Program Langit Biru, BBM Ramah Lingkungan, dan Perihal Indonesia di Masa Depan. Program Langit Biru dicanangkan sejak 25 tahun yang lalu melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 1996. Sebuah program yang bertujuan untuk mengendalikan dan mencegah pencemaran udara, serta mewujudkan perilaku sadar lingkungan. Baik dari sumber tidak bergerak (industri) maupun sumber bergerak (kendaraan bermotor). Seperempat abad sudah usia program ini, tapi mirisnya, masih banyak yang belum mengetahuinya. Saya atau mungkin juga teman-teman yang membaca postingan saya, termasuk orang-orang yang baru tahu. Lantas apa pentingnya kita perlu tahu, terlibat, serta mendukung program tersebut? Apa dampaknya pada negara kita, Indonesia, saat sekarang pun di masa depan?
Adalah hal yang lucu ketika sebuah program yang dijalankan bersama oleh berbagai pihak, justru tidak diketahui oleh masyarakat itu sendiri. Saya tidak menyalahkan programnya, saya justru menertawakan diri sendiri. Sebagai seorang pecinta langit biru, kemana saja saya selama ini? Sudah memberikan kontribusi apa? Ah, rasanya saya lebih sering mengomentari udara kota yang semakin tak segar lagi, polusi udara yang dihasilkan oleh banyaknya kendaraan, dan berbagai keluhan lainnya. Alih-alih memberikan edukasi dengan kemampuan membuat postingan blog yang saya punya, saya justru lebih banyak mengeluhnya.
Program Langit Biru, BBM Ramah Lingkungan, dan Perihal Indonesia di Masa Depan
Sejak dulu, entah mengapa, saya sangat senang melihat langit. Pada setiap perjalanan, saya selalu menyempatkan diri menengok langit. Saat berusia remaja dan sudah diizinkan memiliki telepon genggam yang ada kameranya, objek pertama yang saya potret tidak lain adalah langit. Dari kamera hp itu pula saya pertama kali jatuh cinta pada birunya langit. Potret langit yang sebelumnya hanya bisa ditengok, kini bisa dilihat kapan saja di hp saya. Dan rasanya bukan hanya saya yang melakukannya, saya percaya, langit biru adalah objek foto yang selalu mengisi galeri hp siapa saja.
Mengenal Program Langit Biru
Jika tidak menghadiri webinar yang diselenggarakan KBR dan YLKI, Kamis (18/3) lalu, mungkin selamanya saya tidak akan tahu tentang program ini. Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru di Provinsi Sulawesi Selatan, Papua, Papua Barat, NTB, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat, menjadi tajuk dari webinar yang berlangsung selama 4 jam tersebut. Adapun konsep webinarnya dibagi menjadi sesi talkshow dan dialog publik. Dengan menghadirkan narasumber dan peserta yang berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari pengamat ekonomi, PT. Pertamina (Persero), KLHK, YLKI, KBR, Aktivis, Influencer, dan lainnya. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengingatkan kembali akan Program Langit Biru, dimana penggunaan BBM Ramah Lingkungan sebagai salah satu jalan untuk mendukung program tersebut.
Mengingatkan kembali? Iya, karena sejatinya, program ini sudah ada sejak 25 tahun yang lalu. Seperempat abad berlalu, dampak positif apa yang sudah kita rasakan pada kualitas udara sehari-hari kita? Jangan sampai sekadar program, tentu perlu sinergitas dari berbagai pihak agar niat baik ini tidak menjadi kapal karam. Tersangkut, terdiam, dan lantas tidak ada pergerakannya. Belum lagi ketika pemerintah tidak tegas dan tidak konsisten pada programnya sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Tulus Abadi, dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), bahwa ketersediaan Premium di Pulau Jawa Bali di tahun 2017 sudah ketat dikendalikan oleh Pertamina. Namun sayangnya, di tahun 2018, dengan alasan mudik lebaran (padahal alasan pemilu), ketersediaan Premium melonggar lagi.
BBM Ramah Lingkungan, Ada Harga untuk Sebuah Kenyamanan
Pada suatu pagi, di salah satu WhatsApp Group yang saya ikuti, masuk sebuah pesan. Isinya adalah keluhan bahwa seharian ini, sulit sekali menemukan premium di SPBU mana pun. Pesan itu disambut banyak balasan setelahnya. Mulai dari rekomendasi SPBU yang masih menyediakan premium, tentang premium yang memang sudah dikurangi ketersediaannya, hingga yang menyarankan untuk beli di penjual eceran saja. Sebagai orang yang tidak mengendarai kendaraan sendiri, jujur saja, saya tidak tahu apa perbedaan dari setiap jenis BBM tersebut. Kecuali satu hal, yaitu perbedaan harga. Ya kan? Bahwa premium jauh lebih murah dibandingkan Pertalite, bahkan Pertamax.
