Surat untuk Gamer yang Sering Dihujat

surat untuk gamer

Surat untuk Gamer yang Sering Dihujat. Malam ini, berbekal laptop yang biasa saya pakai ngeblog. Tiba-tiba saja saya ingin menulis surat untuk gamer yang sering dihujat. Gamer yang saya maksudkan di sini adalah mereka yang memainkan game online, sering apa itu namanya, mabar. Main bareng. Jujur saja, saya pun satu diantara banyak orang yang sebal sama tingkah mereka. Beberapa kali saya dihadapkan pada kakak atau adik sepupu yang terlihat heboh sendiri dengan ponsel pintarnya, juga teman-teman yang entah sudah berapa banyak umpatan terucap dari bibir mereka setiap melakukan mabar. Rasanya, seluruh penghuni kebun binatang ada di sana.

Keluhan demi keluhan dari orang sekitar, terdengar pula di kedua telinga saya. Rekan pengajar yang bercerita perihal muridnya yang kecanduan game online, orang tua yang meminta tips bagaimana agar anaknya belajar disiplin, dan yang lainnya, yang entah mengapa kok cari solusinya ke saya. Saya sendiri bukanlah seorang gamer, tidak bermain game online lebih tepatnya. Demikian pula dengan orang-orang terdekat saya: suami dan anak-anak. Jujur saja, di balik kesalnya saya pada hebohnya permainan mereka, tentu saja ada rasa penasaran. Masa iya sih tidak ada sisi positifnya sama sekali? Apa benar mereka yang sering dihujat ini benar-benar melakukan sesuatu yang tiada manfaat? Apakah mabar gitu harus selalu diiringi dengan umpatan demi umpatan?

Dear, Gamer…

Hai kalian, apa kabarnya di sana? Pasti lagi seru-serunya main bareng, entah itu di hadapan layar laptop, komputer, ataupun ponsel pintar. Eh saya asal menebak saja nih, padahal belum tentu juga kalian lagi main game. Dari 24 jam waktu yang tersedia, masa iya dipakai untuk ngegame semua. Maaf ya, ini yang mungkin bagi kami-para awam- terlupa, bahwa kalian sama saja dengan kita, sama-sama manusia. Makan, tidur, mengerjakan aktivitas lainnya, kemudian saat tiba waktunya berhadapan dengan game online- habis deh dicerca. Dikira kerjanya itu saja. Hahahaha. Game teroosss!

Beberapa waktu terakhir, sebenarnya saya tidak begitu terganggu sih dengan kalian. Orang-orang terdekat saya tidak ada yang bermain game online. Anak-anak saya, malah tidak tahu sama sekali. Saya sendiri mau iseng-iseng install, eh ternyata baik ponsel pintar maupun laptop saya, tidak ada yang memenuhi standar. Ah, kasian…apa itu istilahnya? Ponsel kentang. Bagaimana mau tahu apa yang kalian mainkan? Mau melihatnya saja, perangkat saya tak berdaya. Oh ya, kenapa saya katakan beberapa waktu terakhir ini saya tak terganggu? Karena saya biasanya kesal ya hanya saat dipertemukan dengan gamer sekitar saya, entah itu anggota keluarga lainnya maupun teman. Sekarang merekanya lagi gak ada, udah pada balik ke kampung halamannya masing-masing. Eh tapi kok jadi rindu ya?

Kenapa sih Banyak yang Gak Suka?

Saat orangtua, guru/dosen, hingga pasangan kalian pada menghujat apa yang kalian lakukan sebagai seorang gamer, kira-kira terpikir gak apa alasan yang mendasarinya? Lupa waktu, sibuk sendiri, kegiatan yang sia-sia, hingga dianggap gak bisa jaga etika- terutama kalau segala umpatan saat mabar pada dilontarkan semua. Pada bertanya-tanya gak, kenapa sih banyak yang gak suka? kenapa para gamer kerap dihujat dan dianggap melakukan sesuatu yang tak bermanfaat?

Grafik:

Negara dengan Jumlah Pemain Game Terbanyak di Dunia – sumber: We Are Social, 2022

Meski percaya atau tidak, berdasarkan laporan dari We Are Social, Indonesia menjadi negara dengan jumlah pemain game terbanyak ketiga di dunia. Tercatat ada 94,5% pengguna internet yang memainkan video game (entah itu dari ponsel, laptop, konsol game) per Januari 2022. Jumlah pengguna internet di Indonesia sendiri, hingga 2022 ini adalah sekitar 220 juta pengguna. Berarti 94,5% dari 220 juta itu berapa saudara-saudara? 207.900.000 pengguna! WOW! Banyak yang gak suka, tapi faktanya tetap aja.. lebih banyak lagi jumlah gamernya. Hahahaha.

