Yuk Jadi Bagian dari Solusi, Bukan Polusi! Sudahkah kita menjadi bagian dari solusi atas berbagai permasalahan yang berdampak pada perubahan iklim belakangan ini? Atau jangan-jangan, kita malah menjadi satu dari banyak penyebab yang berkontribusi pada semakin parahnya kondisi bumi? Ah, membahas yang begini terkadang membuat teman-teman diskusi menganggap topiknya terlalu berat. Kadang bisa mendapatkan komentar, toh gak hanya kita, yang lain pun punya perilaku yang sama. Ingin pula ikut berhenti memikirkannya, tapi berbagai kenyamanan bersama bumi yang saya rasakan dahulu kala, membuat tanggung jawab untuk peduli kian terasa. Ya, anak dan cucu kita kelak berhak pula merasakan tinggal nyaman di bumi, tanpa kerusakan-kerusakan.
Padahal waktu itu belum begitu lama. Saya masih ingat, kali pertama saya berlibur ke Mataram setelah bertahun-tahun tinggal di Makassar, tepatnya di awal tahun 2009. Bagaimana selimut tebal tersedia di atas kasur di setiap kamar di rumah tersebut, rumah kedua orangtua saya. Sebagai yang tinggal di kota Makassar berpuluhan tahun, saya terheran-heran, “selimut? untuk apa? apa tidak kepanasan pakai selimut?”. Sebab setahu saya, Mataram adalah pusat kota, ibukota provinsi NTB. Masa iya sih di sini dingin? Gak panas kayak di Makassar yang juga ibukota- ya meski ramainya berbeda.
Merindukan Kota Mataram di Masa Silam
Ponsel saya belumlah canggih kala itu. Belum ada fitur cek suhu. Tapi saya ingat betul, hari pertama saya tidur di sana dilalui dengan malam yang panjang super kedinginan. Benar saja, selimut tebat tersebut sangat bermanfaat. Saya malah menambah pelindung dengan memakai kaos kaki, dan jaket. Duh, dingin! Meski masih terheran-heran, di kota macam gini masih bisa merasakan dingin? Ah, kalau begini sih gak perlu pakai AC! Sok banget saya komentar perihal AC, padahal sejak dulu pun tidak pernah merasakan udara di kamar yang terpasang AC.
Hari pertama melalui sejuk eh dinginnya sebuah kota, ditambah siangnya saya menyempatkan diri melewati beberapa sudut kota menggunakan cidomo (semacam dokar). Membuat saya jatuh cinta pada kota ini. Sama sekali tidak panas, tak ada macet, pohon pun menghiasi di kiri kanan jalan. Saya benar-benar lega menghirup udara Kota Mataram. Tak apa, meski mallnya hanya satu- itupun belum cocok sebenarnya disebut mall (berkaca pada pusat perbelanjaan di Makassar). Tapi ternyata saya hanya diizinkan merasakan kenyamanan itu beberapa saat saja. Ya, kini di tahun 2022, saya merindukan kota Mataram di masa silam. Apakah benar selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim?
Perubahan Iklim dan Berbagai Polusi yang Berkontribusi
Entah sejak kapan Kota Mataram yang awalnya membuat saya jatuh cinta pada kesejukan di pusat kota dan segarnya udara di sana, tiba-tiba menyusul berbagai daerah lainnya. Jadi ikutan panas, asap kendaraan di mana-mana, dan lainnya. Kalau dipikir-pikir, makin ke sini ya memang makin banyak terjadi polusi. Setidaknya, berikut beberapa polusi yang berkontribusi pada perubahan iklim- terutama yang saya rasakan di tempat tinggal saya- Kota Mataram.
Polusi Udara
Poin pertama yang sangat saya rasakan adalah polusi atau pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor. Jangan ditanya bagaimana ekspresi terheran-heran saya ketika tahu bahwa hampir setiap rumah yang saya datangi, memiliki jumlah unit motor yang sama dengan jumlah anggota keluarga. Wow! Alasannya sih agar tidak saling mengganggu urusan masing-masing, biar tidak terlambat, dan masih banyak lagi. Saya pernah bercerita di salah satu postingan, bagaimana berjalan kaki menjadi hal yang aneh di sini.
Pencemaran udara tak hanya tentang asap kendaraan bermotor, tetapi juga penggunaan alat elektronik tertentu seperti AC, hairdryer, dan lainnya. Terutama AC, membuat saya teringat bagaimana setiap kali terjadi pemadaman bergilir, maka yang dikeluhkan di media sosial adalah: bagaimana ini? anak saya tidak bisa tidur kalau AC tidak beroperasi. Duh.. sampai pada hal ini saya bersyukur, sejak kecil tak bergantung pada AC.
