Ikut Bapak Pindah Tugas adalah Traveling Cara Aku. Saya adalah satu dari sekian banyak anak yang masuk dan tamat sekolahnya berbeda. Penyebabnya tidak lain karena ikut bapak pindah tugas. Capek? Oh tentu saja. Tapi ada serunya juga. Bisa mengenal teman baru, pun merasakan suasana tinggal di tempat yang berbeda. Setidaknya, itu yang saya rasakan sejak kecil-bahkan sejak lahir, ikut bapak yang harus pindahan ke berbagai kota di Indonesia. Baru masuk sekolah dasar, duduk di kelas 1, eh tahu-tahu harus pindah ke kota lain. Kenalan dengan teman baru lagi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang juga baru.
Sesuatu yang dulu saya anggap melelahkan, ternyata kalau dipikir-pikir sekarang, saya beruntung juga ya. Bukankah mengikuti kepindahan bapak dalam rangka tugas kantor, adalah traveling cara aku eh saya? Meski lelah berkemas mainan, buku, berpisah dengan teman yang sudah akrab dan kembali beradaptasi dengan teman dan lingkungan yang baru, nyatanya saya jadi bisa berpijak di banyak tempat. Jika dibandingkan dengan teman-teman yang doyan traveling, memang sih belum banyak-banyak amat kota yang sudah saya kunjungi. Tapi ini saja, sudah sangat saya syukuri. Setidaknya, sebelum saya duduk di bangku SMP, saya sudah pernah ke beberapa kota. Mulai dari Mataram, Sumbawa, Bima, Dompu, Denpasar, Banjarmasin, Makassar, Ambon, hingga Kupang. Kawasan Timur Indonesia banget ya gaes.
Menikmati Kawasan Timur Indonesia
Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan blog beberapa waktu yang lalu, bahwa saya lahir di Bali tapi justru belum pernah eksplor keindahan di sana. Bagaimana tidak, belum ada satu bulan saya lahir, surat tugas bapak sudah keluar. Mau tidak mau, kami sekeluarga ikut bapak yang saat itu ditugaskan ke Banjarmasin. Seingat saya, baru sekitar tiga tahunan di sana, lagi-lagi kami pindah ke pulau berbeda. Kali ini ke Makassar, ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Beberapa tahun di kota Anging Mammiri, saya sempat menamatkan pendidikan Taman Kanak-kanak yang ijazahnya sungguh saya banggakan. Hahahah. Tahu kenapa? karena bertahun-tahun kemudian, nama sosok yang menandatangani ijazah saya tersebut terpilih sebagai salah satu Wakil Presiden Republik Indonesia. Coba tebak, siapa? Oopss.. intermezzo yaa.
Intinya, selama bapak bekerja di sebuah perusahaan swasta tersebut, kami jadi sering ikut beliau pindah tugas. Terakhir kali adalah saat bapak bertugas di Ambon, dan boom! kami di sana pada rentang tahun 1997 hingga 1999. Bisa dibayangkan, kami sedang berada di sana saat terjadi kerusuhan. Syukurnya, kami sekeluarga selamat, meski harus merelakan seluruh harta benda yang habis dibakar pun dijarah. Hiks. Sejak itu, bapak pindah tugas ke Kupang, dan kami melanjutkan pendidikan di Makassar. Kami hanya pergi ke Kupang untuk liburan, tidak lagi sepenuhnya ikut pindah ke sana. Meski demikian, lagi-lagi saya menikmatinya. Teringat betapa panjang jalan saya untuk tiba di kota tersebut dengan menggunakan kapal laut. Harus transit dulu di beberapa kota, diantaranya: Larantuka, Kalabahi, dan Maumere. Ah, kalau sejak dulu sudah ada Traveloka, kan tinggal akses dari ponsel pintar saja? Eh tapi ponsel pintar pun belum ada. Hahahaha.
Ingatan saat Bepergian dengan Bapak
Dari seluruh perjalanan mengikuti bapak yang pindah tugas, tentu saja lebih banyak kami habiskan di rumah. Namanya juga pindah tugas, sehari-harinya ya bapak bekerja layaknya berkantor di tempat terdahulu. Pagi berangkat, siang sesekali pulang untuk istirahat/makan siang di luar, kemudian sore jelang malam tiba di rumah. Mama adalah mama yang seorang ibu rumah tangga, yang menikmati aktivitasnya mengurus rumah, memasak, sambil sesekali melakukan hobinya, salah satunya yaitu menjahit. Kami, anak-anaknya, dengan rutinitas pergi dan pulang sekolah, bermain, mengerjakan PR, dan lainnya. Ada kalanya kami bepergian, berwisata ke tempat-tempat yang menyenangkan. Seperti saat tinggal di Ambon dulu, favorit kami adalah berakhir pekan di pantai. Menikmati rujak di Pantai Natsepa, atau bermain pasir putih di Pantai Liang.