Umpatan, Jadi Alasan Utama untuk Tak Suka

Bertebarnya berbagai macam umpatan menjadi alasan utama mengapa saya tidak begitu suka pada gamer. Benar, seperti yang saya sampaikan di awal, anak-anak saya bukanlah gamer. Tapi saya punya beberapa keponakan, juga sepupu, yang setiap saya lihat main game bareng/mabar, selalu saja mengumpat. Mulai yang level umpatannya beginner, sampai expert. Sekadar info, umpatan berarti mengeluarkan kata-kata kotor/sumpah serapah/caci maki/ungkapan tidak senonoh lainnya, begitu kata KBBI. Oh ya, bukan hanya saat mereka mabar, tetapi saya sering mendengar saat mereka menyaksikan tayangan live streaming gamer lainnya yang lagi mabar.

Itu urusan orangtuanya dong. Lah kok salahkan yang bikin video? Sudah jadi tanggung jawab orangtuanya lah untuk mengawasi si anak. Dan berbagai komentar lainnya saya terima ketika hal ini saya keluhkan. Lalu saya bertanya lagi, apakah bermain game online harus selalu dibarengi dengan umpatan? Walau sering mengumpat ini tidak melulu berhubungan dengan tingkah laku orang tersebut. Tapi bukankah lebih baik kalau jadi gamer yang baik tutur kata maupun perilakunya, kan? Ah ya, lupa.. kembali lagi, kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Saya maunya begini, kalian maunya begitu. Apakah umpatan tersebut merugikan saya secara langsung? Secara langsung sih tidak, tapi boleh kan saya merindukan gamer yang baik budinya? #uhuk

Mengenal Kalian Lebih Dekat

Dear gamers atau pemain gim, khususnya gim online di mana pun kalian berada. Percaya gak sih, sebagai seorang yang awam, saya sedang dalam proses mengenal kalian lebih dekat. Ya gak penting juga buat kalian, namun penting bagi saya. Sekadar belajar untuk tidak asal menghujat, dan agar saya jadi tahu how to deal dengan kondisi di atas yang saya tak sukai tadi.

Memasukkan Game Online dalam Topik Pembelajaran

Tahu apa yang saya lakukan? Sebagai seorang pengajar ekstrakurikuler blogging di sebuah sekolah menengah tingkat pertama di Pulau Lombok, nyatanya saya dipertemukan dengan beberapa siswa yang adalah seorang gamer. Saat diminta menuliskan sesuatu di halaman blognya, dengan semangat mereka bertanya: boleh menulis tips dan trik Free Fire, miss? Awalnya bingung, tapi lambat laun saya jadi terbiasa. Terbiasa melihat mereka menulis hal yang disukai. Suka main game, ya ayo, tulis saja tentang itu. Jadi selain mereka ngegame, mereka pun mendokumentasikan dalam bentuk tulisan, hal-hal yang dianggap perlu dibagikan dari aktivitas gaming tersebut.

Jadi Tahu yang Namanya Lemon

Tahu tidak, saya pertama kali mengenal istilah pro player dari mana? Tentu saja dari podcast Close The Door di kanal Youtube Deddy Corbuzier yang menghadirkan Muhammad Ikhsan ‘Lemon’ sebagai narasumbernya. Jumlah penonton yang demikian cepatnya mencapai jutaan padahal baru beberapa jam video tersebut diunggah, menggerakkan rasa penasaran saya untuk menyaksikannya. Dari sana kemudia saya tahu tentang eSport, pro player, dan segala macam istilah lainnya. Angka penonton yang jutaan itu pula yang meyakinkan saya bahwa ya, gamer itu sebanyak ini. Belum lagi saat mendengar angka-angka yang disebutkan dalam podcast tersebut, wow…pernah terbayang gak, bahwa seseorang bisa menghasilkan milyaran rupiah dari kegemarannya bermain game? Iya, dibayar untuk main game. Ini bisa disebut sebagai salah satu manfaat internet gak sih? Dari internet, lahir yang namanya game online, bikin siapa saja bisa saling terhubung untuk main bareng. Bahkan mendedikasikan diri menjadi atlet eSports seperti yang dijalani oleh Lemon ini.

Dari Penasaran, Hingga Membuat Survei Kecil-kecilan

Dear gamer di mana saja kalian berada. Rasa penasaran saya akan kehidupan yang kalian jalani #eaa, dibarengi keinginan saya untuk mengenal kalian lebih dekat, membuat saya tergerak untuk mengadakan survei kecil-kecilan. Jauhlah kalau dibandingkan riset yang ada di luar sana, namanya juga kecil-kecilan. Respondennya saja hanya 35 orang gamers Indonesia. Pertanyaannya? Sederhana, sesederhana rasa penasaran saya. Hanya beberapa item pertanyaan, sekadar ingin tahu isi hati kalian, sebagai sosok- yang saya pun pernah tak suka-. Hasilnya, saya jadi tahu lho bahwa main game online tuh ada banyak manfaatnya. Saya jadi tahu pula bahwa ternyata kalian sendiri (tanpa perlu dikasih tahu lagi) sudah paham betapa pentingnya manajemen waktu.

