Kedai Kopi Arumbu: Perihal Kopi, Obrolan dan Bukubuku. Mataram mungkin sedang mencoba kekinian dengan kafe-kafe instagramablenya, yang cantik interior pun tak ketinggalan dengan menu-menu masa kininya. Tapi di salah satu ruko kawasan Gomong Square ada pemandangan berbeda, sebuah kedai kopi beberapa bulan yang lalu dibuka di sana, Arumbu namanya. Kedai Kopi Arumbu seolah mencoba anti-maintsream dengan hadir di tengah geliatnya pertumbuhan kafe-kafe. Lalu apa istimewanya?
Siapa di balik Kedai Kopi Arumbu?
Facebook adalah tempat pertama kali saya mendapatkan informasi perihal dibukanya kedai kopi ini. Saya yang sebelumnya lebih senang menikmati kopi di kafe dan tentunya di rumah (karena murah) langsung segera meluncur ke lokasi kedai pada hari-hari pertamanya dibuka. Bersama suami dan anak kami tiba di sana. Tentu saja ada alasan mengapa kami ingin segera tiba di sana. Keterkaitan sebagai sesama orang Makassar salah satunya. Menetap di Makassar selama hampir 18 tahun menyebabkan saya lebih mengenal Makassar dibanding Lombok, tempat sebenarnya saya berasal. Dan sejak 4 tahun terakhir kami pindah di Mataram Lombok ini pun logat-logat Makassar masih belum juga bisa lepas. Maka bertemu dan berbincang dengan mereka yang berasal dari Makassar adalah salah satu cara ampuh melepaskan ‘kaku’nya mulut ini berucap.
Oh ya, saya malah lupa menjelaskan siapa yang ada di balik Kedai Kopi Arumbu ini. Adalah Muhary Wahyu Nurba, seorang yang pertama kali saya lihat namanya di tahun 2006 tepatnya pada buku Hujan Rintih-Rintih karya M. Aan Mansyur. Iya, Aan yang @hurufkecil itu. Yang sajak-sajaknya akan dipakai pada film Ada Apa Dengan Cinta 2 nanti. Saya dulu ngefans sekali sama dia, eh sekarang juga. Nama Muhary Wahyu Nurba muncul beberapa kali di buku Hujan Rintih-Rintih, bukan pada isi sajaknya, melainkan pada beberapa tugas berikut: penyunting dan desain sampul, lukisan yang digunakan pada sampul dan sebagai pemberi pengantar. Siapa sangka salah satu orang kerennya Makassar ini hijrah ke Lombok, membuka kedai kopi di sini dan mulai giat menghidupkan semangat sastra dan budaya di Lombok.
Secangkir Kopi Penghangat Diskusi
Istimewanya Kedai Kopi Arumbu adalah tidak pernah ada sepi di sini. Mulai dari diskusi kecil, hingga beberapa kali kegiatan yang lebih besar pernah dilaksanakan. Beberapa diantaranya yaitu: kegiatan nonton bareng dan diskusi film Kala Benoa (diselenggarakan oleh forum IDeAKSI dan AJI Mataram), diskusi “Dibalik Rencana Revisi UU KPK” (diselenggarakan oleh forum IDeAKSI dan KPK), diskusi publik “Keterbukaan Informasi, Kebebasan Pers, dan Belenggu UU ITE” (diselenggarakan oleh forum IDeAKSI,Β Pelaksana Komisi Informasi Publik dan AJI Mataram) dan masih banyak lagi. Kalaupun sedang tidak ada kegiatan-kegiatan tersebut, maka secangkir kopi bisa anda nikmati sambil berdiskusi ringan dengan si pemilik kedai atau mungkin sambil membaca sejumlah koleksi buku yang tersedia di sini. Dan ya tentu saja ada fasilitas internet gratis, silahkan gunakan sepuasnya asal jangan lupa pesan pula makanan pun minumannya π
Untuk menikmati secangkir kopi hitam anda cukup mengeluarkan biaya sebesar Rp7.000,-. Kopi ini berasal dari Makassar. Selain kopi, tersedia pula beberapa jenis minuman lain seperti kopi susu, susu, teh, teh susu, dan yang paling laris adalah Sarabba. Sarabba merupakan minuman hangat khas Makassar yang berbahan dasar jahe. Bisa dibilang mirip Wedang Jahe maupun Bajigur, perbedaannya adalah karena ada tambahan beberapa rempah pada Sarabba ini sendiri.
