Demensia Alzheimer: Jangan Maklum pada Pikun, #ObatiPikun dengan Deteksi Dini

demensia alzheimer

Demensia Alzheimer: Jangan Maklum pada Pikun, #ObatiPikun dengan Deteksi Dini. Demensia Alzheimer itu apa? Apakah bisa dicegah? Bagaimana cara pencegahannya? Seberapa berbahayakah penyakit ini? Selengkapnya ada di postingan berikut. Senang sekali, karena pada hari Minggu (20/9) lalu, saya berkesempatan mengikuti Webinar Kesehatan dalam rangka Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia. Webinar bertajuk Sering Lupa Bukan Hal Normal, Kenali Gejala dan Segera #ObatiPikun ini menghadirkan sejumlah narasumber serta sejumlah peserta dari berbagai kalangan, seperti: dokter, media, dan masyarakat umum (awam). Acara tersebut merupakan bagian dari Kampanye Edukatif #ObatiPikun yang diselenggarakan oleh PT. Eisai Indonesia dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Dimana tujuannya tidak lain adalah untuk mengajak para dokter dan masyarakat luas untuk mengenali gejala Demensia Alzheimer, sehingga dapat segera #ObatiPikun.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita masih sering dihadapkan pada perilaku orangtua yang lupa akan beberapa hal. Entah itu perihal menyimpan barang, maupun nama orang. Bagi kita, masyarakat awam, hal-hal demikian adalah sesuatu yang wajar. Seolah kondisi pikun memang akan dihadapi saat tua nanti. Wajar kalau sering lupa, dan menjadi pikun saat sudah berusia senja. Padahal sebenarnya tidak begitu, sebab pikun bukanlah salah satu tanda penuaan dan pikun bukan hal yang wajar. Jadi, jangan maklum pada pikun.

demensia alzheimer

Demensia Alzheimer: Jangan Maklum pada Pikun, #ObatiPikun dengan Deteksi Dini

Sebelum membahas lebih lanjut tentang apa sih Demensia Alzheimer itu? Maka kita perlu tahu terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan demensia, alzheimer, serta perbedaan keduanya. Saya pribadi, pertama kali mendengar istilah Alzheimer ini saat menyaksikan film Korea berjudul ‘A Moment to Remember’ beberapa tahun yang lalu. Dimana film tersebut bercerita tentang seorang wanita yang mengidap Alzheimer, yang mengakibatkan satu per satu memorinya hilang. Kondisi tersebut menjadikannya tidak mengenal siapapun, tidak tahu mengerjakan hal-hal sederhana (bahkan lupa bagaimana harus membersihkan diri di toilet saat buang air), dan sebagainya. Ia menjadi tidak bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik, dan butuh bantuan perawat untuk melakukan apapun.

Rasa penasaran saya pada Alzheimer pun semakin menjadi-jadi. Saya khawatir bagaimana jika penyakit tersebut dialami oleh saya atau orang-orang di sekitar saya. Saya mulai menyaksikan video, dan membeli sebuah buku berjudul Jejak Ingatan, buku yang berisi kumpulan tulisan para pemenang Lomba Menulis Alzheimer. Dalam buku itu, para penulis menceritakan bagaimana keseharian orang-orang di sekitar kita saat mengalami Alzheimer. Tulisan yang mengajarkan kita untuk lagi-lagi, jangan maklum pada pikun.

Apa itu Demensia?

Dilansir dari situs web Alzheimer’s Indonesia, Demensia merupakan istilah umum yang menggambarkan gejala yang terjadi ketika otak dipengaruhi oleh penyakit atau kondisi tertentu. Demensia ini biasanya menggambarkan kesulitan untuk berpikir yang dialami seseorang, yang berarti, terdapat lebih dari satu gangguan kognitif yang dapat menyebabkan seseorang mengalami demensia.

Lebih lengkapnya lagi, situs Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memberikan definisi demensia. Dijelaskan bahwa demensia adalah suatu sindrom gangguan penurunan fungsi otak yang dapat memengaruhi fungsi kognitif, emosi, daya ingat, perilaku dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Terdapat berbagai jenis demensia, selain Demensia Alzheimer, seperti: demensia vaskuler, lewy bodies demensia, demensia pada penyakit Parkinson, dan masih banyak lagi.