Salah satu pertanyaan saya dalam kuesioner tersebut adalah meminta responden menuliskan pesan apa yang hendak disampaikan pada mereka di luar sana yang awam akan dunia game online, agar tidak menjudge sembarangan. Jujur saja, terharu lho menjawab pesan kalian. Dari sini saja, saya jadi merasa mulai mengenal kalian lebih dekat.

..yang pasti jangan langsung menghakimi bahwa setiap gamer itu buruk, anti sosial, orang yang adiktif dan lain-lain. Karena tidak semua gamer seperti itu, kalau ada kenalan gamer yang sudah keliatan berlebihan dan terlihat sudah ketergantungan tanpa bisa menghasilkan atau menguntungkan dirinya sendiri, itu perlu kita bantu untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

– FA, gamer.

Begitu jawaban dari salah satu responden, seorang gamer yang usianya tergolong sebagai generasi Z atau Gen Z. Jleb. Jawabannya langsung menusuk inti jantung ini sih. Oke, kuncinya adalah jangan langsung cap buruk, karena semua tak sama.. (tak pernah sama…), dan ingatkan ketika mereka lupa. Kok bawaannya jadi religi ya ini?

Jangan Dihujat, Bermain Game Ternyata Mendatangkan Banyak Manfaat

Hai gamer yang sering dihujat oleh banyak orang, yang mana (dulu) saya pun salah satunya. Dari survei kecil-kecilan dengan total 18 pertanyaan yang saya ajukan tadi, saya jadi belajar banyak hal lho tentang kalian. Saya jadi tahu juga harus bersikap bagaimana saat nanti ketemu lagi dengan keponakan dan sepupu saya yang minta ampun kecanduan game online itu. Ternyata benar, jangan langsung dihujat, jangan buru-buru membenci, coba deh kenali dulu dengan hati. Kalau memang umpatan itu yang saya benci, jangan kemudian menganggap bahwa semua gamer demikian adanya. BTW, ini ceritanya ngomong sama diri sendiri.

Belajar Banyak Bahasa

Nyatanya, dengan segala ketenangan beberapa waktu belakangan ini tanpa ada keponakan atau si adik sepupu yang bertanya “di sini pasang IndiHome kan? bagi passwordnya dong..”, sayanya ya kangen juga. Hahahah. Kangen suara mereka yang kita gak tahu lagi bahas apa, tiba-tiba ngomong: “oke, saya jaga kamu dari belakang ya”, atau “saya maju nih, jagain..”atau yang lainnya. Di luar umpatan-umpatan menyebalkan yang keluar dari bibir kalian, para gamer. Menariknya, saya bisa lho mendengar obrolan-obrolan main barengnya kalian yang tidak hanya menggunakan Bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa daerah. Seperti saat adik sepupu saya yang dari Dompu datang ke rumah, saat dia mabar, ya saya mendengarkan obrolan tadi, dalam Bahasa Mbojo-Dompu.

Dee.. rai ra ni..

Lah.. lari sudah..

Kurang lebih itu yang saya ingat. Sebenarnya dia full menggunakan bahasa daerah Mbojo, tapi ya saya tidak begitu paham rangkaian katanya. Intinya, saya jadi tahu, inilah manfaat Internetnya Indonesia, perkara main game online saja membuat kita jadi mendengarkan obrolan saat mabar, yang tidak hanya dalam Bahasa Indonesia, melainkan bahasa daerah. Bahkan bahasa asing di luar sana, tepatnya Bahasa Inggris. Jelas, banyak dari kalian yang kian naik level kemampuan berbahasa Inggrisnya sejak bermain game online.

Sebagai Sarana Hiburan

Saya rasa kalian bakal setuju banget akan manfaat yang satu ini: sarana hiburan. Yap, dari hasil survei kecil-kecilan saya tadi pun menunjukkan bahwa 15 dari 35 responden merasakan manfaat game online ini adalah sebagai sarana hiburan, melepas penat/stress, intinya untuk refreshing. Sampai di sini saya percaya deh sama kalian, setidaknya sama responden yang mengisi kuesioner saya, bahwa mereka yang bermain game online itu ya gak pagi siang sore malam kerjanya main game online aja, melainkan sesekali saja, saat butuh media untuk melepas stress.

