Sekitar tujuh tahun yang lalu ketika saya duduk di bangku SMA ada sebuah gank yang diberi nama D’Autis. Gank yang anggotanya terdiri dari enam orang (seingat saya), kesemuanya adalah teman kelas saya. Yang mana kini mereka sudah menjadi sarjana, meniti karir dan Insya Allah sukses semua. Tidak heran mengingat sewaktu sekolah mereka memang siswa-siswa cerdas. D’Autis, sebuah gank pada waktu itu yang berisikan orang-orang hebat. Kalian sudah sering mendengar bahwa setiap perkataan adalah doa, pemberian nama pun merupakan doa. Bersyukurlah doa-doa mereka tujuh tahun lalu tidak ada yang diijabah Yang Maha Kuasa.
Apa yang saya sampaikan pada paragraf pembuka tadi benar adanya. Iya, itu kisah nyata. Nyata bahwa di kelas saya dulu ada gank bernama D’Autis. Nyata bahwa anggotanya adalah anak-anak cerdas. Pun nyata bahwa mereka sampai detik ini terbilang sukses, sehat, tidak kurang satu apapun. Kisah tersebut selalu saya ingat ketika saat ini marak kasus dimana kata ‘autis’ digunakan semena-mena, tidak pada tempatnya. Kalau dulu tujuh tahun yang lalu, yang seperti itu saya diamkan saja. Maka lain halnya sekarang dimana internet sangat mudah diakses, kita dapat belajar darimana saja dan kepada siapa saja.
Tulisan tentang larangan penggunaan kata autis yang tidak pada tempatnya sebenarnya sudah banyak. Pada berbagai media sosial pun sangat mudah kita temukan tulisan demikian yang notabene adalah hasil share sana, share sini. Sayangnya mungkin hanya sebagian orang yang berminat membaca. Atau mungkin hanya sekadar share agar terlihat care? Entahlah. Saya tentunya punya alasan tersendiri mengapa membuat tulisan ini. Pertama, karena di salah satu media sosial saya berteman dengan seorang ibu luar biasa. Emak Cibi namanya. Seorang Indonesia yang tinggal di Malaysia. Seorang Ibu dari 5 orang anak yang 2 diantaranya mengalami gangguan autis. Kedua, karena rupanya saya tidak perlu jauh-jauh memperingatkan orang lain untuk tidak sembarangan menggunakan kata autis. Hampir setiap hari ada saja yang menggunakan kata tersebut. Baik sebagai ejekan untuk diri mereka sendiri, ataupun orang lain. Menegur secara langsung rasanya tidak efektif dan ujungnya lebih banyak berdebat. Harapan saya? semoga mereka berkenan membaca sebentar tulisan ini.
Autis atau Apatis?
Autis atau apatis. Sepintas dua kata ini terlihat sama. Namun mari sejenak kita tengok maknanya: Apatis yaitu acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh:
Ya, demikianlah makna dari kata apatis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bagaimana dengan makna kata autis? Masih pada sumber yang sama, autis atau autisme berarti:
gangguan perkembangan pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu
Dua kata diatas jelas memiliki makna yang berbeda bukan? Jadi sampai disini, bagaimana teman-teman? Teman-teman yang suka mengejek sikap seseorang yang sibuk dengan gadget ataupun hal lainnya sehingga tidak memperhatikan lingkungan sekitar dengan istilah autis. Teman-teman yang terlihat jelas normal namun dengan bangganya menyebut-nyebut dirinya autis. Setidaknya semoga setelah membaca paragraf ini kalian jadi paham bahwa selama ini salah kata. Orang yang sibuk sendiri dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar itu namanya apatis. Tentu tidak tepat jika disamakan dengan autis/autisme. Tidak ada seorangpun yang meminta dirinya autis, autis dapat terjadi karena adanya gangguan pada susunan syaraf pusat seseorang.
Semoga besok-besok saya tidak lagi repot mencolek Emak Cibi untuk menegur kalian pada setiap postingan yang salah kata ya π
Gunakan Kata Autis pada Tempatnya
Ya, gunakanlah kata autis pada tempatnya. Lalu dimana tempatnya? Dimana, ya mungkin kata ini kerap kali digunakan pada artikel-artikel kesehatan atau ketika kita menyebut seseorang yang memang mengalami gangguan tersebut. Itupun tidak serta merta kita menyebut dengan ‘anak autis’, jelas tidak. Kita belajar bahasa Indonesia dan di usia sekarang sudah tentu kita paham mana bahasa yang sopan mana yang tidak, mana yang halus mana yang kasar. Sayangnya masih ada saja yang menggunakan kata autis tidak pada tempatnya.
