Jaga Kesehatan Mental dengan Menulis. Tak hanya fisik, penting pula bagi kita untuk jaga kesehatan mental. Dan aktivitas menulis bisa jadi salah satu cara menjaganya. Kalau kita flashback, masih pada ingat gak sih, gimana kita dulu punya kegemaran menulis apa saja di buku diary? Tidak melulu hal sedih, ketika bahagia pun, kita akan sangat bersemangat mencurahkan apa yang dirasakan ke dalam tulisan demi tulisan. Biasanya, perempuan nih identik banget dengan buku berdesain cantik dengan berbagai ukuran tersebut. Sebenarnya tidak harus diary, ada pula versi formalnya, yaitu menulis jurnal.
Dengan menulis jurnal, kita jadi tahu sudah melakukan apa saja dan bakal merencanakan mau ngapain aja nanti. Entah esok, lusa, atau hari yang akan datang. Intinya, segalanya jadi tercatat dengan baik. Termasuk pula catatan-catatan penting terkait misalnya, hari itu kita jadi peserta workshop literasi digital, nah poin-poin acara itu dicatat juga. Materinya seperti apa, dll. Tidak dapat dipungkiri memang, tidak semua orang gemar menulis-mencatat. Gaya belajar setiap orang pun pastinya berbeda. Ada yang baru bisa mengerti ketika lebih banyak menulis, ada pula yang tanpa menulis- ya sudah paham.
Menulis untuk Menjaga Kesehatan Mental
Lantas apa kaitannya kegiatan menulis yang dibahas sedari tadi dengan kesehatan mental? Ah ya, sering menemukan ungkapan writing is healing kan? Ternyata, gak hanya disebutkan pada banyak artikel, melainkan ya emang hasil penelitian bahwan menulis merupakan salah satu terapi untuk melepaskan emosi. Salah satu referensinya yaitu Pennebaker, James W. (1997), Opening Up: the Healing Power of Expressing Emotions. New York: Guilford Press, dimana disebutkan bahwa menulis, dalam hal ini menulis jurnal adalah salah satu cara yang paling efektif untuk melepaskan stress. Menariknya, kegiatan ini pun tidak memakan biaya, merupakan hal yang mudah dilakukan bagi siapa saja. Dengan menuangkan/melampiaskan emosi secara jujur ke dalam secarik kertas atau media tulis apapun, jika dilakukan secara rutin dan berkala dapat membantu kita untuk dapat mengenal diri sendiri dengan lebih baik.
Postingan Baru di Blog dan Bahagia yang Saya Rasakan
Percaya atau tidak, meski terkadang blog ini lebih marak dengan postingan komersil, atau di satu waktu saya tiba pada kondisi writers block yang membuat tidak ada postingan baru. Tapi percayalah, saya selalu rindu untuk terus membuat blog ini hidup. Ada kebahagiaan tersendiri ketika sebuah tulisan atau postingan blog berhasil saya publikasikan. Puas rasanya. Padahal itu baru sampai postingan tayang, kita belum berbicara ketika apa yang saya tulis ramai oleh pembaca, dan mendapatkan komentar demi komentar. Postingan baru di blog yang akhirnya tayang, setelah melalui serangkaian proses berpikir, membuat ilustrasi/gambar pendukung, merangkai kata, selalu memberikan rasa bahagia yang luar biasa bagi si pemilik blog.
Selain di halaman blog yang teman-teman kunjungi ini, saya pun tergolong masih tidak bisa tidak membawa sebuah buku dan alat tulis. Ada saja hal penting yang hendak saya catat, termasuk ketika membuat kerangka tulisan untuk postingan blog. Ya, sejak dulu, saya memang gemar menulis. Menulis di buku diary, jurnal, file dokumen/MS Word, aplikasi notes di hp, hingga blog. Satu hal yang sungguh tidak saya banget hanyalah menulis status di media sosial. Kalau pun terjadi, itu dulu banget. Hahaha.
Mulai Menulis, Yuk!
Suatu hari, ketika mengikuti salah satu kegiatan Diskusi Literasi Digital yang melibatkan peserta dari berbagai komunitas/institusi, saya bertemu dengan seseorang dengan latar belakang perawat kesehatan jiwa. Ia bekerja sebagai perawat di salah satu Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Darinya, saya jadi tahu, bahwa di tempatnya bekerja tersebut, ada seorang pasien yang kini sudah jauh lebih baik, sudah kembali ke keluarganya, dan sedikit banyak- menulis menjadi terapi si pasien tersebut hingga akhirnya sembuh. Diceritakannya, bahwa selama berada dalam perawatan di RSJ, si pasien sukses membuat sebuah buku. Entah buku tentang apa. Sayangnya kami terhalang waktu untuk membahas itu secara lebih rinci. Nah, benar kan ya? Siapa sangka, emosinya terlepas satu persatu melalui tulisan.
