Jam Mengajar Guru SMA Tak Berkurang, Begini Kata Kemendikbudristek. Tidak perlu khawatir, jam mengajar guru SMA tak berkurang, meski adanya penghapusan jurusan. Berikut penjelasan dari Kemendikbudristek. Belakangan ini, pasti sudah akrab pembahasan di masyarakat, terutama yang merupakan orang tua siswa, terkait kebijakan Kemendikbudristek yang menghapus sistem penjurusan di bangku Sekolah Menengah Atas. Seperti yang kita ketahui, bahwa di masa kita sekolah dulu, ada yang namanya penjurusan yakni: IPA, IPS, dan Bahasa. Sistem penjurusan ini akan berpengaruh pada mata pelajaran yang dipelajari oleh masing-masing siswa. Saya pribadi, di masa sekolah dulu termasuk siswi kelas XII IPA 1, dari namanya, jelas bahwa saya mengambil jurusan IPA.
Sebagai siswi kelas jurusan IPA, maka tentu mata pelajaran yang saya pelajari adalah yang kaitannya dengan IPA, yakni: Biologi, Fisika, dan Kimia. Untuk mata pelajaran Matematika, setahu saya, tetap dipelajari oleh seluruh jurusan, namun porsinya akan berbeda antara jurusan IPA dengan jurusan IPS maupun Bahasa. Di luar itu, maka tetap berlaku pelajaran yang sifatnya umum, seperti: Pendidikan Kewarganegaraan, Seni Rupa, Pendidikan Agama (tentu saja sesuai agama masing-masing), dll. Sebagai siswi kelas IPA, apakah saya belajar Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia? Oh tentu, tapi porsinya jelas berbeda dengan mereka yang masuk jurusan Bahasa. Mata pelajaran Sejarah pun kami pelajari, tapi lagi-lagi, tak sedalam dengan yang dipelajari oleh jurusan IPS.
Mengapa Sistem Penjurusan di SMA Dihapus?
Lantas mengapa keluar kebijakan Kemendikbudristek untuk menghapus penjurusan di SMA? Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Anindito Aditomo, menjelaskan bahwa sistem penjurusan di SMA dihapus sebagai bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka. Di mana saat ini Kurikulum Merdeka sudah 90-95 persen penerapan Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK.
Selain itu, adanya penjurusan pun cenderung membuat terjadinya pengotakan siswa, serta terkesan ‘tebang pilih’ dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Sebut saja siswa/siswi SMA jurusan IPA, tak jarang diistimewakan karena dinilai lebih cerdas sekaligus boleh memilih lebih banyak program studi di perguruan tinggi. Maka jangan heran kalau peminat jurusan IPA sering kali lebih banyak dibanding jurusan lainnya. Seingat saya, saat bersekolah dulu total ada enam kelas jurusan IPA, tiga kelas jursan IPS, dan untuk jurusan Bahasa tidak ada di angkatan saya. Entah ya, apakah tidak ada peminat atau bagaimana.
Penghapusan Jurusan Menjadikan Siswa/Siswi Bisa Fokus pada Pelajaran Khusus
Singkatnya, begitulah kiranya sudah tepat keputusan Kemendikbudristek untuk meniadakan penjurusan di SMA agar tidak ada lagi stigma kasta antar siswa/siswi. Menariknya, dengan demikian, siswa/siswi jadi dapat memilih pelajaran khusus saja yang memang mendukung masa depan/rencana kuliahnya nanti. pelajar yang ingin mengambil Program Studi Kedokteran di perguruan tinggi, maka ketika SMA tidak perlu mempelajari mata pelajaran terkait Kalkulus tingkat lanjut. Mereka akan difokuskan untuk mempelajari Biologi ataupun Kimia.
Contoh lain, yaitu siswa yang berniat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada program studi Teknik, maka dapat memilih mata pelajaran Matematika tingkat lanjut dan Fisika tanpa mengambil pelajaran Biologi.
Apakah Jam Mengajar Guru Akan Berkurang?
Terkait penghapusan sistem penjurusan, maka jangan khawatir karena Kemendikbudristek memastikan bahwa jam mengajar guru SMA tak berkurang. Para guru tidak akan berkurang tanggung jawabnya dalam mencerdaskan anak bangsa. Demikian pula para siswa yang tidak akan kehilangan haknya dalam memperoleh pembelajaran dari para guru. Sebab pada kenyataannya, kebijakan Kemendikbudristek untuk meniadakan jurusan di SMA tersebut jelas tidak berimbas pada pengurangan atau menjadikan lebih sedikitnya jam mengajar para guru. Sebelum mengeluarkan kebijakan penghapusan jurusan tersebut, tentunya Kemendikbudristek sudah lebih dulu melakukan kajian mendalam terhadap jam mengajar para guru. Intinya, kebijakan ini tidak untuk merugikan guru maupun para siswa/siswi di tingkat SMA.
Tidak Perlu Khawatir, Jam Mengajar Guru SMA Tak Berkurang
Dilansir dari situs berita Tempo.co, bahwa Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Yogi Anggraena menyatakan siswa di jenjang SMA kini dapat memilih matpel sesuai minat dan bakat untuk pendidikan lanjutan masing-masing. Dimana jumlah siswa dalam setiap kelas mata pelajaran akan dapat berjalan, meskipun hanya ada tiga orang siswa yang memilih pelajaran tersebut.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa beban mengajar untuk guru pengampu mata pelajaran pilihan tersebut nantinya akan dihitung sama. Tentunya dengan mempertimbangkan adanya penambahan jam mengajar untuk satu kali pertemuan. Contohnya, dari yang sebelumnya dalam satu kali pertemuan hanya berdurasi 3 jam, maka kini menjadi rata-rata 4 hingga 5 jam. Dengan demikian, kekurangan jam mengajar untuk guru sudah bisa teratasi. Jam belajarnya ditingkatkan jadi 4 sampai 5 jam, dengan minimal siswa dalam satu rombongan belajarnya diturunkan jadi hanya tiga orang.
Lebih Leluasa, Fokus, dan Siap Menempuh Pendidikan Lanjutan
Dengan adanya kebijakan dari Kemendikbudristek terkait penghapusan jurusan di SMA, harapannya para siswa jadi lebih leluasa dan fokus dalam memilih mata pelajaran pilihan yang sesuai minat, bakat dan kemampuan. Kelak mereka pun diharapkan dapat lebih optimal dalam mengembangkan potensi diri. Sehingga jadi lebih siap untuk menempuh pendidikan lanjutan.
Adapun hal yang menjadi catatan dari Kemendikbudristek yaitu, bahwa penting diingat bagi tiap satuan pendidikan SMA agar ketika membuka mata pelajaran pilihan perlu mempertimbangkan ketersediaan gurunya. Apabila tidak ada gurunya atau tidak relevan dengan kebutuhan siswa, maka SMA yang bersangkutan tidak perlu membuka mata pelajaran pilihan tertentu kepada para siswa.
Jadi jelas yaa, bahwa peniadaan penjurusan di SMA memang tidak merugikan. Pastinya, Kemendikbudristek benar-benar menjaga hak cerdas anak bangsa, dengan tetap memperhatikan para guru.***
No Comments