Apa itu Alzheimer?

Setelah mengetahui apa itu demensia, lantas kita bertanya, apa pengertian dari Alzheimer? Apa beda keduanya? Jika demensia menggambarkan kesulitan berpikir yang dialami seseorang, maka Alzheimer adalah suatu penyakit yang menjadi salah satu penyebab seseorang mengalami demensia. Alzheimer ini pun merupakan penyebab umum dari demensia.

Untuk diketahui, bahwa berdasarkan data dari Alzheimer’s Disease International dan WHO, disebutkan terdapat lebih dari 50 juta orang di dunia yang mengalami demensia. Dimana hampir 10 juta kasus baru terjadi setiap tahunnya, dengan Alzheimer sebagai penyumbang 60 – 70% kasus demensia. Tidak hanya itu, dr. Iskandar Linardi selaku President Director PT Eisai Indonesia (PTEI), menyampaikan bahwa demensia alzheimer menduduki posisi ke-7 penyebab kematian di dunia. Itulah mengapa, penting bagi kita untuk mengetahui gejala Demensia Alzheimer ini, sehingga dapat dicegah dengan deteksi dini.

Jangan Maklum pada Pikun, Kenali Gejalanya dan Cegah dengan Deteksi Dini

Apa itu pikun? Pikun adalah keadaan dimana seseorang butuh waktu lebih lama untuk mengingat atau lupa dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Pikun juga merupakan kondisi menurunnya kemampuan untuk berpikir pada otak seseorang. Dalam dunia medis, pikun disebut sebagai demensia, yakni penurunan fungsi otak seperti menurunnya daya ingat dan kecepatan berpikir serta berperilaku. Ketika lupa akan sesuatu, seseorang sering dikatakan pelupa, kadang juga dibilang pikun. Padahal pelupa dan pikun adalah dua hal yang berbeda. Apa bedanya?

Perbedaan Pelupa dan Pikun

Pelupa

  • Pelupa terjadi karena gangguan pemusatan perhatian sementara.
  • Lupa dengan nama orang yang jarang ditemui
  • Sering mengeluh mudah lupa, tapi mampu memberikan contoh hal yang dilupakan
  • Sesekali kesulitan menemukan atau menggunakan kata yang tepat saat berbicara
  • Mampu mengingat hal penting dan pembicaraan tidak terganggu
  • Kehidupan sosial berjalan seperti biasanya
  • Sesekali susah menentukan arah, tapi tidak sampai tersesat

Pikun

  • Pikun terjadi disebabkan karena fungsi kognitif menurun disertai gangguan aktivitas sehari-hari
  • Lupa dengan nama orang yang sering ditemui
  • Mengeluh lupa hanya bila ditanya, dan tidak bisa memberikan contoh apa yang dilupakan
  • Sering kesulitan menemukan atau menggunakan kata yang tepat saat berbicara
  • Sering melupakan hal penting, kemampuan bicara sangat terganggu
  • Kehilangan minat untuk melakukan aktivitas sosial
  • Tersesat, bahkan di lingkungan sekitar rumah

Bagaimana Cara #ObatiPikun?

Mengobati pikun bertujuan untuk meringankan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, serta membuat penderita/pasien dapat hidup semandiri mungkin. Adapun beberapa cara penanganan #ObatiPikun, yakni dengan mengatasi penyebab pikun (melakukan deteksi sejak dini). Selanjutnya, dengan memberikan obat-obatan yang dibutuhkan. Termasuk juga melakukan terapi stimulasi kognitif. Serta yang terakhir yakni memberikan perawatan paliatif.

