Bertanya Tidak Pernah Ada Salahnya

askbni

Bertanya Tidak Pernah Ada Salahnya. Masa dimana saya duduk di bangku SMA dulu seorang guru mata pelajaran Sejarah pernah berkata, tipikal orang yang bertanya (penanya) itu ada dua: bertanya karena memang ingin tahu akan apa yang ditanyakannya dan bertanya akan sesuatu hal yang sudah ia ketahui dengan tujuan menguji kemampuan orang yang sedang ditanyai. Anda termasuk tipe yang mana?

Saya pribadi lebih suka dengan tipe penanya pertama, yang bertanya karena memang ingin tahu. Tapi penanya seperti inipun tidak selamanya benar, toh mereka para siswa yang menanyakan jawaban temannya saat menyelesaikan soal ujian juga termasuk tipe penanya pertama. Bertanya karena ingin tahu. Sayangnya itu adalah tindakan yang salah. Maka bertanya memang benar tidak pernah ada salahnya, asalkan tetap pada koridornya. Dan dalam kasus barusan tadi, alangkah baiknya siswa tersebut menanyakan apapunย  itu perihal materi pelajaran yang masih belum dipahaminya ketika proses belajar mengajar berlangsung, pertanyaan apapun yang ditanyakannya selama sang guru mampu menjawab tentu akan dijawab.

Karena bertanya memang tidak pernah ada salahnya, maka bertanyalah. Bukankah pernah pula disampaikan pada sebuah peribahasa Indonesia bahwa malu bertanya sesat di jalan. Maka apapun itu tanyakanlah, asalkan sekali lagi tetaplah pada koridornya. Bahkan malu bertanya sesat di jalan dalam artian sebenarnya pun memang bukanlah hal yang salah. Coba diingat, adakah seseorang yang tertawa atau menyalahkan kita di saat kita menanyakan arah suatu jalan yang tidak diketahui? Adakah seorang guru menyalahkan muridnya yang mengajukan pertanyaan saat ia belum memahami sebuah materi pelajaran? Adakah seorang penjual menertawakan pembelinya yang saat menanyakan harga suatu barang? Tentu tidak. Sebaliknya, jika untuk bertanya saja kita enggan maka selamanya kita hanya bisa menerka-nerka dan merugi sendiri karena tidak kunjung mendapatkan jalan keluarnya.

Meski bertanya tidak pernah ada salahnya. Ada saja alasan untuk memilih tidak bertanya dan menerka sendiri. Alasan ini biasanya timbul karena kita yang lebih dulu merasa malu pun merasa tidak perlu. Saya pribadi pernah berhadapan dengan kondisi yang demikian, kondisi dimana saya merasaย gaya tidak perlu bertanya. Seperti apa?

Tujuan Makassar, Nyaris Nyasar ke Balikpapan

Saya berada di ruang tunggu Bandara Internasional Juanda tahun 2009 kala itu. Belum sampai 5 menit saya duduk dari kedatangan penerbangan sebelumnya, suara pengumuman kembali terdengar. Samar-samar saya mendengarnya sebab suasana ruang tunggu yang begitu riuh. Ini adalah perjalanan pertama saya seorang diri. Perjalanan dari Mataram dengan tujuan Makassar. Karena pesawat direct memang belum tersedia, maka mau tidak mau saya harus transit sejenak di Surabaya. Suara pengumuman itu terdengar lagi, kali ini saya semakin yakin penerbangan saya lah yang dipanggil. Maka dengan mantap saya ikut lari terburu-buru dengan penumpang lain.

Saya berpindah cukup jauh dari tempat duduk sebelumnya. Ikut mengantri dan entah kemana lagi saya lupa. Meski sudah yakin bahwa nomor penerbangan yang saya naikilah yang dipanggil, saya sempat bertanya-tanya dalam hati karena tidak satupun dari penumpang di penerbangan sebelumnya terlihat dalam antrian tadi. Rasa heran saya sebentar saja, saya pikir ah mungkin memang hanya saya penumpang dari Mataram yang mau ke Makassar. Selebihnya? ya mungkin sampai Surabaya ini saja. Saya masih terus mengantri hingga tiba seorang staf yang bertugas membaca boarding pas milik saya. “Maaf mbak, ini penerbangan tujuan Balikpapan. Yang tujuan Makassar belum dipanggil”, begitu kata si petugas.

