Mengenal Begibung, Tradisi Makan Bersama di Pulau Lombok. Ada tradisi menarik yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat suku Sasak di Pulau Lombok, begibung namanya. Begibung merupakan tradisi makan bersama yang kerap kali dilakukan saat dihelatnya sebuah acara di daerah Lombok, misalnya: merariq (pernikahan), sunatan, maupun acara lainnya. Begibung dilakukan dengan menikmati sajian dalam sebuah nampan berisi nasi, lauk pauk dan air mineral secara bersama, baik oleh tiga maupun empat orang. Tidak sekadar makan bersama, dalam tradisi begibung ini pun terkandung banyak sekali makna. Perihal berbagi kebersamaan, susah-senang, manis-pahit, semuanya dirasakan bersama.
Nilai Kebersamaan dalam Satu Nampan
Pada nampan (di Lombok biasa disebut nare) yang disajikan saat tradisi begibung, di dalamnya berisi nasi putih, lauk pauk dan air gelas kemasan. Lauk pauk tersebut isinya tidak selalu sama antara tempat begibung yang satu dengan yang lainnya. Tetapi umumnya lauk pauk yang disajikan yaitu menu-menu seperti urap, ares (sayur khas Lombok yang terbuat dari daging batang pisang yang masih muda), bebalung, telur rebus dan masih banyak lagi. Satu nampan tersebut biasanya untuk dinikmati oleh tiga maupun empat orang. Kalau saya sih patokannya tergantung dari berapa banyak jumlah air gelas kemasan yang disediakan pada nampan. Bisa juga tergantung dari berapa potong bagian ayam ataupun berapa butir jumlah telur rebus yang disajikan. Apabila ada tiga, ya berarti satu nampan tersebut diperuntukkan bagi tiga orang. Sesederhana itu π
Tradisi begibung yang biasanya dilakukan saat ada gawean (acara) memang identik dengan kegiatan masak memasak dalam jumlah besar di belakangnya. Namanya juga masak besar-besaran, biasanya ada saja hasil masakannya yang tidak sesuai dengan lidah. Entah itu kurang garam, kurang matang atau yang lainnya. Walaupun tidak bisa dipungkiri lebih banyak juga yang sesuai dengan lidah alias kurang banyak, sampai rasanya pengen ngambil jatah nampan teman sebelah yang belum habis #eh. Tapi filosofinya sih seperti yang saya sebutkan tadi tentang nilai kebersamaan. Bahwa bagaimanapun rasa menu yang disajikan, ya sudah itulah yang dirasakan bersama.
Beberapa Hal yang Perlu Diketahui Dari Tradisi Begibung
Kalau jalan-jalan ke Lombok, jangan lupa untuk mencoba sensasi makan bersama ala begibung. Walaupun saya juga tidak tahu kalian mesti cobanya di mana. Wkwkwkwk..Nyempil kalau di jalan lagi ada begawean mungkin. Sudah saya sebutkan belum kalau itu makannya senampan bersama? Iya, jadi nasinya yang ditaruh di nampan itu dan disitu pula kita makannya. Makannya bertiga? Ya sudah, berarti tiga tangan kanan bakal bergerumul menyuap nasi dan aneka lauk yang ditempatkan pada nampan tersebut serta kita makannya juga sambil lesehan. Demikian juga kalau berempat π Bukan nasi putihnya disendok kemudian dipindahkan ke piring masing-masing yaa~ Jadi itu yang belum terbiasa makan sepiring berdua (a.k.a makan bareng) atau masih berasa jijik makan bareng orang lain mungkin bakal kaget sama tradisi begibung gini. Hehehe.. Bukan apa-apa. Pengalaman aja sih, pernah dapat kerabat yang kaget dengan tradisi begibung dan akhirnya satu nampan dia makan sendiri yang mana udah ketebak nasi dan lauk pauk di dalamnya gak habis. Ckckck..
Selain nasi, lauk pauk dan air gelas kemasan tadi, di dalam nampan yang digunakan untuk begibung juga disediakan kertas pembungkus nasi dan plastik kresek yang jumlahnya sama dengan berapa banyak orang yang akan menikmati sajian dalam satu nampan tersebut. Kertas dan plastik kresek yang dimaksud biasanya digunakan untuk membungkus sajian begibung yang tidak habis dimakan dan ingin dibawa pulang. Eh bukan hanya yang tidak habis dimakan sih, namun terkadang ada personil (cieehh personil!) dalam satu kelompok begibung yang tidak sempat makan bersama atau ingin segera pulang sehingga makanan jatahnya tersebut ya perlu dibungkus. Oh iya, hal lain yang perlu teman-teman ketahui juga tentang jumlah potongan lauk dalam satu nampan. Biasanya untuk lauk-lauk besar seperti ayam, daging atau telur rebus, jumlah potongannya akan sama dengan jumlah orang yang akan makan dalam kelompok tersebut. Jadi please, jangan maruk yo! Wkwkwkwkw.