Polusi Air
Pencemaran air terjadi karena adanya zat-zat polutan yang masuk ke dalam sumber air, diantaranya yaitu limbah, kotoran, dan sampah. Air yang tercemar tentunya akan menimbulkan aroma, serta warna yang tak biasa. Sehingga tidak layak untuk dikonsumsi, dan berpengaruh pada kesehatan. Jangankan dikonsumsi, sekadar bermain-main air di kali saja, mungkin perlu berpikir berkali-kali.
Polusi Tanah
Suatu hari dalam sebuah perjalanan ke rumah keluarga, suami saya menunjuk satu tempat. Di balik bukit ini, ada tumpukan sampah segunung, katanya. Saya tidak pernah melihat langsung, hanya dari postingan di media sosial. Memang benar sampahnya menggunung, aromanya menyebar ke sana-sini begitu kata siapa saja yang posting. Bisa dibayangkan bagaimana tercemarnya tanah di sekitar sana? Terlebih lagi lokasinya tak begitu jauh dari garis pantai. Bagaimana kalau terjadi longsor, banjir, dan lainnya? Sampah sebanyak itu mau dibawa ke mana? Ah, saya jadi menengok kembali, apakah cara pengelolaan sampah rumah tangga saya sudah tepat adanya? Atau jangan-jangan turut berkontribusi jadi satu diantara jutaan tumpukan sampah di sana?
Dampak Perubahan Iklim dan Kesadaran Kita yang Minim
“Kok cuaca sekarang gak bisa ditebak ya? Lagi panas, eh tiba-tiba turun hujan deras..”
Tidak hanya itu, cuaca yang ekstrim dan sulit ditebak ini pun berpengaruh pada kondisi kesehatan kita sebagai manusia. Jangan heran kalau tiba-tiba jadi banyak yang gampang sakit. Hujan yang terus menerus, selain menyebabkan terjadinya banjir, juga menimbulkan masalah penyakit. Demikian pula kekeringan dalam waktu yang lama, menyebabkan terjadinya kebakaran lahan yang berdampak pula pada gangguan penglihatan pun pernapasan.
Ngapain sih ribet-ribet membahas topik berat macam perubahan iklim gini?
Nyatanya memang seberat itu. Perubahan iklim tidak hanya menjadi obrolan berat di berbagai kanal berita. Sekarang segala sesuatunya menjadi sangat dekat, kita sebagai manusia sudah merasakan berbagai dampaknya. Dampak perubahan iklim, mulai dari terjadinya banjir, kebakaran hutan, timbulnya penyakit, dan sebagainya sudah berlangsung di berbagai tempat. Apa kabar dengan kesadaran kita? Adakah sedikit timbul rasa peduli pada kehidupan saat ini, pun pada yang dihadapkan ke anak cucu kelak?
Yuk Jadi Bagian dari Solusi, Bukan Polusi!
Jadilah bagian dari solusi, bukan polusi. Kalimat ini saya temukan di berbagai kegiatan maupun gerakan, yang digalakkan oleh mereka yang peduli akan kondisi bumi yang kian memprihatinkan. Ya, #UntukmuBumiku , saatnya aku, kamu, kita, menjadi bagian dari solusi mengurangi dampak perubahan iklim. Bukan kemudian turut berkontribusi atas terjadinya berbagai polusi. Tak apa dimulai dari diri sendiri, dari langkah yang kecil. Sebab bukankah langkah kecil tersebut, yang dilakukan dari diri masing-masing kita, kelak akan menjadi sesuatu yang besar? Lantas, apa yang kemudian bisa kita lakukan?
1. Bijak dalam Menggunakan Kendaraan Bermotor
Dari dulu rasanya saya paling sewot soal ini. Entahlah, menurut saya, kalau lokasi yang dituju jaraknya masih bisa dituju dengan berjalan kaki/bersepeda, yuk ah jalan kaki saja. Selain jauh lebih sehat, tentunya juga mengurangi polusi kendaraan bermotor kan? Bagi masyarakat yang di daerahnya tersedia transportasi publik, ada baiknya gunakan transportasi publik dibanding kendaraan pribadi. Intinya, sebisa mungkin bijaklah menggunakan kendaraan bermotor ya temans~
2. Kelola Sampah Dimulai dari Rumah
Mulailah bijak mengelola sampah yang dihasilkan dari rumah. Caranya tentu saja dengan mengurangi sampah tersebut. Coba deh dipikir-pikir, betapa banyak barang tidak terpakai yang hanya memenuhi rumah? Brosur-brosur pameran, produk-produk kemasan lucu berukuran kecil yang justru bikin banyak sampah, atau yang lainnya. Jadi sebelum memilah-milih sampah, tentu saja semuanya bermula dari bagaimana kita mengurangi sampah yang dihasilkan terlebih dahulu.