Menghasilkan Uang

Banyak yang penasaran gimana caranya dari ngeblog bisa dapat uang. Saya malah lebih penasaran sama kalian, gimana caranya dari main game bisa menghasilkan uang. Saya tahunya sebatas jual akun game (bener gak?), live streaming game online, dan tentu saja mendedikasikan diri jadi atlet eSports, pastinya menjadikan seorang gamer mampu menghasilkan uang dari ngegame. Gak heran sih kalau makin ke sini, mesti banyak yang menghujat, dunia game online, khususnya eSports pun kian diminati. Diseriusin.

Relasi Pertemanan Semakin Luas

The power of networking, saya percaya ini berlaku juga di dunia game online yang kalian geluti. Salah satu manfaat bermain game online tidak lain adalah semakin luasnya relasi pertemanan. Setidaknya, 8 dari 35 responden saya menjawab demikian. Tentu saja saya percaya, dalam dunia blogging pun demikian adanya. Meski, saya tetap merasa bahwa dunia gaming itu lebih eksklusif, ngggg soalnya saya belum bisa sampai ke sana. Perangkat mumpuni..kemarilah~ Hahahaha.

Ngegame Asyik, Jadi Pribadi Gamer yang Baik

Dear gamer, secarik surat untuk kalian yang sering dihujat ini rasanya sudah terlalu panjang. Tapi sebelum saya akhiri, izinkan saya berpesan. Menjadi gamer atau tidak adalah pilihan. Kita yang tidak berada di sana, yang bukan bagian dari kalian, tidak berhak untuk sembarang menjudge. Tapi tentu saja kita semua berharap bahwa kalian bisa tetap ngegame asyik, sekaligus menjadi pribadi gamer yang baik. Mungkin dengan menerapkan beberapa langkah berikut.

Jaga Tutur Kata

Orang-orang di luar sana memberikan cap buruk pada gamer, salah satunya karena umpatan yang saya katakan tadi sejak awal. Oleh karena itu, yuk bisa yuk, jaga tutur kata. Bisa kan main game online tanpa dibarengi penduduk kebun binatang? Hehehe. Biar kenapa? Ya biar ngegamenya lebih berkelas aja, kali aja dengan menjaga etika, mereka yang awam pun jadi belajar respect pada apa yang menjadi pilihan hidup kalian.

Atur Waktu Bermain

Main game online untuk hiburan dengan fokus menjadi atlet eSports tentu adalah dua hal yang berbeda. Oleh karena itu, putuskan ingin menempuh jalan yang mana, dan aturlah waktu bermain sebaik mungkin. Mengapa? Agar tidak ada hati yang terluka. Eh maksudnya, agar gak dianggap lupa waktu oleh orang sekitar. Selain itu, demi menjaga kesehatan juga kan? Ingat.. mata, tangan, pundak, punggung, dan bagian tubuh lainnya yang terlibat harus dijaga kesehatannya. Biar apa? Biar besok-besok bisa main lagi.

Lain halnya ketika kalian memang memutuskan fokus di dunia ini. Misalnya dengan memutuskan diri mengikuti jejak para akademia yang baru saja lulus dari LEAD by IndiHome baru-baru ini. Nah, mereka yang lulus tersebut adalah bagian dari aksi nyata Telkom Indonesia melalui IndiHome dalam mendukung perkembangan industri eSport dengan melahirkan talenta-talenta terbaiknya. Gak sekadar main game online, tapi memang fokus pada eSport.

Saling Mengingatkan sesama Gamer

Dalam bidang apapun itu, penting untuk saling mengingatkan. Tidak semua gamer itu mengucapkan kata-kata kotor/senonoh atau yang lainnya saat bermain game. Tidak semua pula yang kecanduan sampai tidak bisa membedakan dunia nyata dan dunia gamenya. Semuanya adalah pilihan, tapi mereka yang terbaik, adalah yang mau mendengar masukan. Maka menjadi tugas kalian untuk saling mengingatkan. Biar apa? Biar gamer di Indonesia terkenal baik budinya, tutur katanya, dan.. harapannya kelak, gak ada ceritanya lagi tuh gamer dipandang sebelah mata oleh mereka yang awam akan dunia penuh warna ini.

Hai kalian, gamer di mana saja berada. Cintailah apa yang menjadi pilihan kalian, jalani dengan baik, dengan bijak. Bermainlah di dunia bermain yang tak dibatasi ruang dan waktu di sana. Tapi jangan lupa untuk kembali, ada sebenar-benarnya dunia kalian di sini, tempat kalian berpijak.