Begibung Versi Modern
Tadi saya bilang kan ke teman-teman, kalau jalan-jalan ke Lombok jangan lupa sempatkan diri merasakan sensasi begibung. Yang mana saya sendiri juga tidak tahu harus menyarankan teman-teman mesti ke mana untuk merasakan sensasi begibung tersebut. Wkwkwkwkw #tidakmemberisolusi. Iya, kalau begibung versi yang sebenarnya ya saya tidak tahu harus mengarahkan teman-teman ke mana. Kecuali kalian pede aja nyempil jadi tamu tak diundang di acara (gawean) orang-orang Lombok demi merasakan sensasi nge-begibung. Hehehehe. Kalaupun gak pede, ya bisalah kalian ke tempat yang saya datangi beberapa hari yang lalu ini. Jadi ada sebuah hotel di Lombok- sebut saja Golden Palace Hotel Lombok, yang kreatif banget membuat sebuah paketan menu bernama begibung. Dimana konsepnya sama dengan tradisi begibung yang saya ceritakan tadi, yaitu ada satu nampan berisi nasi putih dan aneka lauk pauk. Kurang air gelas kemasannya aja yang sudah digantikan dengan air di gelas kaca. Eh gak ding, berhubung ini begibung versi modern jadi ya gak 100% sama. Seperti makannya gak lesehan serta nasi putih dan lauknya gak diubek-ubek di satu nampan tersebut melainkan disendok ke piring masing-masing π Itu aja sih.
Satu paketan menu seharga 300ribu nett (no pajak pajak tambahan lagi) yang disediakan tersebut, konon bisa dinikmati oleh 3 orang. Walaupun setelah kita merasakan langsung, ternyata disantap berlima juga gak bisa habis. Banyak euy! Isinya ada pindangan iga, pepes ikan, ebatan Lombok, sate buntel, jukut ares, urap, sambal dan tentunya nasi putih. Rasanya? Enak! Cuma ya itu, kurang pedas saja karena menyesuaikan dengan lidah nasional (eaa..nasional) para tamu pada umumnya. Tapi saya pribadi sih paling suka sama urapnya. Karena dibuat berbeda dari urap yang biasanya saya pernah saya rasa, yaitu ada tambahan irisan daging dan wortelnya π Ya soalnya selama ini urap kan isinya itu itu aja: sayur-sayuran ditambah parutan kelapa.
Jadi gimana, teman-teman sudah pernah merasakan sensasi begibung gak nih? Cerita dong di kolom komentar π
Mba andy jahatttt ga nulis begibung dr dulu.. tau gt kmrn pas ke lombok aku cobain. Hiks…
Mba… bw balik ya.. hahaha..
Jiahhhh..dibilang jahat kita π
Dong ayok ke Lombok lagi..kita begibungan heheheh..
Kalo di daratan sunda ,, ada acara serupa seperti ini namanya ngaliwet… Hampir mirip cuma beda bahasa saja hihi
Wah iya tuh.. saya juga pernah baca. Kurang lebih tradisinya sama ya. Eh tapi kalau gak salah itu makannya beralaskan daun. Bener gak sih?
Whouu, ada toh yang beginian di lombok.
Namanya begibung yah? oke noted that.
Iya mas, ada π
Hayuk cobain rasanya begibung-an~
Seru banget… Asik ya makan rame rame gitu… Dan makanannya keliatannya enak pula…
Di LA ada juga gak man tradisi kayak gini? Hihihi.. iseng bener pertanyaan saya nih~
ternyata ramai dan seru sekali yah makan besar
iya, namanya juga makan besar #eh
aduh enaknya bisa makan besar rombongan, namnya juga aneh begibung
Masnya juga aneh, itu avatarnya sama dengan punya mas solo update
#eh
#dibahas
Mantap mak nyyyooooosssss
Sipp.
Ini di atas malas komen atau apa? π
kalau di sunda namanya ngaliwet kali ya, makan bareng, tapi kita di atas daun pisang
Nah, iya mbak. Saya pernah baca tentang tradisi makan bersama di atas daun pisang itu. Kurang lebih sama yaa π
Apa bajamba kalo di Sumbar?