Adapun untuk menu makanannya, tersedia pisang dan ubi goreng, kue-kue tradisional, hingga yang menu makanan yang paling ‘berat’ dan paling laris yaitu Coto Makassar. Coto Makassar ini diracik sendiri oleh kak Muhary (penting), jadi mungkin ada rasa-rasa sastranya gitu ya? #eh. Harga seporsi Coto Makassarnya termasuk murah untuk di Lombok yaitu Rp18.000,- sedangkan untuk satu ketupatnya adalah seharga Rp2.000,-. Sepertinya hanya di kedai ini teman-teman bisa menikmati Coto Makassar sambil internetan gratis π π Kebayang kan kalau di warung-warung Coto Makassar gitu ada tulisan ‘Free WiFi’nya…
Bukubuku di Kedai Kopi Arumbu
Saat saya datang pertama kali di Kedai Kopi Arumbu, terlihat sebuah rak menempel dengan dindingnya. Masih kosong, sebuah buku saja belum ada. Aih rupanya si pemilik berencana mengumpulkan buku-buku sebagai koleksi di rak tadi dan bebas dibaca oleh para pengunjung. Beberapa hari setelahnya rak tersebut mulai terisi, semakin hari semakin banyak saja. Buku-buku tersebut berasal dari koleksi kak Muhary sendiri, kiriman dari sejumlah kerabat, maupun pemberian dari para pengunjung. Ada yang berminat menyumbangkan buku-bukunya pada rak ini?
Kalau kafe-kafe akrab dengan koleksi majalahnya, maka yang ada di Kedai Kopi Arumbu adalah beragam jenis buku. Mulai dari novel, kumpulan sajak, dan tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan sosial dan budaya. Apa koleksi buku di sini boleh dipinjam untuk dibawa pulang ke rumah? Nah, mungkin bisa ditanyakan langsung kepada pengelolanya π
Papan Tulis dan Kreativitas Si Kecil
Selayaknya kafe maupun kedai pada umumnya, di Kedai Kopi Arumbu pun tampak sebuah papan tulis berwarna hitam yang masih menggunakan kapur sebagai alat tulisnya. Papan tulis ini normalnya digunakan sebagai tempat untuk menampilkan menu-menu maupun penawaran menarik dari Kedai Kopi Arumbu. Tapi mungkin ada kalanya anda datang bersama si kecil yang menganggap tempat seperti ini terlalu serius bagi mereka. Maka jangan sungkan-sungkan untuk ‘membajak’nya, mungkin si kecil mau menuangkan kreativitasnya di papan tulis ini π Oke, yang barusan ini pengalaman pribadi saya.
Bagaimana? Kedai Kopi Arumbu istimewa kan? Jangan lupa mampir di Kedai Kopi Arumbu yaa π
Kedai Kopi Arumbu
Jalan Gunung Tambora, Gomong Square Ruko 15 Lantai 1, Mataram
tempatnya gak begitu luas ya Mbak, tapi konsepnya istimewa, saya suka sama kedai atau resto yang ada buku-bukunya, :).
Iya, mbak. Memang tidak begitu luas. Jadi kalau pas ada sesi diskusi dan banyak yang hadir, pasti sampai disediakan kursi di luar ruko π
Saya lupa Jl. G. Tambora itu sebelah mana… tapi mungkin kalau sedang di rumah dan butuh suasana baru dalam menulis, saya bisa kemari :)). Terima kasih buat rekomendasinya ya, Mbak.
Jalan Gunung Tambora itu di daerah Lawata? tau?
itu…daerah bagian belakang unram. Sekitar jalan pemuda itu kan nama jalan gunung-gunung semua.
Tempatnya menarik. Tapi kalau namanya kedai kopi, saya udah curiga kalau tempatnya gak ramah anak. Di pikiran saya tempatnya terbuka, banyak yg ngrokok dll. Ternyata ramah anak juga ya? hehe
Selama ini sih belum dapat pengunjung yang merokok π Mungkin kebetulan gak ada kali ya pas saya datang. Ramah banget mbak… si anak bisa coratcoret papan menu, penghapus juga sudah disediakan kok.
kalo ada fasilitas bacaannya pengunjung pasti betah ni
Betah mbak. Jadi kelupaan pakai WiFi gratis malah~
Wah bener bener ide cemerlang nih, idenya kreatif π
Hayukk mas, mampir ngopi di kedai kopi Arumbu π
Aku bukan pecinta kopi, jadi suka males kalo nongkrong di tempat kopi dan ngak ada menu yg lain. Tapi ini kayak nya menarik ada coto makassar #Mantap
Nah, berarti besok-besok kalau ke Lombok mesti mampir cobain coto Makassar di sini nih π
*ini kedai kopi apa warung coto sebenarnya*
wkwkwkwk
Mau juga dong coto makasarnya…. #mantapjuga
Hayukk sini mas. Eh atau langsung ke Makassar aja π
kreatif nih pengelola tempatnya, jadi ide bisnis yang insyaa Allah maju karena cocok jadi tempat hangout murah meriah
Iya mbak. Kadang ‘beda sendiri’ itu bisa membawa berkah hihihi #sayangomongapasih
Salam buat pak muhary
Kereeennn tulisannya
Nikmat warung kopinya yaaa hihihi
Sipp, nanti kalau ke Arumbu lagi saya sampaikan π Eh tapi kak Muhary lagi di Makassar kok itu beberapa hari ini.
aku gak suka kopi mbak, nanti aku ditraktir menu lain aja ya hehehe
Ditraktir Coto Makassar aja mau, mbak?
Seakan nemu sparing partner dialog dengan bahasa Makassar ya mbak.
Makanan dn minunannya murah eriah ya apalagi banyak kegiatan literasinya ..asik l!