Tapi itu dulu, lambat laun karena sering menemani suami antri di SPBU. Beberapa kali menumpang di kendaraan lain milik keluarga. Saya jadi tahu setiap kali mendengar mereka menyebut kata Pertalite atau Pertamax pada petugas di sana. Berawal dari rasa penasaran saya, kenapa BBM ada banyak jenisnya? kenapa beda jenis, beda pula harganya? terus kenapa ada yang kesal saat tak stok premium di SPBU habis? sementara di sisi lain, ada yang marah saat mobilnya yang sudah biasa diisi Pertamax, namun saat digunakan orang lain justru diisi Premium? Pertanyaan-pertanyaan tadi pula saya dapatkan jawabannya saat mengikuti talkshow dan dialog publik Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru.
Perwakilan dari PT. Pertamina (Persero) sendiri menjelaskan bahwa sudah seharusnya para pengguna kendaraan bermotor di Indonesia beralih ke BBM Ramah Lingkungan. Mengapa? karena selain berdampak baik pada kesehatan mesin kendaraannya, tentunya juga meminimalkan terjadinya pencemaran udara yang ada hubungannya pula pada kesehatan saluran pernapasan kita semua. Pada tahu gak, perubahan iklim yang saat ini terjadi, disebabkan oleh kita-manusia. Kendaraan-kendaraan kita yang sebagian besar masih menggunakan BBM yang tidak ramah lingkungan, menjadi awal buruknya kualitas udara, hingga bisa mengotori langit, dan gak jadi langit biru lagi deh namanya 🙁
Bagaimana Indonesia di Masa Depan
Dengan penggunaan BBM Ramah Lingkungan, serta sejumlah ikhtiar untuk mewujudkan Program Langit Biru. Tentu harapannya adalah kita bisa melihat langit yang tetap biru, yang bebas dari polusi/pencemaran udara, pada Indonesia di masa depan. Agar langit biru yang orang tua kita lihat dulu, kita lihat kini, adalah langit yang sama dengan yang dilihat oleh anak cucu kita kelak.
Program langit Biru ini memang seharusnya segera dipercepat demi kebaikan bersama. Selain itu Saya juga berharap pertamina juga mengkombinasikan program ini dengan penanaman pohon agar kondisi udara Makin baik
Saya tau program Langit Biru justru dari postingan teman-teman di sosial media dan blog. Kalau nggak ada yang kampanye di dunia maya, mungkin saja saya nggak tau, soalnya jarang sekali liat siaran TV.
Ternyata program ini juga sudah berjalan cukup lama ya, seperempat abad lebih .
Ngejalanin programnya kayak setengah hati ya, kurang sosialisasi dan masih banyak kekurangan di sana sini.
Alhamdulillah, motor saya pakai pertamax. Sudah lama sekali nggak minum premium
Aku setuju sih dengan pemanfaatan BBM ramah lingkungan ini. Seperti kata bapak saya, kalau kamu udah mampu beli kendaraan, maka kamu harus siap beli BBM-nya. Jadi no complain lah ya kalau harganya naik atau lebih mahal dari BBM bersubsidi.
pengennya program langit biru ini bisa terus ada dan merata di seluruh Indonesia ya mbak
aku di surabaya juga sempat beberapa kali memanfaatkan program langit biru ini
Saya jadi paham bahwa penggunaan BBM berpengaruh terhadap lingkungan terutama langit. Udara dipengaruhi oleh bagaimana kualitas BBM yang dipakai masyarakat
Aku sangat setuju dengan ide BBM ramah lingkungan, apalagi aku pengguna kendaraan bermotor yang mobiltasnya cukup tinggi
Aku jadi membayangkan 30 tahun tinggal di kota Jakarta dengan polusi yang uwowwww apalagi dari bahan bakar kendaraan.
Karena memang kendaraan kita sebagian besar masih menggunakan BBM yang tidak ramah lingkungan maka menimbulkan awal buruknya kualitas udara.
Saya jadi paham bahwa penggunaan BBM berpengaruh terhadap lingkungan terutama langit. Udara dipengaruhi oleh bagaimana kualitas BBM yang dipakai masyarakat
Cek
Rupanya penggunaan BBM berpengaruh besar bagi keberlangsungan langit agar tetap sehat dan biru. Udara juga sehat dan lingkungan lestari.
Salut banget dengan YLKI dan KBR yang rutin menyelenggarakan talkshow mengenai Program Langit Biru ini sebagai upaya agar masyrakat bisa beralih ke BBM ramah lingkungan. Saya dan keluarga juga sekarang sudah meninggalkan premium dan beralih menggunakan pertalite atau pertamax.
Kondisi udara sekarang jauh dari kata bersih ya mbak. Tapi pandemi ini juga berefek positif loh terhadap lingkungan. Aku sih setuju aja kalau mau ada BBM ramah lingkungan. Ya biar udara lebih bersih dan manusia-manusia nya bisa hidup sehat