan bertahun-tahun lalu, terutama saat masih tinggal bersama Mama. Betapa Masya Allah, gegap gempitanya lauk yang tersaji. Sebab beliau tipikal yang gak bisa tuh, lauk itu-itu aja. Mungkin teringat semasa kami kecil dulu, betapa totalnya dimasakkan ini itu. Alhamdulillah, sampai hari ini, puasa kami lancar. Dengan menu lezat yang disajikan oleh pak suamik dan si sulung, Rani. Saya ada lah sesekali masak, haha..tapi ya mengingat alirannya ‘tawar’ jadi gak lolos di lidah anggota keluarga pada umumnya. Udah paling bener deh pak suamik aja yang masak.

Sempat baca tidak, quote viral yang berbunyi: “menahan lapar dan dahaga selama 14 jam, namun terasa kenyang dalam 5 menit…dan seterusnya” itu? Sesuatu yang sebenarnya sudah kita rasakan bertahun-tahun lalu sejak belajar berpuasa, ya kan? Tapi mungkin lewat quote tersebut jadinya tersadar, oh ya, kenikmatan dunia ya memang sesingkat itu. Sering kan terjadi? Sehari sebelum hari pertama ramadan, rasanya pengen menyantap aneka menu favorit, mumpung masih bisa makan. Atau saat berpuasa, sudah terbayang tuh, sebentar pengen berbuka puasa dengan masakan apa saja. Terlintas lah, oh pengen makan jalangkote, bakso, mie ayam, ayam lalapan, pallubasa, atau yang lainnya. Berasa semua ingin dimakan, dan bisa dihabiskan saja. Padahal ya mana bisa~

Menyederhanakan Makanan Ramadan

Benar, bulan ramadan haruslah disambut dengan penuh suka cita. Benar pula, bahwa setiap muslim-setiap mereka yang beriman, haruslah happy dengan kedatangan ramadan. Tapi bukan berarti, kita bermewah-mewah di sini, terutama untuk urusan makanan. Bahkan pernah saya mendengar ceramah entah di mana oleh siapa, yang bahkan menyarankan agar urusan makanan ya sederhana saja. Mengapa? Agar waktu yang ada tidak habis untuk menyiapkan menu makanan yang ribet. Tetapi dipakai untuk memperbanyak ibadah. Ini baru tentang pemanfaatan waktu.

Belum lagi ketika mengingat apa yang tengah terjadi dengan saudara kita di Palestina sana. Betapa terbatas, lebih tepat- susahnya- mereka untuk makan. Ada yang memasak rumput, ada pula cerita yang tersebar kapan hari, tentang timun yang dibagi berapa bagian untuk disantap banyak orang. Jahat sekali rasanya kalau di sini kita makan secara berlebihan.

Sederhana dengan Dibantu-Nya

Apa bisa menyederhanakan makanan di bulan ramadan? Menahan untuk tidak membeli aneka kuliner sesuka hati, sebisa isi dompet yang tersedia? Puasa artinya menahan kan? Tak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga hawa nafsu. Termasuk pula nafsu ingin membeli dan menyantap ini itu.

Qadarallah, bisa kok. Saya menyebutnya, sederhana dengan dibantu-Nya. Setiap hari, indah sekali algoritma media sosial mengarahkan pada postingan tentang bagaimana kita seharusnya menyikapi ramadan kala genosida terus terjadi. Bagaimana kemudian isi dompet pas-pasan, tapi yang terpikir jika kelak kembali terisi- inginnya bukan untuk dihabiskan untuk kepuasan diri, sampai kepada rasa kenyang dengan lauk-lauk sederhana yang tersaji di rumah. Bahkan beberapa butir kurma dan air putih, sungguh puas sekali untuk disantap saat sahur dan berbuka.

Ketersediaan bahan makanan di pasar sana, aneka sayur, lauk tempe tahu, telur, dan lainnya. Sudah lebih dari cukup. Bisa kok, jadi masakan yang mungkin menu favorit ramadan yang kita ingat di kemudian hari.

Biasa dipanggil Andy. Pernah tinggal lama di Makassar dan sekarang di Mataram, Lombok. Ngeblog sejak 2007. Senang kulineran, staycation, kopdaran di cafe, browsing produk di toko online tapi gak beli, dan tentu saja...senang menulis :) Bisa dikontak di andyhardiyanti@gmail.com

1 Comment

  • ainun 21 March 2024 at 3:37 pm

    aku penasaran sama jalangkote mbak, belum cobain
    dirumahku nggak ada menu favorit selama ini, memang tiap hari berganti menu dan semuanya terasa nikmat plus enak pokoknya
    minum es campur atau es teh aja terasa nikmat kalau pas buka puasa

    Reply

Leave a Comment