Meskipun demensia ini dapat disebabkan oleh penyakit lainnya, tapi setidaknya dapat kita cegah dengan melakukan kebiasaan baik sejak dini, seperti: membiasakan/menjaga pola hidup sehat (pastinya ini berkaitan dengan mengonsumi makanan dengan gizi seimbang, agar tekanan darah pun tetap terjaga), berolahraga secara teratur, serta memberikan stimulasi pada otak (bermain TTS misalnya). Oh ya, sering bersosialisai juga termasuk cara pencegahannya.

demensia alzheimer

Deteksi Dini Demensia Alzheimer dengan Aplikasi E-Memory Screening (EMS)

Penyakit Demensia Alzheimer atau pikun dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini. Dengan berkembangnya teknologi informasi, kita semua bahkan bisa melakukan deteksi sendiri di rumah. Ya, pada Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia kemarin, PT Eisai Indonesia (PTEI) dengan bangga meluncurkan aplikasi E-Memory Screening (EMS). Aplikasi yang bisa diunduh di AppStore maupun PlayStore ini memiliki tiga fitur utama, yakni: artikel demensia, AD8-INA Skrining, serta Daftar RS dan Sp Neurologis.

Bagaimana cara kerja Aplikasi E-Memory Screening (EMS)? Jadi aplikasi ini akan ini akan menilai kondisi memori seseorang dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait Demensia Alzheimer. Dimana pertanyaan tersebut mungkin saja dialami oleh yang bersangkutan. Setelah itu, aplikasi akan memberikan skor atau menilai. Dari hasil skoring itulah kita dapat melihat apakah ada kondisi yang tidak normal atau semuanya baikbaik saja. Jika aplikasi menunjukkan kondisi tidak normal, maka tersedia fitur direktori rujukan rumah sakit atau dokter terpercaya yang lokasinya berada di sekitar lokasi pengguna. Lengkap dengan nomor call center  yang dapat dihubungi. Tidak hanya itu, pada Aplikasi E-Memory Screening (EMS) tersedia pula informasi tentang tips dan trik merawat Orang Dengan Demensia (ODD) secara efektif dan efisien.

Dengen mengetahui gejala Demensia Alzheimer, maka kita pun bisa lebih menyadari untuk melakukan deteksi sejak dini. Pikun pun tidak lagi dianggap suatu hal yang wajar. Sebab kini, Demensia Alzheimer tidak lagi dialami oleh mereka yang berusia senja, tetapi juga orang-orang dengan usia produktif seperti kita. Deteksi sejak dini, akan mencegah terjadinya Demensia Alzheimer. Menjalani hidup dengan tenang hingga usia tua nanti, memiliki ingatan dan dapat melakukan sesuatunya dengan baik tanpa perlu mengalami pikun dan sejenisnya, tentu menjadi cita-cita kita semua, bukan?

Biasa dipanggil Andy. Pernah tinggal lama di Makassar dan sekarang di Mataram, Lombok. Ngeblog sejak 2007. Senang kulineran, staycation, kopdaran di cafe, browsing produk di toko online tapi gak beli, dan tentu saja...senang menulis :) Bisa dikontak di andyhardiyanti@gmail.com

47 Comments

  • Damarojat 23 September 2020 at 2:35 pm

    Sejak jadi ibu, aku jd sering lupa. Tapi bukan pikun, cuma mungkin memorinya kepenuhan, musti direset.

    Sayangnya, kadang keceplosan, “Aduh, pikun.” Padahal ucapan itu bisa jadi doa, ya.

    Terima kasih artikelnya. Semoga kita semua tetap sehat sampai akhir hayat.

    Reply
  • Dessy Achieriny 23 September 2020 at 4:23 pm

    Mindset masyarakat kita memang perlu diubah dan butuh proses panjang memang, edukasi terkait masalah ini memang harus gencar bahwa pikun bukan hal wajar namun harus lekas diobati.

    Reply
  • Cindy Vania 23 September 2020 at 5:11 pm

    Aku mulai aware sama demensia alzheimer karena temenku sering share ini.
    Bener banget jangan maklum sama pikun. Karena masih bisa dilatih dikit2 sebelum bener2 pikun

    Reply
  • nurulrahma 23 September 2020 at 7:17 pm

    Terus terang daku juga masuk golongan yg gampang pelupa pake banget, Mba.
    Tertohok dah, ketika ikutan acara ini.
    Bismillah, semogaaaaa daku dan kita semua bisa #ObatiPikun 😀

    Reply
  • Mechta 23 September 2020 at 8:33 pm

    Siapa bilang pikun itu biasa sajaaa… Siapa bilang pikun itu tak berbahayaaa… Ah, potongan syair lagu yg mengawali senam anti pikun itu terngiang-ngiang di benakku mba..hehe . Yuk, cegah pikun..