Referensi:

– https://www.telkom.co.id/sites/about-telkom/id_ID/news/inagurasi-lead-by-indihome,-telkom-siapkan-atlet-esport-terbaik-1569

– https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/16/jumlah-gamers-indonesia-terbanyak-ketiga-di-dunia

– https://www.republika.co.id/berita/rd7lbq383/apjii-pengguna-internet-di-indonesia-naik-dari-175-juta-menjadi-220-juta

andyhardiyanti

Biasa dipanggil Andy. Pernah tinggal lama di Makassar dan sekarang di Mataram, Lombok. Ngeblog sejak 2007. Senang kulineran, staycation, kopdaran di cafe, browsing produk di toko online tapi gak beli, dan tentu saja...senang menulis :) Bisa dikontak di andyhardiyanti@gmail.com

37 Comments

  • ainun
    ainun 16 July 2022 at 3:56 pm

    ini nih yang terjadi sama adik aku, kayaknya kok ga produktif gitu jadinya ya. Aku yang liat aja suka kesel hahaha
    kadang juga pengaruh dari temen-temen onlinenya juga, ngomong bahasa-bahasa yang kurang baik.
    temen kantorku juga ada yang addict sama game, sampe kerjaan aja kadang “dicuekin”. Kalau ini beneran bikin esmosi 😀

    Reply
  • Dian Restu Agustina
    Dian Restu Agustina 18 July 2022 at 9:27 am

    Menyoal relasi pertemanan aku setuju banget. Anak sulungku introvert, main game sering sendiri, jarang mabar..Adiknya rutin mabar. Eh temannya lebih banyak si Adik dong. Punya teman adik kelas, lain sekolah juga…
    Tapi memang mesti tahu waktu dan tetap dalam pengawasan. Maka kalau si Kakak – karena sudah kelas 12 SMA sudah punya privacy belajar&ngegame di kamarnya sendiri, kalau si Adik masih kelas 8 SMP meja belajarnya di samping meja kerjaku. Jadi aku tahu dia main /nonton apa saja, juga bisa ingatin kalau mengucap kata yang enggak semestinya

    Reply
  • Rhoshandhayani
    Rhoshandhayani 18 July 2022 at 10:32 am

    Iya tuh, kayaknya Arap deh yang mulai nge-game pake umpatan2 terus. Maksud saya, dia yang namanya tenar banget kala itu. Lalu dijadikan contoh banyak orang

    Tapi untungnya, bukan dia yang menjadi youtuber gaming populer, melainkan Jess No Limit.
    Dia kalau nge-game, gak pernah mengumpat, mainnya santai, pandai berstrategi, dan berhasil menenangkan e-sport.
    di puncak karirnya, dia pensiun dini.

    Lalu sekarang dia pacaran sama siska kohl wkwk

    Reply
  • lendyagassi
    lendyagassi 18 July 2022 at 8:33 pm

    Tulisan kak Andy yang mengambil sudut pandang dari sisi keresahan orangtua akan games online ini mengena sekali.
    Aku suka, kak.
    Menyampaikan dengan kelembutan, tapi pada intinya tetap bermain games harus ada pengendalian diri yang ini adalah kontrol dari masing-masing personal.
    Kalau di anak-anak, sayangnya kontrol ini belum matang dan belum tumbuh.

    Semoga banyak surat terbuka lainnya untuk para gamers.
    Yang intinya, belajar games dengan sungguh-sungguh di LEAD by IndiHome agar bakat terasah, stamina terjaga dan kehidupan di dunia nyata pun berjalan dengan baik.

    Reply
  • Mugniar
    Mugniar 18 July 2022 at 10:52 pm

    Ada salam dari gamer di sini, Tante Andy wkwkwk. Memang umpatan itu .. heran saya, kenapa jadi ciri gamer padahal ada juga gamer yang sopan, tidak ada kata2 umpatan tapi kok ndak ditiru,

    Reply
  • Rizka Amita
    Rizka Amita 19 July 2022 at 9:51 am

    Aku tipe emak yang sampe sekarang belum bisa (misalnya), anakku jadi gamer profesional. Aku tegur kalau lihat anakku misalnya ga beresin barangnya dia, kamar dia, lupa waktu, karena main game. Kalau untuk hiburan sementara boleh. Tapi tidak untuk jangka panjang.

    Reply
  • Ucig
    Ucig 19 July 2022 at 2:45 pm

    Iyaa mba, gamer yg jadikan konten apalagi kontennya lebih ke untuk anak2. Bisa pas lagi mabar ngomongnya itu yg terkontrol.
    Pak suami dan anak aku jg ada jam ngegame. Weekend aja bolehnya 😄 pernah teman skul anak ngajak mabar di weekend. Nggak boleeh pokoknyaa.

