Media Sosial Tidak Selalu Baik, Juga Tidak Selalu Buruk. Judul postingan blog kali ini terlihat agak serius ya? Padahal rencananya sih isinya tentang opini ringan akan kehadiran media sosial. Yups, kita semua pasti udah gak asing lagi sama yang namanya media sosial. Facebook, twitter, dan instagram merupakan beberapa contohnya. Pada punya akun di sana kan? Selain tiga platform tersebut, masih ada banyak banget platform lainnya. Coba sebutkan satu persatu~ Lantas yang jadi pertanyaan adalah: apakah media sosial memberikan manfaat bagi kehidupan kita?
Media Sosial Tidak Selalu Baik, Juga Tidak Selalu Buruk
Jawabannya kembali ke diri kita masing-masing. Tapi yang jelas, pasti ada plus minusnya. Setidaknya menurut saya, yang sehari-harinya gak bisa lepas dari media sosial. Berawal dari sekadar seru-seruan nulis ini itu (eh nyetatus ding maksudnya), upload foto, berkenalan dengan orang-orang baru pun bertemu kembali dengan teman lama. Media sosial kini berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar, sangat besar. Segala hal menjadi pembahasan di dalamnya, mulai dari hal-hal receh tentang kebodohan kita di suatu hari, pun yang berat-berat macam politik gitu. Politik berat kan?
Banyak hal yang bisa kita pelajari dari media sosial. Belajar menulis, membuat video, dan lainnya secara otodidak. Berbekal akses ke media sosial, berbagai ilmu bisa kita dapatkan. Lengkap dan gratis! Bayangkan berapa rupiah yang harus dikeluarkan jika ilmu-ilmu tersebut harus diikuti melalui kursus berbayar? Oh ya, selain mempelajari hal-hal tadi, rupanya kita juga bisa belajar mengenal pribadi seseorang. Lewat mana? Bisa dari status-statusnya, caranya menanggapi sebuah postingan, dan masih banyak lagi. Meski banyak yang bilang bahwa sikap seseorang di dunia maya tidak selalu sama dengan kenyataannya.
Media Sosial Tidak Selalu Baik, Mengapa?
Bisa sebagai ladang pekerjaan, media untuk membangun jaringan, dan berbagai kebaikan dari media sosial. Rupanya kurang lebih sepadan banyaknya dengan keburukan yang dimilikinya. Apa itu? Media sosial menjadikan kita tidak peka pada lingkungan sekitar. Jujur saja, saya pun belum bisa sembuh dari penyakit ini. Janjian mau ngumpul dengan teman atau sedang ada acara silaturahmi keluarga. Bukannya fokus pada apa yang ada di sekeliling, eh kitanya malah scroll timeline tak henti-henti. Spam likes sana sini, dengan harapan teman-teman ngelike balik postingan kita. Belum lagi kalau lagi galau milih produk yang satu dengan yang lain di sebuah akun medsos online shop. Wkwkwkwk. Gimana gimana? Kalian gitu juga gak?
Gak hanya itu, buruknya media sosial juga bikin kita selalu pengen curhat! Biasanya curhat kan kita-kita aja, atau nulis di diary gitu cukup. Lebih baik lagi sih kalau berdoa, curhatnya sama Allah SWT. Eit tapi definisi curhat sekarang kayaknya udah bergeser deh. Curhat jadi kayak benar-benar dipublikasi gitu. Semacam SEMUA ORANG HARUS TAHU wkwkwkwk. Atau karena sekadar pengen kasih kode ke satu orang, eh jadinya semua orang baca deh. Waduh! Kalian pernah? Saya pernah, satu atau dua kali. Setelah itu nyesal! Dan ketawain diri sendiri. Ya kan demi apa coba curhat gitu distatusin juga~
Baca Juga: Eksis Boleh, Norak Jangan!
Saring sebelum sharing. Duh pesan ini sering banget saya baca di mana-mana. Sayangnya belum banyak yang mempraktikkannya langsung. Beneran deh, gemes euy kalau udah beredar di timeline berita ini itu dengan judul click bait gitu. Dimana alamat websitenya aja udah kelihatan banget gak kredibelnya. Kemudian makin gemes karena yang share adalah orang yang berpendidikan. Gak cuma berpendidikan, tapi titlenya udah bejibun. Huhuhuhu #KuSedih. Nah, dari sini aja kita udah bisa menilai seseorang kan? Bahwa ternyata masih banyak yang cuma baca judul, dibanding isi berita. Jadi, jangan asal share ya guys~
Karena Tidak Selalu Buruk, Lantas Apa Baiknya?
Media sosial tidak selalu buruk, mengapa? Karena ada hal-hal baik yang bisa kita dapatkan darinya. Seperti yang saya singgung di awal, kita bisa belajar apa saja. Lengkap dan Gratis! Dan bagi saya pribadi, kebaikan dari media sosial adalah soal pekerjaan. Siapa sangka, kini saya bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah tanpa harus keluar rumah. Saya bisa tetap bekerja tanpa harus meninggalkan kebersamaan dengan dua gadis kecil saya. Ya, saya mendapatkan sejumlah pekerjaan dari bermedia sosial. Tidak hanya saat menjadi seorang influencer maupun buzzer, sebelumnya saya telah memanfaatkannya untuk berjualan online. Saya ingat sekali status-status facebook saya kala itu adalah tidak lain berisi promosi barang-barang dagangan. Alhamdulillah, menghasilkan.