    Reply
  • Hidayah Sulistyowati 23 September 2020 at 10:43 pm

    Nah, ternyata pikun bisa diobati ya, bahkan kalo pelu dicegah.
    Dan aku pernah baca juga kalo ngisi TTS bisa mencegah pikun. Yuk isi TTS di sela nulis dan baca buku

    Reply
  • Susindra 24 September 2020 at 12:45 am

    Pelupa seperti saya, kadang kepikiran sendiri, ada apa dan kenapa. Kadang khawatir kalau alzheimer mengingat pelupanya parah. Tapi juga kadang saya pikir karena terlalu banyak menampung informasi. Memang enaknya tu tes saja, ya. Jadi tahu yang pasti.

    Reply
  • Maria Soemitro 24 September 2020 at 5:19 am

    bagus banget adanya EMS ini ya?
    Ngga semua kota ada dokter syaraf, jadi daripada ragu mending cek dulu pakai app EMS

    Reply
  • Melina Sekarsari 24 September 2020 at 6:08 am

    Jadi kepengen unduh EMS ini, deh. Saya tuh mudah banget mengingat hal-hal krusial, tapi kerap lupa printilan. Tapi pernah deh lupa hal krusial yang beneran bahaya. Berangkat dari rumah di Bogor ke bandara, mau ke Singapura, dan keluar komplek saya baru ingat kalau nggak bawa paspor. Parahnya, itu paspor ada di kantor di Jakarta Selatan. Jadilah dini hari itu bangunin satpam gedung buat bukain pintu ruangan saya, hahaha …

    Reply
  • Nurhilmiyah 24 September 2020 at 6:15 am

    Saya udah ngetes pake aplikasi EMS ini Mba Andy, hasilnya Alhamdulillah ingatan sy masih baik. Semoga EMS semakin bermanfaat bagi yg terkena gejala ODD Ya

    Reply
  • Mugniar 24 September 2020 at 7:09 am

    Mama Rani sudah deteksi dini pikun belum? Kasih tahu hasilnya ya kalau sudah ….
    Eh apakah wkwkwk

    Reply
  • Dian 24 September 2020 at 8:45 am

    Aplikasi yg sangat menarik ya mbak, mbak sudah coba tes kah? Hehe

    Reply
  • Annie Nugraha 24 September 2020 at 9:34 am

    Wah saya musti coba nih EMS. Secara usia sudah 1/2 abad hahaha. Makasih infonya ya Mbak. Setelah mendapatkan info2 tentang meminimalisir dimensia and alhzeimer, kini dapat juga sarana yang bisa mendeteksi ke-2 penyakit usia ini.

    Reply
  • winda - dajourneys.com 24 September 2020 at 11:04 am

    terima kasih mba buat sharingnya 🙂 boleh nih saya nduh EMS ini buat mama aku yang emang sudah lanjut usia

    Reply
  • Uwien Budi 24 September 2020 at 11:34 am

    Sedih banget kalo keluarga ada yang alzeimer, kenangan-kenangan sama orang yang disayang akan hilang.

    Reply
  • Rizka Edmanda 24 September 2020 at 11:37 am

    Makasi banyak sharingnya Mba jadi jangan menyepelekan demensia atau alzheimer ya karema kondisi tersebut memang tidak wajar apalagi jika dialami orang yang usianya masih produktif

    Reply
  • Jeanette Agatha 24 September 2020 at 1:18 pm

    Terima kasih banyak untuk sharingnya ya mbak. Aku jadi tau tentang Demensia Alzheimer. Aku tuh kadang orangnya pelupa banget. Jadi memang harus wasapada ya untuk usia produktif juga

    Reply
  • nchie hanie 24 September 2020 at 2:46 pm

    Kekhawatiran penyakit demenzia alzheimer ini menyerang usia2 yang masih produktif ya Andy. Semoga makin mengenali tanda2nya, dan cepat diatasi.