    Reply
  • Lidya
    Lidya 19 July 2022 at 3:41 pm

    Kalau lihat orang mabar keluar kebon binatangnay rasanay gregetan banget, memang harua gitu ya, untung sih masih ada gamers yang sopan-sopan juga kok kak.
    Bener banget orangtua kurang suka lihat anaknya sering mabar soalnya khawatit terkontaminasi

    Reply
  • Mia Yunita
    Mia Yunita 19 July 2022 at 6:20 pm

    Ngitungin para gamer di lingkup keluarga, memang nih yg menurutku mengganggu hidup sehat adalah ‘begadang’. Baik mabar atau sendirian. Efeknya itu loh, akhirny mengganggu ke aktivitas harian, seperti kerja & sekolah. Andaikata dijdikan profesi, juga harus tetap tegas dalam ngatur waktu nih para gamers.

    Reply
  • cuma bisa nana
    cuma bisa nana 19 July 2022 at 7:24 pm

    aku tipe emak yg main game ML saat lagi penat atau lagi yg emosi bgt ketimbang meledak2 diluar seringkali dialihkan ke game, tapi tanpa umpat mengumpat loh ya karena tau bgt rasanya diumpat itu gak enak wkwkkw,, gak tau kenapa saat emosi lagi dipuncak adrenalin berpacu lebih cepat biasanya digunakan untuk beberes dll tapi kalau kondisi gak memungkinkan maka game jadi sasaran dan sering kali berakhir Victory atau bahkan MVP 😌😌 ,, tapi ya gess ya berhubung saya ini emak2 beranak pinak yg punya bocah kelas 4 sd dan mulai main game roblox atau apalah namanya, tetap saja jiwa makemak ini gak suka lihat anaknya main game terus,, waahh bisa ngamuk2 lah sy 😤😤 karena sy main game itu tanpa terlihat anak2 kalaupun yg terlihat cuma game cacing doang 😶😶

    Reply
  • Nieke Indrietta
    Nieke Indrietta 19 July 2022 at 11:21 pm

    Dua keponakan saya dan bapaknya (kakak saya) suka mabar, main game bareng. Malah jadi bonding bapak sama anak-anaknya. Lalu kalau keluarga besar gathering, yang pada hobi gaming, pada mabar juga. Keluarga besar saya beda-beda kota dan pulau. Mabar jadi mendekatkan mereka. Saya sendiri suka ngegame, lebih game yang arsitektur gitu seperti The Sims. 😀 Kalo liat YT nya para gamer memang gak jarang nemu yang penuh umpatan sih, padahal mereka public figure lho. Cedih juga kalo liat yang begitu. Untungnya keluarga saya yang doyan game ini “jinak-jinak” gak beringasan. Hahaha.

    Reply
    • Rina Susanti
      Rina Susanti 22 July 2022 at 8:59 pm

      Jaman now game bisa jadi profesi ya asal serius dan profesional

      Reply
  • Andina
    Andina 20 July 2022 at 1:06 am

    Tulisan ini menyuarakan banyak keluhan dari orang sekeliling gamer ya. Saya setuju game bukan ngga ada manfaatnya, harus pilih yang pakai otak juga. Memang umpatan dan kelamaan main itu nomor satu deh yang buat kesal

    Reply
  • ariasetia
    ariasetia 20 July 2022 at 7:59 am

    wah, menginspirasi sekali mba, langkah-langkah yang dilakukan untuk merangkul generasi gamer. Semoga dengan menjadi dekat dengan mereka, akan lebih mudah juga untuk mereka mendengar nasihat kita ya.

    Dari sharing para gamer di berbagai podcast, saya mengambil kesimpulan bahwa profesi gamer bisa menghasilkan, meski besar kecilnya tergantung beragam faktor. Kita juga perlu melihat, umumnya di usia berapa para gamer pensiun dari dunia game. Hal ini yang perlu kita bicarakan dengan para gamer muda, agar mereka mampu merancang masa depannya.

    Main game online bagi saya cukup menyenangkan. Apalagi saat mabar bareng anak-anak. Tahun ini pun saya ikutan menonton live streaming kejuaraan game online dimana Lemon jadi salah satu pemainnya. Senang, gregetan, dag dig dug campur jadi satu 🙂

    Reply
    • lendyagassi
      lendyagassi 20 July 2022 at 6:21 pm

      Besar kecilnya hasil dari main games ini mungkin membutuhkan waktu dan jam terbang yaa..
      Memang usaha gakkan mengkhianati hasil sih ya..