Baca Juga: 10 Topik yang jadi tren di Media Sosial
Selain pekerjaan, manfaat lainnya adalah terbangunnya jaringan. Beberapa tahun yang lalu saat keluarga kecil saya memutuskan pindah ke Mataram, saya sempat bingung. Bingung karena tidak ada orang yang saya kenal. Bagaimana tidak, sebelumnya saya pernah tinggal hampir 20 tahun di Makassar. Kalau keluarga sih pasti ada (gimana nggak, ini kampung Bapak saya), maksud saya di sini adalah teman. Sekarang Alhamdulillah saya sudah punya banyak teman. Mulai dari teman-teman kuliah dulu, teman dari komunitas Blogger, hingga bapak ibu GM Hotel se-Lombok juga jadi teman saya. Hahahaha. Kok bisa? Semuanya karena media sosial! Lebih jelasnya, karena postingan review-review hotel di blog yang saya share di media sosial akhirnya tertangkap radar mereka. #kalimatnyaribet.
Begitulah teman-teman, coba deh temukan apa manfaat kalian bermedia sosial. Kalau gak ada, bahkan untuk sekadar sebagai hiburan, tutup aja deh akun medsosnya. Hihihi~
Jadi, Bijaklah Bermedia Sosial
Ngomongin soal media sosial pasti gak ada habisnya. Begitu juga dengan baik buruknya. Kalau dijabarkan satu satu, kebayang deh butuh tulisan sepanjang apa. Buruknya media sosial banyak banget. Pembahasan kita belum sampai ke tahap gimana soal privasi, tentang data-data kita yang tersebar. Sering dengar kan soal kasus penculikan yang berawal dari media sosial? Duh, ngeri. Ya, pembahasan kita belum sampai ke sana. Belum sampai ke masalah penipuan, dan masih banyak lagi. Begitu juga pembahasan kita tentang gimana baiknya media sosial ini. Orang-orang miskin yang sakit di Pulau Lombok saja akhirnya mendapatkan bantuan lewat kerja keras sebuah yayasan. Tidak lain karena peran media sosial.
Baca Juga: Berkunjung ke Lombok’s Forgotten Children Center di Mataram
Bantuan datang begitu banyak saat terjadi Gempa di Lombok dan Palu beberapa waktu yang lalu. Lagi lagi disebabkan derasnya aliran informasi yang beredar di media sosial. Ya, begitulah. Media sosial memang tidak selalu baik, tapi juga tidak selalu buruk. Semuanya kembali lagi ke kita sebagai pengguna, sebagai pengendalinya. Jadi, bijaklah bermedia sosial ya teman-teman.
Ibarat pisau ya, kalau dipakai ngiris bawang sangat berguna buat kita, tapi kalau buat nusuk orang kan, wah… bahaya. Hehehe…
iya. semua hal tentu ada baik buruknya ya mbak. gak terkecuali media sosial. Kita ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk aja deh yak.
Setuju banget mbak. Untuk itu butuh kesadaran diri dan ilmu yang terus upgrade supaya bias memanfaatkan social media dengan baik. Ada beberapa orang yang saya kenal masih anti dengan social media. Tapi di sisi lain, dia juga jadi lambat dapat update informasi. Yah, yang penting kita sadar menggunakannya, bukan diperbudak oleh social media tapi justru kita yang menaklukkanya.
Sosmed bikin gampang ke-distract!! :))) Jadi setiap mau ngerjain sesuatu harus nyembunyiin hape, nggak boleh terlihat mata. Kalau nggak gitu jadi gatel buka sosmed meski nggak ada notif karena sudah kumatiin semua.
Ada sisi baik dan sisi buruknya ya, tergantung kita menggunakannya mau dibawa pd kebaikan apa keburukan
Aku biasanya kalau udah terlalu berlebihan menggunakan media sosial besoknya langsung Detox 😀
Aku sering banget lho, Mbak, sengaja ngumpetin HPku, biar nggak buka sosmed mulu, nggak ngecek2 notif WA padahal ya notifnya itu2 aja. Sering banget lah merasa kok waktuku habis kebuang hanya buat mlototin HP. Kayak gak ada kerjaan lain aja.
Bener banget, Mba Andy. Sosial Media dan internet ini persis pisau bermata dua. Kudu bijak dan pandai dalam menggunakannya agar tidak menjadi senjata makan tuan, ya. 🙂
Oalah lama sekali pale di Makassar. Tutut lahir di Makassar?
Bapak dulu tugas di Makassar ?
Memang sih medsos bagai dua sisi mata uang. Harus dicermati penggunaannya, tapi manfaatnya banyak
Sejak kemunculan teknologi yang pertama kali ditemukan manusia, yaitu api, teknologi selalu memiliki plus minus. Api, di masa itu, bisa menghangatkan badan tetapi bisa juga membakar. Jadi harus bijak menggunakan api, hehe.
Setuju, media sosial ibarat pisau bermata dua. Kita yang dituntut untuk pandai-pandai menggunakannya.
tergantung pengguna medsos, kalau untuk bisnis bisa jadi hal positif. Tapi kalau untuk nyebar berita hoax yang jadinya negatif. Semua itu ada baik dan buruknya