Kuliner Wallacea, Jelajah Alam, dan Ingatan Tentang Masa Kecil. Kuliner Wallacea yang berasal dari Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, memiliki keunikan tersendiri. Kita mengenal daerah-daerah tersebut sebagai Kawasan Wallacea. Sebuah kawasan yang merupakan zona transisi antara Asia dan Australia. Ya, selain memiliki keindahan ekosistem alam dan budaya, kawasan Walacea pun memiliki potensi wisata kuliner yang besar. Omar Niode Foundation, organisasi nirlaba yang bergerak dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, citra budaya, dan kuliner nusantara. Bersama dengan Climate Reality Indonesia dan para mitranya, menggelar webinar bertajuk Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea, pada Minggu (18/4) lalu.
Webinar tersebut diselenggarakan dalam rangka World Food Travel Day pada 18 April, serta Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April. Seperti yang kita ketahui bahwa World Food Travel Day adalah satu hari yang didedikasikan untuk memberikan brand awareness akan pentingnya budaya kuliner lokal di seluruh dunia. Lewat webinar tadi, masyarakat diajak untuk lebih mengenal Kawasan Wallacea, baik dari segi keindahan alam, budaya, hingga ragam kulinernya. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah narasumber berpengalaman dihadirkan untuk membawakan sejumlah pokok bahasan. Pokok bahasan diantaranya yakni, Ekspedisi Wallacea, Bepergian Hemat, Kegiatan Masa Pandemi, Pangan Berkelanjutan dan Ragam Kuliner Wallacea.
Kuliner Wallacea, Jelajah Alam, dan Ingatan Tentang Masa Kecil
Berbicara mengenai kawasan Wallacea yang meliputi Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, membuat saya mengingat Rahimahullah Ayah. Ayah yang berpulang pada 3 Maret 2021 lalu adalah ia yang mengajak saya mengenal kawasan Wallacea, termasuk kulinernya. Tanggung jawab yang diembannya saat bekerja sebagai pimpinan di wilayah Sumalirja (Sulawesi, Maluku, Irian Jaya), membuat kami anak-anaknya, sering mengikuti beliau berpindah-pindah kota. Saya sering mendengar Bapak bercerita tentang betapa beliau sangat menikmati ragam kuliner di setiap wilayah tugasnya. Ya, Bapak menghabiskan masa tugasnya dari satu wilayah ke wilayah yang lain, yang kebanyakan merupakan wilayah Indonesia Timur.
Masa kecil saya banyak dihabiskan di Pulau Sulawesi, tepatnya selama 20 tahun di Kota Makassar. Pernah mengikuti Bapak pindah tugas selama 2 tahun di Ambon. Sesekali mengunjungi Bapak yang bertugas di Kota Kupang. Hingga akhirnya sejak 2012, saya pindah domisili sampai saat ini, di Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Itulah mengapa saat menyimak pembahasan mengenai Kawasan Wallacea pada webinar lalu, saya seperti merasakan kembali pada ingatan di masa kecil. Betapa saya sangat mencintai kekhasan kuliner Wallacea dan menikmati keindahan alamnya.
Lezatnya Kuliner Wallacea
Apakah teman-teman pernah berkunjung ke salah satu wilayah yang termasuk dalam kawasan Wallacea dan menikmati kuliner yang ada di sana? Jika pernah, bagaimana menurut teman-teman rasa ragam kuliner di sana? Bagi saya pribadi, kuliner Wallacea itu lezat dan memiliki keunikan tersendiri. Meski tentu saja, masih sangat sedikit ragam kuliner yang baru saya coba. Saya ingat sekali, betapa saya sangat cinta pada kuliner di Pulau Sulawesi sana, tepatnya Makassar. Menu-menu seperti Pallubasa, Coto Makassar, Sop Saudara, Sop Konro, dan Kapurung, menjadi daftar wajib yang harus saya nikmati saat ada kesempatan ke sana. Sedangkan untuk kuliner di tempat saya tinggal sekarang, di Lombok, menu-menu seperti: Jukut Ares, Beberuk, Plecing Kangkung, Bebalung, dan lainnya. Sangat mudah saya temukan, baik dimasak sendiri di rumah, dijajakan di rumah makan, juga sajian di setiap acara.
Menurut Ibu Amanda Katili Niode, selaku Ambassador World Food Travel Association-Wallacea, “Kawasan Wallacea yang meliputi Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara dan pulau-pulau kecil sekitarnya, selain kaya akan ekosistem biologis juga punya daya tarik dari sisi kuliner. Hal itu membuat Omar Niode Foundation bersama The Climate Reality Project Indonesia tertarik untuk mengekspose kembali kawasan ini bertepatan dengan World Food Travel Day”. Lebih lanjut, beliau menambahkan, bahwa meskipun makanan di Kawasan Wallacea beraneka macam, tetap ada persamaan karena kuliner di satu daerah merupakan hasil akulturasi penduduk dan pendatang. Contohnya, beberapa daerah di Sulawesi mempunyai Sup Hitam sebagai makanan tradisional dengan kluwak sebagai salah satu bahannya, ditambah berbagai jenis bumbu dan rempah.