      Reply
  • Dian
    Dian 20 July 2022 at 9:37 am

    Ah iya, tulisan ini mewakili suara hatiku
    Memang kalau bisa diatur dengan baik, menjadi gamer itu cukup menjanjikan ya mbak
    Main game juga punya banyak manfaat

    Reply
  • Rani Retnosari Mantriana
    Rani Retnosari Mantriana 20 July 2022 at 10:31 am

    Iya sih kadang gamer dicap sebelah mata, padahal mungkin kalo diatur sedemikian rupa tetap bisa bermanfaat ya

    Reply
  • Rizky Arya Lestari
    Rizky Arya Lestari 20 July 2022 at 11:35 am

    Tulisan ini mewakili ortu saat ini tentang anak anak yang suka ngegame. makasih banyak mbak artikelnya bermanfaat untuk saya

    Reply
  • hamimeha
    hamimeha 20 July 2022 at 12:16 pm

    Aku rasa di era saat ini segala sesuatu tidak bisa asal menjustifikasi ya. Sebab bisa jadi emamg ada manfaatnya ya macam games ini. Jujur aku sendiri belum familiar dg istolah para gamees jadi ikut pensaran

    Reply
  • Retno
    Retno 20 July 2022 at 12:38 pm

    Anakku suka ngegame, dan memang ada beberapa manfaat yang aku rasakan, terutama saat pandemi kemarin. Banyak terbantu oleh game, diantaranya killing time dan sebagai sarana silaturahmi dengan sepupu-sepupunya yang jauh. Sekarang udah mulai masuk sekolah, dengan sendirinya waktu untuk bermain game berkurang dengan sendirinya walau masih main hehehe..

    Reply
  • Juliastri Sn
    Juliastri Sn 20 July 2022 at 1:02 pm

    Ada sisi positif dan negatif dari game online. Penghasilan mereka bisa banyak dari channel Youtube dan ikut lomba-lomba. Namun alangkah baiknya kalau tata bahasa mereka saat ngegame dibuat lebih sopan sih, supaya anak-anak yang ikut nonton gak ketularan dengan gaya bahasa mereka yang terlalu vulgar. Tulisan ini mewakili keresahan saya sebagai emak juga sih..

    Reply
  • Fanny_dcatqueen
    Fanny_dcatqueen 20 July 2022 at 2:59 pm

    Setuju…. Krn aku pun awalnya jadi ngejudge banyak gamers, ya karena kebiasaan mereka ngucapin kata2 kasar tiap bermain. Trus pernah Nemu, anak yang pas kalah, langsung ngamuk sejadi2nya, sampe ortu nya dipukulin, dan akuga respect samasekali dengan yg begini. Jadi wajar kalo banyak ortu yang ga kepengen anaknya gamers, kalo ujung2nya jadi kebawa kasar.

    Tapi semoga pelan2 yaaa, bisa berubah. Jadi orang yang masih menganggab ini jelek, bisa berubah pikiran juga, kalo ga semua gamers kasar

    Reply
  • Kartika Nugmalia
    Kartika Nugmalia 20 July 2022 at 7:45 pm

    Anak anakku juga udah mulai kenal game nih mba. Dan emang sih biasanya kan mereka lihat dulu tutorial di youtube ya, banyak memang kata umpatan yang bikin saya risih. Akhirnya supaya anak anak juga tetap bisa ngegame, saya kasih batasan batasan, baik dari batasan waktu, penggunaan kosakata yang dilontarkan, maupun aktivitas lain yang juga perlu dilakukan nggak sekedar ngegame aja. Semoga dengan begini, hobby ngegame anak jadi lebih terkontrol ya

    Reply
  • Momtraveler
    Momtraveler 20 July 2022 at 9:02 pm

    Semua hal pasti ada dampak positif dan negatif ya mbak teemasuj juga main game. Selama bisa bagi waktu dan menghasilkan si oke tp klo udah js ketergantungan main ga tau waktu pake mengumpat ish ga banget lah

    Reply
  • Tuty Queen
    Tuty Queen 20 July 2022 at 9:34 pm

    Ponakanku sering banget dimarahin suami karrna mabar, omongannya jadi kasar kalau sudah mabar bahkan penuh umpatan. Makanya sekarang dilarang banget mabar.

    Reply
  • Gusti yeni
    Gusti yeni 20 July 2022 at 9:50 pm

    Anak-anak kalau weekend mabar Alhamdulillah sejauh ini gak berkata kotor, bahasa english semua kebetulan memang sdh terbiasa ngobrol adik kakak dan tmn mabar pake bhs inggris.

    Suamiku doyan banget ngegame maak sejak kuliah, jurusan kuliah sm kerjaan dia beda, dia terjun di IT gara2 games lho. Nah kalau lg stress ngegames nya tambah kenceng buat refresing sama memcari solusi. Bertolak belakang dg aku yg gak suka ngegame

    Awal nikah q BT tp lama2 sadar drpd larinya ke.nongkrong ga jelas atau yg lain, mending ngegame anteng di rumah dan saya bisa pantau yaks, hemat juga ga kluarin uang 😃.