3. Hemat Energi Listrik
Emang sih, yang bayar tagihan listrik kan kita sendiri. Tapi kalau tagihannya bisa dikurangi, sekaligus berdampak baik pada bumi. Kenapa nggak? Hal ini bisa dimulai dengan menggunakan peralatan listrik seperlunya, mencabut kabel dari stop kontak ketika tidak digunakan, tidak membiarkan alat elektronik menyala saat tidak digunakan, mengatur sirkulasi udara sehingga tidak melulu bergantung pada penggunaan AC, dan masih banyak lagi.
4. Jaga Kelestarian Hutan
Hutan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi polusi dan perubahan iklim. Lantas bagaimana cara kita menjaga kelestarian hutan? Apakah mesti sering-sering masuk ke hutan gitu? Oh tentu saja tidak begitu konsepnya temans, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, misalnya dengan mengurangi penggunaan kertas. Sebab tahu gak sih, kertas itu dibuat dari serat yang terdapat dari kayu lho. Jadi semakin banyak kertas yang diproduksi, semakin banyak pula pohon yang ditebang. Hiks.
Pentingnya Kolaborasi sebagai Solusi Memerangi Polusi
Asap yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, limbah pabrik, kebakaran hutan, serta berbagai penyebab lainnya, membuat #SelimutPolusi kian menebal, yang kemudian menjadikan bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Butuh kerja kita bersama untuk memeranginya. Menyiapkan bumi yang lebih layak menjadi tempat tinggal anak cucu kelak. Kolaborasi menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Pemerintah perlu berkolaborasi dengan para pegiat lingkungan untuk dapat mengedukasi masyarakat. Demikian pula produsen-produsen kendaraan bermotor, pun alat elektronik, harus mulai memikirkan bagaimana menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Tidak hanya memikirkan keuntungan semata. Yuk, bersama jadi #TeamUpForImpact !
Ah, andai saya memiliki kesempatan untuk membuat kebijakan dalam upaya mengurangi polusi demi mengatasi perubahan iklim, maka hal tersebutlah yang akan saya lakukan. Kalau teman-teman sebagai #MudaMudiBumi , bakal melakukan apa nih?
Aku di Banjarnegara yang dikelilingi banyak bukit saja sekarang cuacanya enggak menentu, Kak. Sering hot2 pop. Padahal enggak ada laut di sini, lho.
Kolaborasi untuk memerangi polusi memang sudah seharusnya kita lakukan ya, Kak. Semoga kita bisaaa!
Apa ini tanda kiamat sudah dekat ya mbaaa
๐ถ๐
Kayak orang tuh banyak yg abai, dan engga mau tau alias bodo amat dgn komdisi planet Bumi yg seperti ini.
Bahkan banyak yg ambil.untung dgn merusak alam ๐ฐ๐ฅ
Banyak musibah yang terjadi disebabkan ulah tangan manusia. Kebakaran hutan, banjir, tanah longsor dan sebagainya… Asap pabrik berkeliaran ke mana2 ya g kadang tak tentu arah dan tempatnya. Mudah2an kita mampu mengatasi dengan niat baik lebih menyayangi bumi agar asri tempat kita hidup di dunia ๐
bener banget mba.. banyak yang bisa kita lakukan untuk menghindari berbagai man – made disasters ini ya. Ayo beri perhatian bagi bumi tercinta
Polusi sama solusi. Cuma beda satu huruf konsonan tapi maknanya uda beda banget. Pilihan ada di kita nih, mau jd teamimpact buat polusi (uuuugh) atau teamimpact utk solusi (yess).
Sejujurnya aku skrg uda ga tahan dingiiiiin. Bahkan tidur di makassar pun aku tahan ga pake ac. Makanya tiap pulkam mesti tidur dg selimut tebeeel. Tp kalopun di daerah dg hawa sedang – panas, ya emoh kalau yg polusi ya kan…
Sering merasa berdosa kalo memyaksikan polusi tu. Khususnya saat mengingat diri ini masih belum mampu memberi kontribusi untuk melakukan perbaikan.
Kita bisa ikut berkontribusi mulai dari skala kecil, dari dalam rumah sendiri untuk mengatasi polusi ini. Ternyata dengan bijak menggunakan listrik pun udah bantu banget kaaan… apalagi kalau dilakukan serentak seluruh dunia gitu deh.