Menikmati Momen Lebaran bersama Keluarga
Jika ditanya, adakah momen traveling atau pun liburan yang paling berkesan? Membawa ingatan ke waktu demi waktu yang lalu bisa menimbulkan rasa haru dalam diri saya yang baru saja ditinggal bapak setahun yang lalu. Bapak kembali ke Sang Khaliq, Maret 2021 kemarin. Iya, benar-benar rasanya baru kemarin. Menulis ini membuat saya mengumpulkan lagi kepingan puzzle kenangan itu. Lalu sampailah saya pada suatu momen ketika bapak benar-benar ingin menikmati lebaran dengan kami, keluarga kecil saja. Eh sebenarnya bukan keluarga kecil sih, soalnya kami empat bersaudara. Hanya saja, kakak sulung dan yang nomor dua saat itu sedang ngekos karena kuliah di salah satu kampus di Kota Makassar.
Saya, kakak, dan mama, seperti biasanya, berangkat ke Kupang di hari-hari terakhir di bulan Ramadan. Tujuannya tidak lain adalah demi merayakan Hari Raya Idul Fitri atau lebaran bersama bapak. Seperti kebanyakan orang, biasanya kami memang mengadakan open house, menyediakan aneka kue dan menu lauk pauk khas lebaran untuk tamu yang datang. Entah itu tetangga, maupun teman kantor bapak. Tak ada keluarga, karena memang kami tak punya keluarga di sana.
Staycation di Hotel Sasando Kupang
Entah tahun berapa kala itu, menjelang lebaran, bapak meminta mama untuk tak perlu memasak ini itu. Beliau ingin lebaran kali ini, kita istirahat saja di hotel. Jadi direncanakanlah, saat pergi shalat, kami sudah membawa pakaian dan makanan secukupnya untuk jadi bekal di luar selama beberapa hari. Jangan tanya mana fotonya, saat itu yang punya kamera hanya bapak. Itu juga kamera analog yang masih pakai roll film. Tak ingat pula, apakah sempat foto-fotoan atau tidak saat itu. Tapi saya masih ingat, kami staycation di Hotel Sasando Kupang, yang sekarang bernama Sasando International Hotel Kupang. FYI, sasando itu adalah alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik, yang merupakan alat musik tradisional khas kebudayaan Rote-NTT.
Rasanya berkesan sekali, menghabiskan waktu bercerita banyak dengan bapak. Berenang bersama, sambil mama menunggu di salah satu meja di pinggir kolam renang, komplit dengan Pisang Goreng Keju dan aneka minuman yang sudah dipesan sedari tadi. Malamnya, kami menikmati panorama laut Kota Kupang, karena posisi hotel yang sedemikian indahnya berada di ketinggian kota. Iya, begitu saja, tanpa memesan makanan yang wah atau membuat dekorasi yang luar biasa. Ah, mengingatnya membuat saya ingin kembali ke momen tersebut, tentu saja -kali ini dengan orang yang berbeda-.
Traveling ke Kupang, Mengumpulkan Kepingan Kenangan
Meski belum tuntas menginjakkan kaki ke bagian barat Indonesia, entah mengapa, tiba-tiba ingin rasanya kembali ke Kota Kupang. Mengumpulkan kepingan kenangan yang tersisa bersama bapak, yang kini tidak mungkin lagi traveling bersama saya ke sana. Ingin rasanya ke sana, tidak melulu eksplor objek wisatanya, sekadar melihat indahnya laut dari ketinggian. Seperti saat staycation bersama bapak, bertahun-tahun yang lalu. Ingin ke sana, bersama keluarga kecil saya tercinta, iya mereka, suami dan dua anak perempuan saya. Apalagi, bisa dibilang sekarang semuanya lebih mudah dengan Traveloka. Pun kini kami sudah tinggal di Pulau Lombok, di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang bisa dibilang hanya tetanggaan dengan NTT, provinsi tempat kota Kupang berada.
Cerita Mewujudkan Impian bersama Traveloka
Terima kasih untuk teknologi yang memberi kemudahan saat ini. Telepon pintar serta aplikasi bernama Traveloka tidak hanya memudahkan siapa saja untuk memesan tiket hotel, pesawat, dan lainnya, tetapi juga menjadi jalan untuk semangat mewujudkan impian. Saya yakin, rasanya bukan saya saja yang suka iseng mengecek harga tiket pesawat maupun hotel, hingga tiket hiburan di sana. Benar-benar sekadar ngecek, karena ya terkadang uangnya belum ada. Saldo rekening belum mendukung, tapi keinginan untuk liburan sudah tak terbendung. Alhasil, ya cek-cek saja, sembari mengencangkan semangat bekerja. Tidak lupa dikuatkan dengan berdoa, percaya bahwa ada saja jalannya impian itu terwujud. Bicara tentang mewujudkan impian bareng Traveloka, saya jadi ingat momen di tahun 2015 lalu saat berkunjung ke Bandung bersama si sulung. Tidak pernah ada bayangan untuk sampai ke sana. Sampai sebuah tulisan mengantarkan saya untuk bisa pulang pergi Lombok-Bandung-Lombok. Ya, oleh Sang Pencipta, diwujudkannya mimpi saya lewat Traveloka.