    Reply
  • Okti Li
    Okti Li 20 July 2022 at 10:08 pm

    Ibarat mata pisau, bagaimana si empunya saja. Apakah menggunakan untuk kebaikan atau sebaliknya? Begitu juga dengan game.
    Semoga saja para gamer semakin bijak dan terus berikan manfaat

    Reply
  • Sri Widiyastuti
    Sri Widiyastuti 21 July 2022 at 12:13 am

    seperti dua sisi mata uang, emang main game ada baik dan buruknya ya mbak. nah karena masih ada kebaikan di dalamnya, maka yang potensi baik ini yang perlu ditingkatkan dan dirawat ya mbak. agar para gamer ini tahu arah tujuan bermain game harus ada pengarahan dari orag dewasa dan dukungan tentunya.

    Reply
  • Rani R Tyas
    Rani R Tyas 21 July 2022 at 10:51 am

    Aku dulu pernah gila games juga Mbak, wkwkk.. itu pun yang ngajarin adik. Mulai dari game enteng sampe game perang-perangan dan game virtual. Sayang sekarang perangkat kok tidak mencukupi. Tapi ya bener, orang yang main game itu sebenarnya gak 24 jam main game kok, kadang ya makan, tidur, keluar meski nanti ngegame lagi

    Reply
  • Latifika
    Latifika 21 July 2022 at 10:58 am

    Baca artikel ini jadi inget 2 orang teman SMA ku, pas lagi penjajakan dulu ternyata ibu si perempuan gak setuju karena calon anaknya terlihat gak jelas kerjaannya. Akhirnya gak berjodoh. Sekarang mantan calon anaknya udah jadi youtuber gamer yang punya ratusan ribu subscriber, hehehe.

    Reply
  • Utie adnu
    Utie adnu 21 July 2022 at 3:13 pm

    Apapun Kalo berlebihn gàk baik ya mba.. itu konotasi gamer Karena Lupa waktu … Sebenarnya klo mereka bise mbagi waktu antara makan . ibadah terus sosalisasi maka gamer gàk akan buruk d capnya

    Apalgi klo menghasilkan uang.. bnyk yg gàk Tau Aja soalnya

    Reply
  • Uniek Kaswarganti
    Uniek Kaswarganti 23 July 2022 at 6:38 am

    Tantangan banget nih bagi gamer untuk menjadi lebih baik dalam kesehariannya. Berprestasi plus memiliki perilaku yang santun, naaahh jempol banget deh…

    Reply
  • Susindra
    Susindra 23 July 2022 at 11:30 pm

    Kuncinya memang jangan terlalu fokus bermain game sehingga lupa waktu dan membahayakan kesehatan, ya. Surat ini harus dibaca mereka yaang hobi ngegame secara membabi buta

    Reply
  • Diah Kusumastuti
    Diah Kusumastuti 24 July 2022 at 1:20 am

    Anak sulungku juga suka main game, Mbak. Pas kulihat chat WA nya sama teman ngegame-nya, duh.. banyak kata2 jelek keluar.
    Aku hanya bisa nasehatin terus-terusan, bahwa gak perlu ngomong jelek2 begitu, dan harus berusaha ngilangin
    Memang ada sisi positifnya juga sih kalau mau cari dan melakukannya dengan bener 🙂

    Reply
  • Helena
    Helena 24 July 2022 at 10:09 pm

    huhu … bener mbak Andy, yang ga ku suka kalau mabar itu loh umpatannya. Kenapa sih. Gamers yang youtubers pun gitu padahal ditonton banyak orang, jadi panutan juga kan.
    Main gim, boleh, asal sesuai usia, jaga etika, ingat waktu, dan kewajiban lainnya.

    Reply
  • Faradila Putri
    Faradila Putri 25 July 2022 at 9:25 am

    Anakku salah satu cita-citanya malah jadi gamer hahaha. Memang banyak ya yang jadi gamer sekarang dan melakukan streaming online. Tapi memng harus selalu dikawal anaknya agar tidak melenceng dan mendapatkan pendidikan yang baik juga. Jangan gaming terus 24/7, harus ada dunia lain selain itu hehe.

    Reply
  • Witri
    Witri 25 July 2022 at 3:45 pm

    anakku dulu sempat kularang, sekarang sih aku izinkan tapi dengan syarat ya, udah ngerjain tugasnya dan aku batesin jamnya.
    kalau soal kata-kata mengumpat, anakku malah tahu dari YouTube tentang game gitu, aku manfaatin aja deh itu kata2 kasar yang enggak dibolehin, hehehe
    karena anak aku masih kecil, ya gamenya aku dampingi.

    Reply

Leave a Comment