Bener, Mba perubahan iklim berasa banget yaa. Di Depok dulu hawanya dingin seperti di puncak. Kini Depok ga jauh beda sama Jakarta. Sudah mulai panas, ditambah makin macet jadi udaranya ga sesegar dulu lagi krn banyak polusi
Saya pernah ke Mataram dua kali di tahun 1997 dan 1999 dan sejuk bahkan cenderung dingin…sekarang panas ya..duh
Memang ya Selimut Polusi kian menebal, menjadikan bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim maka kita semua mesti atasi dengan solusi agar ga makin parah lagi
Sekarang kalau mau jemur baju – kalau pagi udah berasa panas langsung buru-buru dikeluarkan – soalnya ga lama kemudian pasti langsung breeesssss hujan!
Iya nih, sejak perubahan iklim mulai ekstrim, banyak banget banjir bandang tanpa sebab, longsor dan banjirnya tu kayak tsunami kecil ๐
Kalau di daerah kabarnya malah ada juga bahaya kebakaran hutan, dan itu pasti menjadi penyebab timbulnya bebrapa penyakit
Semoga ke sininya semakin timbul rasa peduli pada kehidupan
Iya mbak Andy, memang ini juga jadi concernku, pengen ajak anak2 untuk jaga lingkungan, supaya nanti mereka lebih menghargai lingkungan dan menjaga. Kalau ngga dari diri sendiri, ngga akan pernah berhasil menjaga lingkungan kita.
Sedih.. jadi panas ya mba. Beberapa thn lalu klo kredit kendaraan tuh nggak semudah sekarang. Yg kota besar makin2 polusinya. Hiks..malah aneh ya jalan kaki, pdhl sehat dan menyehatkan. Ku sukaaaa
Saatnya beralih menggunakan kendaraan umum karena itu salah satu wujud mengatasi krisis perubahan iklim.
Edukasi yang bagus untuk kita semua yang masih aja menganggap isu lingkungan tuh isu yang berat. Padahal kita semua bisa ambil bagian meski sekecil apapun hal yang kita lakukan.
Terimakasih kak Andy.. Suka banget sama penyampaiannya yang lugas.
Kita mesti selalu memerhatikan lingkungan demi kesehatan diri sendiri dan keluarga. Bisa mulai dengan melakukan hal-hal kecil dan sederhana kayak contoh di atas
Iya kota kayak Sukabumi dulu dingin banget sekarang makin padat dan panas, sedih kalau dikenang, aku masih harus belajar tentang pengelolaan sampah ni huhu sampahku masih bejibun
Kalau udah musim hujan seperti ini, dampak perubahan iklim yang paling kerasa ya mbk. Banjir, longsor, banjir bandang, ๐
Sekecil apapun usaha kita, semoga ada hasil yang baik bagi bumi
Iya, polusi adalah tanggung jawab kita bersama
Makanya kita harus menjadi bagian dari solusi
Mengatasi masalah polusi ini ya mbak
Melakukan langkah kecil namun berdampak
Dulu tinggal di Jagakarsa masih asri banget yang deket Cilandak dan mengalami perubahan karena banyak bangun, di Depok juga, sekarang balik lagi ke Jagakarsa tapi beda lokasi. Masih asri banget, semoga masyarakatnya terus menjaga alam ini dengan baik
Bukan hanya kota Mataram saja yang berubah mbak. Kota Magelang kampungku pas aku kecil juga sejuk dan dingin. Sekarang berpuluh tahun kemudian tidak sesejuk dan sedingin dulu .
Setuju sekali mba. Dimulai dari hal.kecil seperti bijak membuang sampah rumah tangga sendiri. Ini sangat sangat berpengaruh untuk bumi kita
Semoga makin banyak yang peduli
Tidak sekadar ikut kegiatan demi kepentingan pribadi
Bumi itu kewajiban kita menjaganya hingga maut
Kasihan anak cucu kelak jika sudah tak layak huni karena masalah polusi
PR kita untuk memperbaiki dan menjaga lingkungan kayanya banyak banget ya Mak. Tapi aku juga sadar kalau perubahan ke arah yang lebih baik nggak harus nunggu massive campaign dulu untuk memulainya. Dimulai dari kita sendiri dengan membiasakan hal-hal kecil seperti mengurangi konsumsi sampah plastik dan mencoba untuk mengurangi penggunaan bahan bakar dengan menggunakan transportasi umum. Semoga pemerintah juga bisa lebih fokus ke pengembangan infrastruktur moda transportasi umum supaya kita juga bisa lebih nyaman untuk menjalani perubahan ke arah yang lebih ramah lingkungan.