Jalangkote Dompu sebagai Penawar Rindu. “Wid, Dae kapan pulang ke Mataram? Kalau naik pesawat, bawakan jalangkote ya”. Begitulah isi pesan WhatsApp saya setiap kali tahu Dae (suami Widha) sedang berada di Dompu. Widha adalah teman sekelas saya saat dulu sempat menganyam pendidikan pada SMP Negeri 2 Dompu. Setelah sekian tahun lamanya kami pun berjumpa kembali di Kota Mataram dalam keadaan sudah berkeluarga. Saya dan Widha cukup sering berkomunikasi, tidak jarang pula kami saling berkunjung ke rumah masing-masing. Suatu hari saat ke rumahnya, Widha menyuguhkan sepiring penganan yang katanya merupakan cemilan khas Dompu. “Jalangkote Khas Dompu? Gimana ceritanya? Jelas-jelas ini makanan khas Makassar”, saya membatin.
“Khas Dompu, Wid? Apa namanya tadi”, saya membuka pembicaraan.
“Iya, Tut. Namanya Jalangkote, ini makanan khas Bima Dompu. Kamu yang orang Dompu masak ndak tahu?”, Widha balik bertanya.
Pertanyaannya tadi sepertinya tidak butuh jawaban. Tapi jujur saja, saya baru tahu kalau di Bima dan Dompu ada makanan khas bernama Jalangkote. Ini tidak sedang klaim-klaiman lagu daerah macam yang dilakukan Indonesia dan Malaysia, kan? Lagi-lagi saya bertanya dalam hati. Masih dengan rasa penasaran, setibanya di rumah saya mencoba membahas hal tersebut dengan kakak saya. Menurutnya, ya bisa jadi dikatakan makanan khas Bima Dompu juga mengingat banyak masyarakat sana yang pernah tinggal di Makassar. Jadi resepnya dicoba di sana dan lambat laun banyak yang menjajakan dan menyantapnya.
Baca Juga: Oleh oleh dari Makassar
Tidak sampai di situ, pada suatu waktu saya sedang membaca timeline facebook dan melihat status teman. Pada postingan statusnya tersebut ia menyatakan kangen makan jalangkote. Dimana menurutnya cemilan itu tidak ada di Mataram dan ia harus pulang ke Bima atau Dompu jika ingin menyantapnya. Duh, ku bingung. Dalam hati pengen komen: coba ke Makassar deh mas, ke Jalan Lasinrang, banyak penjual jalangkote di sana. Tapi saya urungkan, karena jarak Mataram-Bima/Dompu tentu lebih dekat dibanding Mataram-Makassar. Ya, setidaknya kalau pulang ke Bima/Dompu masnya kan sekalian pulang kampung. Eh malah lari ke mana-mana ceritanya.
Jalangkote Dompu sebagai Penawar Rindu
Lucunya, seiring berjalannya waktu saya pun tidak lagi mempersoalkan dari mana jalangkote berasal. Hal terpenting adalah saya bisa menikmatinya tanpa harus tunggu ada yang datang dari Makassar. Setiap kali Dae datang dari Dompu, setiap itu pula Widha dengan senang hati mengundang saya ke rumahnya. Entah berapa banyak jalangkote yang bisa kami habiskan dalam sekali duduk bersama. Rasanya nikmat sekali, meski ketika disajikan kondisinya sudah tidak lagi hangat. Wajar saja, sebab penganan ini harus menempuh perjalanan dari Dompu menuju bandara di Bima. Kemudian diterbangkan ke Bandara Internasional Lombok di Lombok Tengah dan menempuh perjalanan darat sekitar 1 jam untuk sampai di Mataram. Kehangatannya habis di jalan. Wkwkwk.
Baca Juga: Sehari Penuh Inspirasi Bersama UKM Kuliner Binaan LPB Mataram
Jangan bayangkan jalangkote yang saya makan itu serupa jalangkote di Jalan Lasinrang. Tentu saja tidak, dari segi harga dan rupa sama sekali tak sama. Jalangkote Dompu sebagai penawar rindu. Ah, setidaknya saya bisa merasakan kulit jalangkote yang benar-benar jalangkote. Bukan yang setengah mirip ke pastel, setengahnya lagi mirip panada. Nah lho, bingung kan? Soalnya saya sering dapat yang begitu di Mataram. Kesan pertama saya saat melihat wujud penganan yang dibawa oleh Dae dari Dompu ini adalah jalkot kampus banget! Buat teman-teman mahasiswa di Makassar pasti sering kan berjumpa penjual jalangkote (biasa disingkat jalkot) yang masuk kampus?
Jalangkote Dompu, Apa Saja Isiannya?