Aih, saya langsung berbalik arah. Kembali ke tempat duduk saya tadi. Dengan perasaan sedikit malu karena ya memang lucu saja di usia 18 tahun kok ya belum lihai menyimak pengumuman. Sudah 18 tahun kok tidak paham traveling sendirian. Dan yang paling bikin gemas adalah karena tadi saya sudah ada perasaan ingin bertanya. Tapi dengan gayanya, tidak saya lakukan! Lihatlah sekarang saya jadi susah sendiri mengangkut sejumlah barang untuk kembali ke tempat duduk di ruangan yang seharusnya. Oh ya, karena ini perjalanan pertama saya seorang diri saya jadi anti bagasi. Lebih baik ribet bawa aneka tas (tas ransel, tas selempang dan tas tentengan), dibanding saya bingung sendiri menggunakan fasilitas bagasi. Nah kan, malas bertanyanya terlihat lagi ๐Ÿ˜‰

Bingung Mencari Hotel di Kuta

Ini cerita di bulan Mei 2015 lalu. Ketika saya yang tinggal di Mataram, janjian bertemu dengan si kakak dari Makassar yang akan melaksanakan suatu kegiatan di Kuta, Bali. Saya berangkat menggunakan motor dari Mataram, tidak sendiri melainkan bersama anak dan suami. Dan lagi lagi, ini pertama kali kami ke Bali menggunakan motor. Sebelumnya? Saya sekadar numpang lahir saja di Pulau Dewata ini. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Kami singgah sejenak di restoran cepat saji di Simpang Dewa Ruci. Selain mengisi perut yang kelaparan, saya pun memanfaatkan WiFi untuk mencari lokasi hotel tempat kakak saya menginap. Dapat? iya. Tapi tidak jelas jalannya, terlalu banyak belokan.

Usai makan, kami segera ke parkiran menaiki motor untuk melanjutkan perjalanan. Tukang parkir yang bertugas di sana menyapa, bertanya kami dari dan hendak ke mana. Suami menjawab sesingkat-singkatnya. Saya berbisik kecil pada suami dan menyarankan untuk bertanya saja pada si tukang parkir perihal letak persisnya hotel yang kami cari. Tapi suami bilang tidak perlu, apa-apa bisa dengan mudah ditemukan di Kuta. Begitu katanya.

Perjalanan kami lanjutkan. Sesekali saya melihat ke tampilan peta yang sudah saya capture tadi. Tiba sudah kami di daerah Kuta, entah sudah berapa lama berputas sana sini mencari hotel sesuai yang ada di tampilan peta. Hasilnya nihil! Si hotel yang dicari tidak ketemu. Karena waktu yang sudah semakin larut malam saja, akhirnya kami menyerah kemudian bertanya pada penduduk sekitar. Aih, rupanya jalan tempat hotel yang dimaksud sudah terlewati dan kami harus berputar cukup jauh lagi. Dan ya? perasaan enggan bertanya tadi justru membawa perjalanan kami semakin jauh dan lama saja. Padahal seperti yang saya katakan: Bertanya tidak pernah ada salahnya!

Tarik Tunai di ATM, saldo terpotong dan uang tidak keluar

Kembali saya dihadapkan pada suatu masalah. Ketika saya menarik uang tunai menggunakan kartu BNI saya dengan menggunakan mesin ATM milik bank lain, sebut saja bank A. Saya tidak menarik banyak, hanya Rp100.000,- tapi disinilah awal mula masalahnya. Mesin ATM tidak mengeluarkan uang, namun saldo saya terpotong sebanyak Rp107.500,- Karena saldo saat itu mepet di angka tersebut, maka tentu saja uang yang tak seberapa bagi orang lain ini amatlah berharga bagi saya.