Serunya Mendengarkan Cerita Pengalaman Ekspedisi Wallacea
Kita semua sepakat bahwa Kawasan Wallacea memiliki eksotisme alam dan budaya yang tiada duanya. Meski belum mengunjungi banyak tempat di sana. Beruntung sekali karena pada webinar Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea turut hadir Mas Aris Prasetyo dari Harian Kompas. Mas Aris bercerita banyak tentang perjalanannya saat melakukan Ekspedisi Wallacea pada Oktober 2019 lalu. Sebagai Ketua Tim dari ekspedisi tersebut, beliau tentu memiliki pengalaman tersendiri dalam menjelajahi setiap titik dimulai dari episode pertama di Maluku Utara, hingga episode kedelapan di Sulawesi Barat. Cerita perjalanan Mas Aris bersama timnya bisa kita simak secara detail pada halaman Ekspedisi Wallacea.
Selain menikmati keindahan alamnya, dalam perjalanannya, Mas Aris bisa merasakan langsung bagaimana Kuliner Wallacea di tiap daerah. Ada ikan bakar dengan beragam jenis sambalnya, ada pula menu ikan mentah yang di restoran Jepang biasa kita kenal sebagai Sashimi, berbagai olahan umbi-umbian, dan juga sagu. Aih, lezatnya!
Ragam Kuliner Wallacea dan Pentingnya Pangan Berkelanjutan
Pembahasan lebih rinci mengenai ragam kulliner Wallacea disampaikan oleh Mbak Meillati Batubara dari Nusa Indonesian Gastronomy. Ia menjelaskan apa saja yang menjadi ciri khas bahan pangan di sana, seperti penggunaan: umbi-umbian, jagung, ikan/babi/kerbau, dan pisang. Selain itu, terdapat pula sejumlah isu wisata kuliner, diantaranya: penggunaan bahan lokal, produk artisan, resep lokal, dan penerapan standar higienis. Mbak Mei Batubara menyebutkan sejumlah ingredients atau bahan-bahan yang umum digunakan pada resep Kuliner Wallacea. Ingredients tersebut yakni kacang kenari, sagu, jagung pulut, asam patikala, ketam kenari, dan rempah-rempah. Mendengarkan pemaparan dari Mbak Mei, membuat saya terbayang akan menu-menu lezat tersebut. Ada Kapurung, Ikan Pare’de, Jukut Ares, dan masih banyak lagi.
Berbicara mengenai ragam kuliner Wallacea, tentu terkait pula dengan yang namanya pangan berkelanjutan. Masih dalam webinar yang sama, salah satu pembicara, Bapak Mohammad Firdaus dari Pangan Bijak Nusantara, memaparkan sejumlah hal tentang pangan berkelanjutan. Pangan berkelanjutan atau Sustainable Food, bertujuan untuk menyediakan akses pangan yang memadai, terjangkau, dan sehat bagi semua orang. Termasuk pula bagi konsumen berpenghasilan rendah. Konsep pangan berkelanjutan ini masuk banget kan ya dengan Kuliner Wallacea? Bahan-bahan lokal yang murah dan mudah didapat, serta yang terpenting baik pula dari segi kandungan gizinya.
Jalan-Jalan Hemat ke Kawasan Wallacea, Gimana Caranya?
Kita semua pasti udah maklum ya bahwa biaya perjalanan ke daerah di Indonesia Timur tuh terbilang mahal. Apalagi bagi teman-teman yang tinggal di Indonesia Barat. Soalnya saya pribadi tinggalnya di Lombok nih, hehhe. Ya terus gimana dong solusinya, padahal pasti pada penasaran sama eksotisme alam dan juga kuliner di sana. Ye kan? Nah, dalam webinar Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea kemarin, Mbak Fitria Chaerani dari Campa Tour, turut memberikan tipsnya nih. Tentang gimana sih caranya biar bisa jalan-jalan hemat ke kawasan Wallacea.
Semuanya bisa dimulai dengan corat-coret sendiri dulu. Apa yang menjadi kesukaan kita dan buat skala prioritasnya. Kita senangnya apa sih? Alam, budaya, atau sejarah? Selanjutnya, cari vendor atau guide local untuk menemani perjalanan kalian. Buat perkiraan budget dengan melakukan sejumlah research. Dan yang terakhir: prepare for unexpected things!