Tampilannya sederhana, ukurannya biasanya lebih kecil dari yang dijual di Lasinrang, demikian pula isinya yang tidak begitu lengkap. Tapi jangan salah, kenikmatannya luar biasa dan cukup untuk mengganjal rasa lapar. Apalagi jika dimakan selagi hangat. Oh ya, tidak lupa ditambah siraman lombok cair yang biasa ditempatkan dalam botol air mineral ukuran 600ml. Nah, seperti itulah wujud jalangkote yang saya makan di rumah Widha! Bahkan versi Dompu ini lebih sederhana lagi, kadang komposisi isiannya didominasi oleh tauge. Kadang pula malah seluruhnya berisikan full tauge. Meski demikian, entah karena lebih fokus pada kulit dan lombok cairnya, saya tetap saja menikmati sajian jalangkote dari Dompu ini. Kalau ingin membuat jalangkote serupa, teman-teman bisa mendapatkan cara pembuatannya di berbagai situs resep masakan. Banyak kok, tinggal diakses aja.
Ya iyalah, sudah gak bisa bikin sendiri dan dapatnya gratisan dari teman, masak iya banyak protesnya? Wkwkwkwk. Btw, terima kasih untuk Widha dan keluarga yang tidak pernah lupa bawa jalangkote setiap pulang dari Dompu. Semoga besok-besok kita bisa bikin sendiri versi isian komplitnya terus jual deh di Mataram. Eh gimana?
penuntas lapar
Mungkin lebih nikmat kalau dimakan habis dimasak. Yummy pasti.
Di Bima penjual jalankote keliling sambil triak2 mnawarkan dagangannya
Mantap…. abadi nanti klo ke mataram jadi pengen bawain jalangkote hehe…ππππ
Saya pernah tinggal di Makasar. Setahu saya di sana juga ada cemilan dengan nama jalangkote. Apakah sama?
Dirimu berhasil membuat aku penasaran bangeeeet kayak gimana enaknya rasa penganan khas Dompu, Jalangkote ini, kak …
Lihat tampilan penganannya saja aku baru kali ini hahaha
Sembusak (asal kata Sambosa??) kalau di Sumbawa.
nyam.. nyam…. selalu sukses lapar kalo andy udah bahas makanan π π π
Isi toge? Kalau di Sunda yang diisi toge mah tahu, jadi namanya gehu hehehe
Sejenis jalkot di sini mirip pastel. Isinya kentang dan wortel. Ah yang penting enak dimakan saja ya
Hahaha
Wih. enaknya.
Dan memang jalangkote itu aslinya dari Makassar, Mbak.
Kalau daerah lain menyebutnya pastel.
Jalangkote sendiri dari kata jalang = jalan dan kote = bersuara.
jadi awalnya dijajakan anak laki-laki, bawa keranjang bambu, lalu lombok cairnya juga ditenteng. lalu berteriak…. Jalaaaaaang…. kote.
berbagai varian isi. Tapi yang umum dijual di Makassar isi soun, kentang, wortel dan telur rebus. Nyamanna… hehehe
Mirip pastel ya tapi saya tetep pengen nyobain jalangkote.
Mau asalnya dari mana pun, yang penting enak aku sih. Hihi. Sekilas mirip pastel, ya. Tapi isi dan cara makannya pun beda.
Mirip pastel, tetapi kalau di sini biasanya isiannya tumis wortel dan kentang. Jadi pengen makan pastel. Tetapi, jalangkote juga bikin penasaran
Pernah ngerasain jalangkote bikinan tetanggaku, aku gak cukup sekali nyolek sambal, pokoknya setiap mau gigit jalangkotenya kudu colek sambal. Nikmat!
Aku sering denger jalangkote ini, tapi ya belum pernah ngicipi. Tapi kayaknya bakalan suka. Apalagi kalau dicelap-celup sambalnya, yummy.. Gurih-gurih pedes gitu kayaknya
Namanya sama ya untuk daerah Sulsel. Atau Jangan2, Jalangkote ini dibawa perantau Bugis ke Dompu.
Baru tau makanan khasnya ini ..punya adik ipar keluarga besarnya orang dompu ga pernah cerita soal ini..
Sebelumnya sering banget denger kudapan jalangkote ini, tapi belum berkesempatan untuk bisa ikut mencicipi
Pertama kali makan Jalangkote pas ke Makasar. Enak banget ini kudapan yang satu ini. Makannya ditemani teh manis hangat, makin sedap deh
Aku jadi penasaran deh sama si Jalangkote ini. Sekilas bentuknya kaya pastel. Duh semoga ada rezeki ke Dompu atau ada orang yang bisa dititip makanan itu dari Dompu hehe
Kalo di Bandung namanya pastel nih
Di Malaysia Hadi karipap π
Jadi ingat zaman masih di Makassar nih, Mbak Andy. Jadi dulunya kan Jalangkote dijajakan anak laki-laki. Bawa keranjang bambu, lalu lomboknya di botol plastik. teriak mi dia… “Jalaaaaaang… Koteeee!”
Kalau yang iseng akan jawab, “Tenaaaa.. Dowe..” hahaha.
Tapi suka juga Jalangkote dan lunpia Lasinrang, Mbak. Apalagi dekat Toko Ende. Jadi sekalian beli oleh-oleh. Saya terakhir beli saat harganya masih 2500 hahaha.