Masih belum hilang dari ingatan kita dimana seorang ustadzah kondang, menyampaikan permintaan maafnya ke publik karena telah menggunakan kata autis secara sembarangan. Bukan itu saja, sebelumnya pula seorang penyanyi dangdut yang terkenal dengan goyangan ngebornya juga pernah melakukan hal demikian dan berakhir dengan sikap hebatnya yang mengaku salah dan meminta maaf. Meminta maaf pada siapa? Pada publik. Khususnya kepada mereka yang mengalami gangguan autis pun keluarganya. Yang tentu saja akan merasa terluka ketika apa yang dialami keluarganya tersebut dijadikan sebagai bahan candaan, ejekan atau sejenisnya.
Belajar dari kejadian-kejadian sebelumnya. Lantas, apakah masyarakat khususnya mereka sesamaΒ public figure mulai menjaga agar tidak mengulang kejadian yang sama? Menggunakan kata autis tidak pada tempatnya. Rupanya tidak, setidaknya ketika saya menemukan postingan pada akun instagram milik seorang artis remaja yang lagi digandrungi cewek-cewek saat ini. Apa kabar Aron Ashab? Sudahkah engkau menengok komentar-komentar dari Emak Cibi dan teman-temannya yang menumpuk di bawah caption fotomu? Atau notifikasinya terlewatkan karena tertumpuk oleh komentar-komentar mereka para penggemar yang senantiasa membelamu? Apapun itu, kami masih setia menunggu permintaan maafmu yaa π
Autis dan Penggunaan Sembarangan di sekitar kalian
Jangan melulu menyalahkan, namanya juga public figure pasti segalanya akan menjadi sorotan. Kalau tadi saya katakan bahwa tidak perlu jauh-jauh, teman-teman sekitar saya saja hingga hari ini masih banyak menggunakan kata autis tersebut sebagai bahan candaan. Maka coba cek teman-teman sosial media sekitar anda! Caranya gampang, ketik kata ‘autis’ pada kolom pencarian yang berada di sudut kiri atas halaman facebook. Lihat hasilnya dan klik tulisan ‘see more posts from friends and groups’. Taraa! bagaimana hasilnya? Tentunya lihat yang memang penggunaannya tidak sesuai ya π seperti saya, karena berteman dengan Emak Cibi yang notabene banyak membahas mengenai autis ini. Maka tentu saja banyak muncul postingan yang berasal dari akun facebook Emak Cibi.
Tapi jangan salah, postingan yang gak bener pun banyak. Mulai dari yang hanya sekadar status teks biasa, caption foto yang diupload, notes hingga komentar kecil pada tulisan,gambar ataupun video orang lain yang dishare di halaman facebooknya. Masih ada yang menggunakan kata autis sembarangan? ada! Dan kalau bisa tutup muka, rasanya mau tutup muka sekarang juga. Malu! Diantaranya masih ada saja yang merupakan keluarga π Giliran ditegur, malah dicuekin. Besok-besoknya ketemu video yang sama, dishare dan diulangin lagi penggunaan kata autisnya. Huft.
Pengguna Kata Sembarangan Bukanlah Orang Sembarangan
Ironisnya lagi, seringkali yang menggunakan kata autis tidak pada tempatnya ini bukanlah orang sembarangan. Maksud saya, bukanlah mereka yang tidak membaca, tidak kenal internet atau mereka yang tidak pintar. Seringkali pelakunya adalah mereka yang tinggi derajat kecerdasannya #halahbahasanya.
Mereka menggunakan kata autis untuk jadi bahan ejekan, apa mereka sudah kehabis kuota internet untuk sekadar mencari tahu dulu apa makna sebenarnya dari kata autis? Atau mereka menyebut/menyatakan autis pada diri mereka yang oleh Yang Maha Kuasa sudah diberikan kesehatan, normal tanpa kekurangan satu apapun, bahkan lebih cerdas diantara yang lain. Apa mereka lupa bahwa semua perkataan adalah doa? Lalu, apa mereka sadar bahwa mereka baru saja mendoakan yang tidak-tidak pada diri normal mereka sendiri? Ayolah, pikir kembali.
—
D’Autis. Teman-teman sekelas saya tujuh tahun yang lalu. Saya percaya bahwa suatu saat kalian akan singgah pada postingan ini. Senang melihat kalian tidak berkumpul lagi sebagai gank yang tidak ingin lagi saya sebutkan namanya. Saran saya, cobalah cari nama yang lain π D’Sukses mungkin? #justkidding
Jadi, bagaimana dengan kehidupan teman-teman pembaca sekalian? Masih sering menemukan penggunaan kata autis yang sembarangan? yuk mulai sekarang, gunakan kata autis hanya pada tempatnya π
Adik saya nih mak! Ngatain saya autis gara2 lama megang hp.. Huuft
Nah, kan! Fast respon nih. Beneran masih banyak yang pakai kata autis tidak pada tempatnya π
#colekadiknyambaknoorma
Nah ini ni artikel keren. Membahas sesuatu yg sangat mendetail yg kebanyakan orang gak sadar sering melakukannya. Setuju bgt dengan himbauan ini, menggunakan kata autis pada tempatnya. Sip
Makasih mas, senang bisa saling mengingatkan supaya sama-sama sadar π
Ini memang becanda yang berlebihan. Terimakasih sudah mengingatkan dengan cara yang sangat baik. Pelajaran buat kita semua agar lebih berhati-hati dalam membuat status karena sosial media itu viral.