Kalau dipikir-pikir, ketika dulu menulis diary, yang kita rasakan pun demikian. Ada kegelisahan atau bahagia dalam hati, dituangkan dalam bentuk tulisan, kemudian setelahnya- kita menjadi lebih lega. Bedanya, diary ditujukan untuk kita baca sendiri, tidak demikian dengan blog- dimana selain untuk kepuasan sendiri, tentunya kita pun ingin banyak orang di luar sana, turut membacanya.
Bagaimana Mulai Aktivitas Ngeblog?
Karena saya seorang blogger, jadi pembahasannya mengerucut pada aktivitas blogging saja ya. Saya sering mendapatkan pertanyaan, pun permintaan, dari banyak orang, perihal bagaimana sih memulai aktivitas ngeblog? Ajarin ngeblog dong.. Kemudian disusul dengan pertanyaan, “kalau ngeblog itu harus menulis?”. Ya tidak harus sih sebenarnya, karena pada kenyataannya blog itu punya banyak jenis. Salah satunya yaitu photoblog, blog yang di dalamnya/postingannya adalah unggahan karya foto. Meskipun hanya mengunggah foto demi foto, seorang blogger pun perlu membuat judul postingan dan deskripsi atas hasil karya tersebut, bukan? Jadi intinya, ya memang harus menulis. Entah itu sepatah, dua patah, atau bahkan ribuan kata.
Mulai ngeblog pastinya dengan membuat akun di platform blog dulu dong. Hehehe. Biar ada tempat menulisnya. Selanjutnya, urusan mendesain agar tampilannya lebih menarik, biarlah dipikirkan di belakang. Intinya, blog yang sudah dibuat tersebut diisi dengan postingan-postingan. Jangan lantas sudah punya, lalu dibiarkan begitu saja. Kelak meskipun desain blognya menarik, kalau postingannya itu-itu saja, ya untuk apa? Sekalian buat website, eh landing page aja, yang isinya statis- tak dinamis.
Terus Isi Postingannya Apa? Saya Gak Ada Ide nih!
Yakin gak ada ide? Jangan-jangan ini hanya alasan malas ngeblog aja, seperti yang saya bahas kemarin. Sepertinya kurang tepat deh kalau pada beralasan gak ada ide. Apalagi anak-anak zaman sekarang ya, aktivitasnya gak ada habisnya. Kalau bingung, mulai saja pikirkan apa yang menjadi kegemaran kalian. Entah itu gemar eksplor wisata kuliner, blusukan ke objek wisata yang susah dijangkau, main game online dan tahu anek triknya, baca buku kemudian menjadikannya bahan diskusi, membuat puisi/cerpen, dan masih banyak lagi. Sungguh ide postingan blog itu tidak ada habisnya. Sekadar cerita perjalanan, atau curhat tipis-tipis pun bisa. Intinya, lakukan dengan bahagia ya. Kita kan maunya menulis untuk menjaga kesehatan mental, bukan malah sebaliknya. Menulis, malah bikin tambah mumet.
Pahami Rambu-rambu Menulis
Meski menulis itu gratis, bebas, atau bahkan mudah untuk dilakukan oleh setiap orang. Jangan sampai bablas ya! Jangan abai pada rambu-rambu atau aturan menulis. Tidak ada aturan tertulis sih memang, tapi ada baiknya, kita tahu batasannya. Sederhananya, kita tahu bahwa kita tidak dibenarkan menduplikasi tulisan orang tanpa ada izin atau tanpa menyebutkan sumber tulisan mereka sebagai rujukan. Lagian kan niatnya menulis untuk healing, untuk menjaga kesehatan mental, kenapa pula plagiat tulisan orang lain? Hahaha
Kalau bagi saya pribadi, pahami pula mana yang layak dan tidak layak untuk dibaca oleh orang lain. Curhat, boleh..tapi jangan sampai kebablasan. Nanti yang ada malah kita bingung sendiri, eh kok si A tahu ya, saya begini..begitu. Padahal kita sendiri yang mengumbar hal tersebut lewat tulisan, misalnya (paling sering nih) via status WA yang settingannya publik. Hayooo..ngaku, ada yang begitu gak?
–
Apapun itu, jadikan menulis sebagai sarana untuk melegakan hati, melepaskan emosi. Apakah berhasil? Mari dicoba…
Asslkm Andy, ini bunda yg pernah ke rmh Andy. Sduúh! Bunda ketampar nih kedua pipi bunda sama tulisan Andy. Emang sih blog hiatus salah satu alasannya ya “Gak ada ide” ada benarnya juga ya krn gak ide itu jadilah bunda malas menulis sampai2 blogj lumutan deh.