Kelas Inspirasi Lombok 4: Pengalaman Pertama Bersama Kelas Inspirasi. Kegiatan Kelas Inspirasi sudah diadakan sebanyak 4 kali di Pulau Lombok. Dan entah selama ini saya berada di belahan dunia yang mana sampai akhirnya baru ikut berpartisipasi pada perhelatannya yang keempat, yang diadakan di kaki Gunung Rinjani, 21 Januari 2017 lalu. Sebuah pengalaman luar biasa bagi saya, tentang menikmati kawasan kaki Gunung Rinjani dengan cara yang berbeda. Perihal mengenal teman-teman baru, pun belajar banyak hal baru. Sebuah jawaban atas pertanyaan saya sedari dulu. Kenapa sih mereka mau jauh-jauh datang mengajar dengan biaya sendiri, tanpa digaji, tanpa diberikan satu fasilitas pun?
Berkenalan dengan Kelas Inspirasi Lombok 4
Sebenarnya saya sudah lama mendengar kegiatan Kelas Inspirasi ini, baik yang dilaksanakan di Pulau Lombok maupun di daerah lainnya. Tapi jujur saja, saya hanya mendengar nama. Tidak dengan inti kegiatannya dan hal-hal detail di dalamnya. Yang saya tahu, mereka para relawan akan mengajar atau berbagi inspirasi pada satu hari yang sudah ditentukan oleh panitia penyelenggara. Hari yang diberi nama hari inspirasi. Mereka para relawan, datang dengan biaya sendiri, tidak digaji dan segala sesuatunya adalah urusan dompet masing-masing. He? Ini demi apa? Herannya, setiap kali pendaftaran dibuka, yang mendaftar selalu saja melebihi kuota yang ada. Maka diterapkanlah sistem seleksi. Ada yang diterima, ada yang tidak.
Setelah ‘ditodong’ link formulir pendaftaran selama beberapa kali oleh teman-teman, akhirnya saya mendaftar juga. Mengisi ala kadarnya. Hey, profesi saya apa? Blogger? Saya bahkan mengisi kolom profesi sambil tertawa dalam hati. Blogger, profesi yang tidak banyak orang mengerti. Profesi tanpa seragam dan selalu dipandang sebelah mata oleh siapa saja. Eh tunggu dulu, siapa saja ya? Hahahahah. Coba para blogger jawab sendiri #eaaa. Dan suatu hari pengumuman relawan terpilih akhirnya diumumkan. Ada nama saya di sana dan ditempatkan di SDN 1 Sajang. Sampai pengumuman itu terbit, saya masih heran, masih bingung mau ngapain, masih berpikir bagaimana berkenalan dengan belasan orang baru sesama relawan di SDN 1 Sajang. Aih, saya kebanyakan mikir!
Singkat cerita, kami dibuatkan sebuah grup di WA. Lihatlah, betapa antusiasnya mereka para relawan yang berasal dari berbagai daerah di luar Pulau Lombok. Ada yang dari Sumbawa, Bali, Solo, Cirebon, Jakarta, Lampung, bahkan Belitung! Saya menyimak keriuhan obrolan mereka, tentang sudah membeli tiket pesawat atau tidak, soal penginapan selama di sana, bagaimana makannya dan yang lain sebagainya. Waktu berlalu dan semuanya tidak seribet yang saya bayangkan. Ah, saya semakin penasaran dengan kegiatan kami nanti.
Menjelang Hari Inspirasi di Kaki Rinjani
Kami berangkat ke Sembalun pada Jumat 20 Januari 2017 dan tiba sore harinya. Kegiatan yang dilakukan pertama kali yaitu mengikuti briefing bersama panitia dan ratusan relawan lainnya. Sesudah itu, barulah kami menuju ke SDN 1 Sajang, sekolah tempat kami berbagi inspirasi keesokan harinya. Saya hanya mengantar teman-teman yang malamnya akan menginap di perpustakaan SDN 1 Sajang, sebab saya dan keluarga menginap di tempat penginapan di daerah Sembalun. Ya, saya datang bersama suami dan anak. Jarak antara lokasi briefing dengan sekolah kami lumayan jauh, sekitar 9km. Maka sebagian besar anggota tim kami memutuskan untuk menginap di perpustakaan SDN 1 Sajang. Tentu saja setelah mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah.
Meski tidak ikut menginap di perpustakaan, saya tetap menyempatkan diri untuk sekadar duduk bersama mereka. Membantu menyelesaikan peralatan-peralatan pendukung untuk kegiataan Hari Inspirasi besok. Sembari menikmati segelas kopi khas daerah Sajang yang sudah disediakan oleh ibu-ibu guru di sana. Oh ya, betapa beruntungnya kami. Kepala Sekolah dan para guru menyambut kami dengan sangat ramah.
Hari Inspirasi, Tentang Menikmati Kaki Rinjani dengan Cara yang Berbeda
Ini bukan kali pertama saya mendatangi kawasan kaki rinjani. Sebelumnya, saya pernah datang dua kali. Dimana keduanya adalah perjalanan wisata. Menikmati stroberi, bukit selong, pusuk Sembalun dan hal lainnya yang mudah dijangkau. Maka, kedatangan ketiga saya tepatnya di SDN 1 Sajang, sebuah tempat yang tidak termasuk kawasan wisata tersebut memberikan nuansa yang berbeda. Ya, saya menikmati kaki rinjani dengan cara yang tidak biasa. Bukan, bukan untuk wisata. Ini bahkan lebih dari sekadar wisata!