    Reply
  • Rani Yulianty 25 September 2020 at 10:57 am

    Baru tahubada aplikasi e memory screening, kayaknya dari usia muda tidak masalah screening memori ya biar bisa deteksi dini demensia

    Reply
  • Ida Tahmidah 25 September 2020 at 12:01 pm

    Aku udah diperiksa pakai aplikasi EMS itu eh alhamdulillah skornya 1 mudah2an aja awet tetap 1 sampe tua hehe….

    Reply
  • nyi Penengah Dewanti 25 September 2020 at 12:03 pm

    Nyi belum punya aplikasi EMS mba Andy, jadi penasaran seberapa pikunkah diriku. Mertuaku juga udah mulai pikun, mas suami juga mudah jadi pelupa penting banget memahami i ni

    Reply
  • Uniek Kaswarganti 25 September 2020 at 12:08 pm

    Makasih banget lho mba jadi tau bedanya pelupa dan pikun. Selama ini aku menganggap diriku pikun karena sering lupa pada banyak hal yang baru aja kejadian. Ternyata begitu membaca tanda-tanda di atas, ternyata lebih pada masalah fokus dan konsentrasi aja. Biasa yaa kalau mamak mamak yang dipikirin banyak, pada rontok aja ingatan pada hal-hal tertentu di suatu waktu. 🙂

    Reply
  • lendyagasshi 25 September 2020 at 12:20 pm

    Ini tugas kita yaa..kak.
    Hastagnya bagus #ObatiPikun . Karena memang pikun bukan pemakluman, tapi bisa diobati dan di terapi dengan baik oleh orang-orang di sekitar orangtua dan tenaga medis.

    Reply
    • Nchie Hanie 7 October 2020 at 8:40 am

      Nah iya beneran ternyata bisa diobati dan terapi dari awal ketahuan tanda2nya.

      Reply
      • lendyagasshi 7 October 2020 at 11:14 pm

        Kenali tandanya dengan menginstal aplikasi E-Memory Screening (EMS)

        Reply
  • Tuty Queen 25 September 2020 at 12:47 pm

    Makanya aku suka ajak ortu sering2 ngobrol khawatir kalau banyak diam jadi pelupa dan pikun

    Reply
  • Jiah Al Jafara 5 October 2020 at 6:20 pm

    Karena lumayan sering ketemu drama yang bercerita tentang Demensia atau Alzheimer, aku jadi tahu bahayanya. Orang lupa gak boleh dibiasakan. Aku sendiri karena gak pandai ingat sesuatu, ya catat buat pembantu

    Reply
  • Cindy Vania 5 October 2020 at 8:43 pm

    Alzheimer ini ternyata bisa dicegah kalau tahu dr dini ya mba.
    Berarti keep produktif membantu yaa

    Reply
  • nurulrahma 6 October 2020 at 7:58 am

    App EMS mantab!
    Semoga kita semua sehaaattt, terus produktif, bahagyaaa dan say NO to pikun ! 😀

    Reply
  • Andiyani Achmad 6 October 2020 at 7:27 pm

    kalo aku baca dari review kamu bedanya pelupa dan pikun, fix aku udah pikun parah dah.. harus dilatih nih ya otak biar gak makin parah

    Reply
  • Keke Naima 7 October 2020 at 12:09 am

    Jadi semakin peduli nih saya sama demensia. Ternyata gak sekadar pikun, ya. Ngeri juga kalau sampai terjadi

    Reply
  • Dedew 7 October 2020 at 12:51 pm

    Duh baru saja nonton Drakor yang tokohnya demensia dan ia lupa untuk pakai celana panjang ke kantor dan lupa letak rumahnya..ternyata bisa dideteksi sejak dini ya..

    Reply
  • Alfa Kurnia 7 October 2020 at 1:47 pm

    Nenek saya nih sudah beberapa tahun ini demensia. Sedih banget lihatnya. Selain ingatannya terganggu juga emosi dan kemampuan fisiknya berubah banget.