Rayakan World Travel Food Day dengan Kuliner Wallacea
World Travel Food Day yang diperingati setiap tanggal 18 April merupakan satu hari spesial yang menjadi momen kita untuk lebih peduli akan kuliner lokal. Salah satu contohnya ya kuliner Wallacea ini. Direktur Eksekutif World Food Travel Association, Erik Wolf dalam video sambutannya yang ditayangkan pada webinar kemarin, menceritakan kesannya saat berkunjung ke Indonesia. “Ketika perjalanan saya ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, saya menikmati kuliner yang luar biasa, dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa juga,” ungkap Erik.
Lebih lanjut lagi, Erik menjelaskan, World Food Travel Association, yang didirikannya pada tahun 2003. Sekarang merupakan organisasi tertua dan terbesar di dunia dalam bidang ini. Sedangkan World Food Travel Day yang dirayakan setiap tanggal 18 April, adalah hari yang dirancang untuk merayakan budaya kuliner dunia dan kegembiraan kita bepergian untuk menikmati makanan dan minuman. “Kami memulai hari peringatan ini beberapa tahun yang lalu, yang kini menjadi sangat populer. Setiap tahun ada puluhan ribu postingan yang diberi tagar, untuk merayakan hari itu di seluruh dunia”.
Teman-teman boleh juga lho turut memposting foto kuliner yang di-tag ke @worldfoodtravelassn di instagram dan @worldfoodtravelassociation di facebook, dengan tagar #worldfoodtravelday.
—
Punya cerita juga tentang pengalaman menikmati Kuliner Wallacea? Share yuk di kolom komentar 🙂
Seneng ya bisa menjadi bagian dari webinar ini. Kita bisa nambah pengetahuan tentang Wallacea berikut kekayaan alam dan kulinernya.
Baca sederetan makanan di Makassar dan NTB, jadi pengen pelesir ke 2 destinasi wisata ini.
Ilmu pengetahuan baru nih 😍 apalagi kalau bisa ikutan webinarnya langsung ya. Mungkin bakal auto ngeces 😋
Nah loh aku jadi penasaran dengan kawasan Wallacea dan kulinernya. Tinggal di Kalimantan, membuatku merasa asing dengan budaya dan kuliner khas timur Indonesia ini. Hraus berkunjung ke sana suatu hari nanti.
Kupikir garis Wallacea aja adanya ternyata ada kulinernya juga ya..jadi penasaran pengen coba rasa kulinernya
Inspiring banget webinarnya, aku jadi tahu kalau Wallacea itu sebuah kawasan yang ada kulinernya juga. Semoga suatu hari bisa mendarat di kawasan ini.
Penasaran dengan sup hitamnya, Mbak Andy. Seperti apa pula benda yang disebut kluwak itu. Terima kasih ulasannya. Selamat siang.
Webinar yang menarik nih, mba. Pasti senang bisa ikutan gabung juga. Btw, kuliner makassar itu juara deh memang. Saya 2x balik ke makassar gara2 kepincut makanan khas sana. Wkwk..
Baca wallacea jadi inget pelajaran pas sekolah. Indonesia bagian timur kan? Sayang aku belum pernah menyentuh daerah sana huhu
Saya belum pernah ke Indonesia timur, paling jauh baru ke Bali. Tapi saya bersyukur bersuamikan orang Jawa yang pernah dibesarkan di Papua. Nah suami saya ini yang mengenalkan makanan-makanan dari Indonesia timur. Beberapa jenis makanannya lumayan cocok di lidah dan perut saya. Semoga suatu saat nanti saya ada rejeki dan umur panjang bisa jalan-jalan ke kawasan Wallacea 🙂
Saya belum punya pengalaman ke Indonesia Timur, tertarik banget sama eksotismenya. Semoga kapan-kapan ada rezeki buat berlibur ke sana 🤲🤲🤲🤗
Wah… semoga suatu hari ada kesempatan mencicipi kuliner Wallacea. Saya belum pernah ke bagian timur Indonesia, apalagi mencicipi hidangannya,huhu. Kasihan banget ya saya 🙁
Wah pasti seneng ya mbak bisa menjadi bagian dari webinar ini.
Bisa nambah pengetahuan tentang Wallacea berikut kekayaan alam dan kulinernya.
Sungguh Indonesia itu kaya ya mbak, nggak hanya destinasi wisata yang indah, tapi juga ragam kulinernya
Aku langsung membayangkan kawasan Walacea di sana sambil menikmati aneka kuliner khas. Duh jadi kangen gak sama bapaknya mbak Andy tuh soalnya beliau yg mengenalkan kawasan Allacea Jadi nanti kalau aku ke sana diajak cicipi kuliner wallacea ya, asyiiiik 🙂
Aku baru tahu mengenai Kuliner Wallacea ini, kak.
Tapi tahu kalau kuliner daerah Timur ini unik dan membawa filosofinya sendiri. Salut sama Indonesia yang kaya.
Aku suka Coto dan aneka sup. Suatu saat semoga bisa jalan-jalan ke sana. Nggak hanya menikmati kulinernya, tapi juga keindahan alamnya 😃