Pagi-pagi sekali kami sudah berkumpul bersama. Berdoa dan bersiap untuk berbagi inspirasi seharian nanti. Kami masing-masing ditempatkan pada satu ruang kelas. Satu kelas akan diisi oleh dua orang relawan pengajar. Nantinya para murid yang akan berpindah atau istilahnya skema moving class. Total akan ada 4 kelas berbeda yang akan kami ajar hari itu. Saya sekelompok dengan Yovie, seorang polsuspas dari Belitung. Kami kebagian jatah mengajar di kelas 6, 5, 4 dan 3. Saya yang pemula di Kelas Inspirasi menjadi sangat terbantu dengan keberadaan Yovie. Bagaimana tidak, setiap harinya dia adalah pengajar bagi para tahanan yang masih tergolong anak-anak.
Lalu apa yang saya ajarkan? Agak bingung sih, awalnya ingin memberi kesempatan ke mereka untuk belajar membuat sebuah postingan. Tapi sayangnya sinyal di sana tidak mendukung, ada sih…tapi tidak bisa diajak kerja berat. Maka saya jelaskan saja tentang seperti apa sih profesi blogger itu. Hal-hal apa yang saya lakukan hingga menjadi seorang blogger, pencapaian-pencapaian saya, dan lainnya. Dimana semuanya saya awali dengan menjelaskan tentang apa itu internet terlebih dahulu. Iya, mereka belum tahu yang namanya internet. Tapi cepat paham begitu dijelaskan. Ya, mereka sangat antusias mendengarkan penjelasan kami. Sampai tidak terasa sudah waktunya mereka harus berpindah kelas lagi.
Selain mengajar, Yovie juga memberikan hiburan dengan mengajarkan sebuah yel-yel yang kemudian kami beri judul “Anak Sajang Beraksi”. Mereka sangat bersemangat saat diajarkan dan mempraktikkan bersama yel-yel tersebut. Sembari Yovie mengajarkan yel-yel, saya memperhatikan masing-masing dari mereka. Apa yang mereka kenakan. Dan mata saya tertuju berkali-kali pada fokus yang sama yaitu sepatu. Sepatu sebagian besar dari mereka sudah tidak layak pakai. Gambaran yang membuat saya berpikir bahwa yang seperti ini itu nyata adanya. Bukan di sinetron yang dilebay-lebaykan belaka.
Sebuah Pertanyaan yang Saya Temukan Sendiri Jawabannya
Ya, saya menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan perihal mengapa orang-orang ini mau berepot-repot ria berbagi inspirasi, datang dari jauh, dengan segala sesuatu yang harus ditanggung sendiri. Sebab sesungguhnya kamilah yang membutuhkan inspirasi itu. Keluar sejenak dari rutinitas setiap harinya, terjun sendiri ke lapangan. Menemukan teman-teman baru dan berkenalan dengan murid-murid sekolah yang punya semangat pantang menyerah. Melihat langsung bahwa kaki-kaki kecil dengan sepatu yang sobek sana sini itu nyata adanya. Membuktikan sendiri bahwa di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sekolah, semangat belajar mereka bahkan lebih menyala dari kita yang serba mewah di kota. Mengetahui bahwa ada sejumlah murid asal Dusun Selagolong di sana yang setiap harinya berjalan kaki sejauh 7km dari rumah ke sekolah, atau sejauh 14km pergi pulang! Iya, itu nyata!
Ya, Kelas Inspirasi mengajarkan saya akan banyak hal. Tentang berbagi, bersyukur dan masih banyak lagi. Kelas Inspirasi seolah menjadi candu bagi saya, untuk suatu saat bisa kembali lagi mengunjungi murid-murid SDN 1 Sajang, pun untuk mengikuti kegiatan yang sama tidak hanya di Pulau Lombok.
Ah, mungkin itu saja 1000 kata perihal pengalaman pertama saya bersama Kelas Inspirasi, tepatnya Kelas Inspirasi Lombok 4. Semoga ada kesempatan untuk berbagi inspirasi di kegiatan Kelas Inspirasi lainnya. Oh ya? Bagaimana dengan teman-teman, ada yang pernah ikut kegiatan Kelas Inspirasi juga? Cerita dong di kolom komentar.
Senang sekali rasanya kalau saya bisa menjadi bagian dari kelas inspirasi tersebut. Colek penulis. Hehehe
[…] yang sudah saya jelaskan di awal, kami pertama kali bertemu pada kegiatan Kelas Inspirasi Lombok 4. Kami berasal dari berbagai daerah, yaitu: Lampung, Belitung, Jakarta, Cirebon, Solo, Bali, Lombok […]
[…] untuk adik-adik di sana sudah kami bahas bersama di grup whatsapp beberapa saat setelah kegiatan Kelas Inspirasi Lombok 4 usai. Ya, kami ingin kembali dengan payung nama yang berbeda dan sekadar melakukan follow up dari […]
Ingin sekali rasanya bergabung untuk saling berbagi inspirasi