    Reply
  • Nurul Fitri Fatkhani 7 October 2020 at 6:13 pm

    Ternyata pelupa berbeda dengan pikun, ya. Dan syukurlah ternyata ada cara untuk terhindar dari pikun. Yang penting menerapkan pola hidup sehat, rajin olahraga dan selalu bersosialisasi ya…

    Reply
    • Uniek Kaswarganti 8 October 2020 at 12:44 am

      Jadi harus cek juga ya kondisi orangtua kita, menstimulasi mereka agar tidak mengalami pikun. Kita ajak beraktivitas bersama agar terus merasa gembira dan selalu bergerak fisiknya meskipun dengan hal-hal yang ringan saja.

      Reply
  • Dian 7 October 2020 at 7:09 pm

    Ah beda ya, pikun dan pelupa..
    Benar, pola hidup sehat itu kunci kita terhindar dari berbagai penyakit ya

    Reply
  • Lidya 7 October 2020 at 8:03 pm

    Gak boleh bilang maklum pikun udah tua ternyata ya, pikun harus dicegah sejak dini. Betul banget ini mbak ada sodaraku sudah tua pikun jadinya lupa sama anak cucu & anaknya sampai gak kerja karena ngurus ibunya di rumah

    Reply
  • Milda Ini 7 October 2020 at 8:09 pm

    This really needs to know and learn about early detection of senile questions. I was worried that I would experience it earlier, hihihi

    Reply
  • Dian Restu Agustina 7 October 2020 at 9:11 pm

    Info penting nih agar semua makin peduli akan Demensia Alzheimer ini. Karena ternyata Demensia Alzheimer tidak lagi dialami oleh mereka yang berusia senja, tetapi juga orang-orang dengan usia produktif seperti kita. Jadi perlu tahu deteksi dininya

    Reply
  • Larasati Neisia 7 October 2020 at 10:29 pm

    Aku familiar sama penyakit Demensia Alzheimer ini gara-gara sering nonton drakor. Banyak pemeran nenek-kakeknya yang diceritakan terkena sakit ini. Ternyata nggak cuma orang tua aja yang bisa kena, usia seperti kita juga bisa kena ya. Haduh semoga dijauhkan.

    Reply
  • Naqiyyah Syam 7 October 2020 at 10:40 pm

    perlu banget ya kita deteksi dini dengan gejala pikun, semoga tidak cepat pikun, masih banyak hal yang mau aku lakukan, aamiin.

    Reply
  • Sapti nurul hidayati 7 October 2020 at 10:49 pm

    Selama ini nganggepnya juga wajar jika terjadi pada yg sudah lanjut usia. Ternyata bisa dicegah ya. Nggak mesti orang tua mengalami. Malah justru kl tidak hati-hati yang muda bisa kena juga. Ok, noted banget..

    Reply
  • Lina W. Sasmita 7 October 2020 at 10:58 pm

    Lagi butuh informasi banget cara mengatasi kepikunan atau deteksi diri sejak dini untuk mengatasi pikun. Lebih baik memang diperiksa dari awal supaya tidak sampai terjadi kelak di masa tua ya Mbak.

    Reply
  • Adriana Dian 7 October 2020 at 11:11 pm

    Wah ternyata dimensia sebenarnya bisa dideteksi dan dicegah sejak dini ya mak? Berguna banget nih kayanya aplikasi EMS ini, makasi sharingnya ya maaaak

    Reply
  • Tanti Amelia 7 October 2020 at 11:16 pm

    Aku kok rada skeptis ya sma pemeriksaan online alzheimer. Kayaknya ga pas gitu kalau ga ketemu psikiater langsung

    Reply
  • Sri Widiyastuti 8 October 2020 at 7:56 am

    Ngeri ya kondisi dementia yang sudah patah, sampai lupa membersihkan diri, ga tau gimana thaharoh kali yaa. Semoga kita ga sampai demikian yaa. Karena Sungguh itu merepotkan sekali

    Reply
  • Ainhy Edelweiss 12 October 2020 at 7:04 am

    Tadinya aku sepelein soal pikun itu mba, ternyata harus deteksi dini yah, aplikasi EMS nya keren nih, aku mau coba untuk deteksi dini

    Reply

Leave a Comment