Sama-sama mbak. Senang kalau akhirnya postingan ini bisa memberikan manfaat. Lebih senang lagi kalau teman-teman jadi sadar untuk tidak ‘asal bicara’ lagi π
Sepertinya memang makin lama makin banyak orang yang menggunakan kata autis untuk mengolok mereka yang tampak egois, kurang ramah, kurang bersahabat tanpa memahami benar makna yang terkandung di dalam kata autis. Nice post mba
Iya, mas π Tapi giliran ditegur malah galakan mereka. Hiks
Yang berlalu biarlah berlalu, itu 7 tahun lalu kan belom gencar seperti ini perihal autis. π
Iya π
Itu sebagai pengantar saja. Toh sekarang teman-teman juga sudah tidak begitu ‘ngegank’ seperti jaman SMA. Hanya kembali ingat setelah lihat maraknya kesalahan penggunaan autis saat ini. Dulu tidak senang dengan nama gank yang dipakai mereka. Tidak sreg saja, rupanya memang tidak pantas kan π
iya bener banget mbak, kurang sopan kesannya
Bukan kurang sopan lagi mas, gak sopan banget malah. Heheheh
sebenernya mereka itu jauh lebih keren lho mbak kalau kita bisa membimbing mereka
Benar sekali mbak. Mereka adik-adik ABK jauh lebih cerdas sebenarnya dibanding kita-kita yang katanya normal ini. Saya punya beberapa teman di fb yang punya ABK, jadi sedikit banyak tahu tentang mereka.
Iiiiccchhh…gila aja kali pake kata autis gak pada tempatnya kek gitu. Masa sih orang gak bisa lepas dari gadget dibilang autis, hohooo….itu mah namanya “addicted”. Hehehe…tapi apa biisa tuh sambil pake sepatu baca buku atau pekerjaan lainnya. Mudah-mudahan banyak yang baca postingan ini biar mereka pada tau tuh kalo penggunaan kata AUTIS harus pada tempatnya!
Bener bunda, banyak sekali di luar sana (bahkan disekitar kita) yang masih sembarangan pakai kata autis ini π
sepertinya saya juga mengidap demikian itu. saya rasakan sendiri mbak, tapi sayangnya orang tua ngga menegerti dengan kelainan ini. aku malah ngga pede kalao memang benar benar autis.
kalau mau ngomong didepan publik saja malu. apa ini juga termasuk? juga lagi kadang kalau ngomong juga ngga nyambung dengan diskusi saat teman pada diskusi. apa ini juga bagiannya? bagaimana bu?
Hmmm, mengidap apa maksudnya mas? Autis?
Setahu saya gejala autis itu bisa diketahu sejak kecil. Setidaknya sejak umur 18 bulan hingga 3 tahun.
Kalau sudah sebesar ini rasanya bukan π
Kayaknya salah persepsi mengenai arti kata autis, si masnya
aku pernah mengingatkan teman tuh mbak soal ini, tapi temenku gak terima
Sama mbak π saya juga pernah. Yang ada malah galakan dia.. hiks.
iya lho, saya beberapa kali mendengar orang memakai atau menulis kata autis tidak pada tempatnya
Alhamdulillah ndak pernah dengar kata autis diucapkan sembarangan. Tapi pernah ada guru yang ngantar muridnya pulang terus beli sesuatu di toko saya gurunya bilang “anak ini autis mbak”. Padahal ndak perlulah ngasih tau gitu, wong bapaknya anak itu juga sering mampir di Toko saya
[…] postingan terkait info lomba blog banyak peminatnya sodara-sodara, dibanding postingan saya tentang penggunaan kata autis yang tidak pada tempatnya oleh artis nganuh itu #eh. Sama halnya pula pengunjung blog saya yang […]
pernah ga yaa saya mnggunakan kata itu sembarangan?? Semoga tidak, karena ada nyeri jika dengar kata itu..
Kadang orang cuma ikut2an aja ya, keliatannya keren ngomong autis, ikutan ngomong juga. Harusnya cari tahu dulu arti kata yang sebenarnya itu apa.
Bahkan untuk menempatkan kata autis pada tempatnya pun, kadang akan terdengar kasar. Mungkin lebih baik menggunakan kata “berkebutuhan khusus/spesial” π
Huwaaaa.. artikelnya bermanfaat banget. makasih banyak sudah mengingatkan. Kata-kata ini sring berseliwer soalnya.. hiks
Nah, ini nih tulisan bgs :).. Aku juga srg sebel mba, kalo baca di medsos bnyk temen2 yg salah kaprah ttg arti autis dan apatis… tp mau ngejelasin ke mereka ntr dibilang sok tau.. gatel pgn kritik tp ya sudahlah.. -__-
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai Psikologi. Perkembangan psikologi manusia sekarang ini harus sangat diperhatikan agar mereka tidak berkembang dengan mental yang salah.