Baca Juga: Andai Bisa Terbang Gratis, ke Bandung Aku akan Berkunjung
Saya yang selama ini tinggal di Lombok, jadi bisa melihat yang namanya kampus ITB, menikmati sore di Alun-Alun Masjid Raya Bandung, dan tempat lainnya di sana. Tidak hanya itu, saya bahagia karena bisa berbagi manfaat dari pengalaman memesan tiket pesawat si kecil secara terpisah di aplikasi Traveloka. Cerita tentang betapa saya merasa terbantu atas layanan/solusi yang diberikan oleh customer service Traveloka yang saya hubungi.
Impian Liburan ke Kupang
Kembali lagi pada topik traveling ke Kupang dan niatan untuk mengumpulkan kepingan kenangan. Bayangan saya bahwa Mataram-Kupang itu dekat, jadi mudahlah untuk ke sana. Murah pula dalam bayangan saya. Nyatanya salah total, setelah saya meyakinkan diri dengan melihat kembali posisi kedua titik tersebut pada google maps. Hahaha, jauh rupanya saudara-saudara, Kupang itu berada di ujung provinsi NTT, demikian pula dengan Kota Mataram yang nyaris berada di bagian paling barat dari provinsi NTB. Ah, pantas saja harga tiketnya terbilang mahal. Hahahaha. Paling murahnya saja nyaris 2juta-an gaes! Hiks.
Apakah kemudian saya kuburkan saja impian berkunjung lagi ke Kupang? Mengajak anak-anak melihat salah satu kota tempat kakeknya bekerja dulu? Kota yang pernah dikunjungi pula oleh saya, ibunya, semasa kecil dulu? Kota yang berada di salah satu provinsi yang sering mereka tanyakan, “Bu, kok NTB namanya mirip NTT ya bu? Ibu pernah ke sana?”, tanya si pemilik bibir mungil itu. Oh tentu tidak, mari kita simulasikan saja dulu dengan aplikasi Traveloka. Mulai dari pilih jadwal keberangkatan, biar tahu harga kisaran tiket pesawat. Tidak lupa cek biaya per malam dari hotel yang diincar, termasuk juga rekomendasi aktivitas seru yang bisa dilakukan di sana di menu Traveloka Xperience.
Wishlist Liburan di City of Coral
Tidak banyak objek wisata yang ketahui di kota yang dijuluki sebagai city of coral ini. Pengetahuan saya akan objek wisata Kupang tidaklah sebanyak yang saya tahu layaknya pantai atau destinasi lainnya di Pulau Lombok. Saat tiba di bandar udara El Tari Kupang suatu saat nanti, tujuan pertama saya tentu saja beristirahat di hotel yang bertahun-tahun lalu saya datangi: Sasando International Hotel Kupang. Saat tubuh segar kembali untuk ke sana sini, mungkin kami akan berkunjung ke Flobamora Mall Kupang. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, mengapa harus ke mall? Apakah di Lombok tidak ada mall? No, ini tidak hanya tentang mall. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, perjalanan ke Kupang adalah perihal mengumpulkan kepingan kenangan bersama bapak.
Flobamora Mall ini sedikit banyak, punya arti bagi saya. Saya masih ingat momen ke sana bersama bapak, dan kakak-kakak saya (kala itu si kakak komplit semua ke Kupang). Bagaimana kami belanja kilat, sat set was wes di gerai Ramayana di sana, karena datang beberapa saat sebelum mall tersebut tutup. Menariknya lagi, kami datang kalau tidak salah di hari-hari pertama dibukanya pusat perbelanjaan itu. Hahahah. Happy banget gaes, untuk pertama kalinya di tahun tersebut, Kupang punya mall kece.
Kalau dipikir-pikir, tak lengkap rasanya kalau tak ke pantai. Terlebih lagi, ini Kota Karang lho gaes. Ya masa gak ada tujuan perjalanannya ke yang ada bau-bau karangnya. Hahaha. Masa iya sekadar lihat pemandangan laut dari kamar hotel yang berada di ketinggian? Akhirnya setelah kepo sana sini, dapatlah referensi pantai cantik di Kupang, yaitu Pantai Tablolong. Sebuah pantai pasir putih yang berjarak sekitar 30 km dari Sasando International Hotel. Ke sananya gimana? Naik apa? Gak perlu khawatir rencanakan liburan di Traveloka karena ada lho berbagai pilihan layanan tour dan transport ke Pantai Tablolong menggunakan mobil rental pada halaman Traveloka Xperience.
–
Saat saya ceritakan rencana liburan tersebut, banyak yang berkomentar kok jauh-jauh ke Kupang hanya ke tempat itu? Maunya sih kepikiran sama apa kata orang, tapi ah kenapa gak #LifeYourWay sih, liburan ya ala kita, kenapa pusing sama kata orang lain? Setiap orang punya caranya sendiri, liburan berdasarkan kata hatinya sendiri. Dan inilah cara saya merencanakan liburan bersama keluarga, untuk kemudian tiba pada kenangan bersama Bapak bertahun-tahun yang lalu.
merencanakan liburan dengan Traveloka semua pasti beres ya kak