Membayangkan ribetnya mengurus pengembalian uang ini, saya sempat merasa untuk mengikhlaskannya saja. Tapi naluri emak-emak yang kuat membuat saya berpikir lebih keras. Pikiran pertama yang terlintas adalah saya harus komplain ke mana? Apakah ke bank BNI selaku bank tempat ditabungnya uang saya ataukah ke bank A yang mesin ATMnya telah ‘menelan’ uang saya? Sebelum terlalu lama berpikir saya langsung bergerak lebih dahulu ke BNI. Dan pilihan saya memang tepat karena saya menemukan solusinya. Oleh pihak CS semua keluhan saya ditangani, hingga akhirnya beberapa hari setelah laporan saya diadukan uangpun kembali ke rekening dalam keadaan sangat utuh yaitu sebesar Rp107.500,- Kejadian tersebut pernah saya tuliskan di sini. Bacalah ๐Ÿ˜‰

Berangkat dari rentetan kejadian di atas, saya berpikir bahwa bagaimana pun, bertanya memang tidak ada salahnya! Andai saja saya bertanya, maka saya tidak perlu membuang-buang tenaga untuk ikut berjalan jauh dan mengantri pada penerbangan yang jelas-jelas bukanlah tujuan saya. Dan dengan bertanya pula saya bisa menemukan lokasi hotel di Kuta yang saya cari dengan waktu yang lebih singkat tanpa harus berputar-putar tidak jelas! Ah, tapi lagi-lagi kita ini kebanyakan malunya! Padahal dengan bertanya, maka saya berhasil menemukan solusi dari BNI dan uang saya yang tertelan mesin ATM pun bisa kembali. Solusi yang didapatkan dari CS (customer service) seperti yang saya lakukan ini mungkin terlihat ribet. Dan siapa pula yang rela berlama-lama menanti nomor antrian tiba? Ah, sama. Saya juga mana tahan!

askbni1

Tapi kalian, kalau detik ini juga ada yang mengalami kejadian yang sama seperti saya. Dan tidak mau susah mengantri di bank. Maka bersyukurlah karena BNI sudah mempermudah semuanya dengan fitur #AskBNI. Kalian yang lelah menunggu lama di bank bisa menanyakan apa saja terkait urusan perbankan menggunakan fitur ini. Sudah pernah coba? Saya sudah. Dan memang terasa sekali manfaatnya. Toh yang dijelaskan oleh fitur #AskBNI adalah hal yang sama dengan yang dipaparkan oleh para CS yang bertugas ๐Ÿ˜‰ Kerennya lagi, bertanya apa saja menjadi lebih praktis. Tidak repot antri, tidak repot keluar rumah lagi.

Jadi, masih mau malu bertanya? Jangan yaa ^_^

Bertanya saja, sebab bertanya tidak pernah ada salahnya dan mau bertanya nggak sesat di jalan!

Biasa dipanggil Andy. Pernah tinggal lama di Makassar dan sekarang di Mataram, Lombok. Ngeblog sejak 2007. Senang kulineran, staycation, kopdaran di cafe, browsing produk di toko online tapi gak beli, dan tentu saja...senang menulis :) Bisa dikontak di andyhardiyanti@gmail.com

26 Comments

  • DiyahIfada 5 February 2016 at 3:55 pm

    Bener bebebh, bertanya tak pernah ada salahnya. Tapi ada yang lebih baik lagi, membaca dulu baru bertanya, ya kan ya kan? #bacaboardingpass ๐Ÿ˜€

    Reply
    • andyhardiyanti 5 February 2016 at 4:28 pm

      err…nganuh..waktu itu belum ngerti baca boarding pas.
      *plak
      **inialibi

      Reply
  • Feridi 5 February 2016 at 4:28 pm

    wah mantap artikelnya. sukses ya
    kunjungi juga dan boleh tinggalkan jejak disini

    Reply
    • andyhardiyanti 5 February 2016 at 4:31 pm

      Makasih yaa atas kunjungannya ๐Ÿ˜‰

      Reply
  • Feridi 5 February 2016 at 4:32 pm

    Infonya sangat bermanfaat
    ditunggu ya kunjungan baliknya dan jng lupa coment ya disini

    Reply
    • andyhardiyanti 5 February 2016 at 4:41 pm

      Halo, terima kasih atas kunjungannya. Wah, blog yang berbeda nih. Semangat yakk nulisnya~

      Reply
  • Miftah 6 February 2016 at 12:03 am

    Wkwkwk… Makassar ma Balikpapan aja udah beda pulau.. klo mpe nyasar mah bahaya juga XD Cukup lengkap juga infonya, tengkyu sudah berbagi ๐Ÿ™‚

    Berkunjung juga ya ke blog saya yaa..

    Reply
    • andyhardiyanti 6 February 2016 at 4:30 am

      Wkwkwkwkw… itu beneran pertama kali jalan sendiri. Beneran gak ngerti sama apa-apa yang ada di bandara. Makasih yaa sudah berkunjung ^_^

      Reply
  • ALVIN DN 6 February 2016 at 3:33 am

    setuju banget.
    ayo terus berusaha dan jangan malu bertanya.

    sekarang jamannya MAU BERTANYA NGGAK SESAT DI JALAN

    Reply
    • andyhardiyanti 6 February 2016 at 3:54 am

      Ya, benar. Sudah gak jamannya nih untuk malu-malu bertanya. Ya kali bertanya aja pakai acara malu segala hehehe

      Reply
  • Mugniar 6 February 2016 at 6:53 am

    Baca ini koq jadi ingat kekonyolan saya, suka tidak ingat saldo rek terakhir. Dan ketika ada transaksi meragukan, saya ragu, kepotong atau tidak yah …
    Hihi ini komen malah OOT. Ya, bagaimana lagi soalnya ingatnya ke situ waktu baca bagian saldo terpotong RP. 107.500 itu ๐Ÿ˜€

    Reply
    • andyhardiyanti 6 February 2016 at 8:19 am

      Nah, itumi kak…
      Berbanding terbalik sama saya. Saya selalu tahu saldo per hari ini tinggal berapa bwahahahaha..
      Ya siapa tahu ada yang sudah transfer gak bilang-bilang gitu #eh

      Reply
  • Mudro 6 February 2016 at 7:28 am

    Mau ninggalin jejak dulu.

    Reply
    • andyhardiyanti 6 February 2016 at 8:17 am

      Jejak diterima. Ditunggu kunjungan berikutnya yaa \^^/

      Reply
  • Engkos 6 February 2016 at 3:36 pm

    Postingannya keren, sukses ya…

    Reply
    • andyhardiyanti 7 February 2016 at 4:23 pm

      Sipp..
      Makasih sudah berkunjung ๐Ÿ™‚

      Reply
  • Fajar ro'is 8 February 2016 at 1:34 am

    kalo mbak uangnya nggak keluar waktu ngambil.
    saya pernah juga ngambil uang di ATM sudah keluar eh lakok masuk lagi kemesin ATM uangnya…dan saldo terpotong juga…tapi untungnya cuma 50rb ๐Ÿ™‚

    Reply
    • andyhardiyanti 8 February 2016 at 2:01 am

      Jiahhh..itu kok kocak banget mas ๐Ÿ˜€
      Mungkin masnya kelamaan ambil uangnya pas udah keluar…kalau gak salah kan itu ada batasan waktunya juga, kalau telat ya ketarik lagi.

      Reply
  • Lidya 9 February 2016 at 2:28 am

    kalau dalam perjalanan aku usahakan bertanya alasannya supaya gak nyasar, kalau nyasar jalannay lebih jauh hehehe

    Reply
    • andyhardiyanti 9 February 2016 at 6:30 am

      itu dia susahnya, kadang ada perasaan percaya diri juga jadinya enggan bertanya hahahah…

      Reply
  • Meq 9 February 2016 at 2:54 am

    ini aplikasi mbak tut?

    Reply
    • andyhardiyanti 9 February 2016 at 6:27 am

      aplikasi apa meq? ini tulisan saya..hihihi~

      Reply
  • evrinasp 9 February 2016 at 7:59 am

    aku pernah hampir ketinggalan pesawat karena salah nunggu, untunglah nanya dulu ke petugas jadi aman, memang lebih baik bertanya daripada tersesat

    Reply
    • andyhardiyanti 10 February 2016 at 9:25 am

      Wah, kirain saya aja yang pernah ngalamin kayak gini. Bener banget mbak, cari aman aja lah ya.. tetap biasakan ‘nanya dulu’.

      Reply
  • Mandala 18 February 2016 at 2:43 am

    Sebagai penulis di blogger. Mbak juga pinter, dalam mengatasi segala masalah. Joss deh buat mbak!!!
    Salam kenal dengan webnya mbak, dan baru ini berkunjung di blogger nya mbak. Thank’s mbak ya!

    Reply
    • andyhardiyanti 18 February 2016 at 2:49 pm

      Eh tapi saya nulisnya di platform wordpress mas, bukan blogger :p
      xixixixi..
      sip sip salam kenal kembali ๐Ÿ˜‰

      Reply

Leave a Comment