Momen Ramadan Seharusnya Selalu Indah. Dari berkali-kali pertemuan, adakah momen ramadan yang tak terlupakan? yang menurut kita sangat indah. Kalau ada, di tahun kapankah itu? Coba dihitung, sudah ada berapa kali pertemuan kita dengan bulan ramadan? Bulan yang sungguh indah, bulan penuh berkah. Kemudian tanyakan lagi diri ini, bagaimana ramadan demi ramadan itu kita isi? Adakah semakin banyak amal sholeh yang dikerjakan? Adakah terjadi peningkatan setiap tahunnya atau jangan-jangan penurunan? Semoga tidak ya, karena sesungguhnya kita harus belajar terus untuk menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya.
Iya, setiap harinya. Bukan saat ramadan saja. Hari ini, haruslah lebih baik dari kemarin. Esok, harus lebih baik dari ini. Masih ingat kan tugas kita di dunia, untuk apa kita diciptakan? Tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, maka tolak ukur baik tidaknya kita setiap hari, setiap ramadan, apakah ada peningkatan kita dalam beribadah, dalam melakukan amal sholeh? Sebab momen ramadan seharusnya selalu indah, ketika kita isi dengan sebaik-baiknya ibadah, hubungan baik dengan manusia dan makhluk lainnya.
Ramadan Selalu Indah
Ramadan ini mungkin berbeda, ada keluarga yang sudah tiada, sudah lebih dulu meninggalkan dunia. Kita sepintas mungkin bersedih, merasa ada yang kurang. Seharusnya begini, seharusnya begitu. Demikian kita bergumam, menerka-nerka, merasa menjadi si paling tahu segalanya. Padahal Allah SWT lah yang Maha Mengetahui, sebaik-baik perencana. Maka singkirkan segala gundah gulana itu, fokus pada rasa haru, bahagia, masih diberi kesempatan kembali bertemu ramadan. Isi dengan sebaik-baiknya ibadah, amal sholeh. Sembari tak lupa mendoakan mereka semua yang telah lebih dulu berpulang. Bukankah doa adalah sebaik-baiknya yang kita berikan pada mereka yang sudah tiada?
Bayangkan betapa indahnya mendengar malam-malam ramadan dengan suara shalat tarawih berjamaah, rumah-rumah yang terdengar sibuk bangun makan sahur, atau kebiasaan kita berlomba-lomba mengejar pahala dengan tilawah dan qiyamul lail. Kemudian di akhir ramadan nanti, masjid dipenuhi oleh mereka yang giat mengerjakan i’tikaf, Masya Allah. Sungguh suasana yang indah, yang akan selalu kita rindukan, yang senantiasa kita sematkan dalam doa, agar kelak dipertemukan lagi dengan ramadan.
Momen Ramadan Tak Terlupakan
Mengingat betap ramadan sangatlah indah, dan memang sudah seharusnya seindah itu. Saya jadi berpikir keras menuliskan ini, tentang momen ramadan tak terlupakan. Ada kah? Bukankah seluruh momen ramadan yang terjadi hingga sekarang, sulit dilupakan? Saya masih ingat, seorang Andy Hardiyanti kecil yang bersemangat sekali menjalankan ibadah puasa, mengisinya dengan tilawah mengejar target khatam Al-Qur’an, mengikuti aneka lomba yang diselenggarakan di sekolah maupun masjid dekat rumah. Saya masih ingat bagaimana perempuan kecil itu excited membantu mama membuat kue kering di malam hari, terutama kue keju (kastengel), tidak lain agar bisa mendapatkan kesempatan ngemil keju batangan itu. Masih ingat pula, sereal coklat yang menjadi salah satu menunya jika ia berhasil berpuasa, ah..sekotak makanan itu, sekarang bisa dibelinya dengan uangnya sendiri, tak perlu berhasil berpuasa dulu. Tapi justru itu yang membuat momen ramadan demikian indah, kan?
Kemudian tahun demi tahun setelahnya, diceritakannya pada dua putri kecilnya betapa ia seberusaha itu untuk mendapatkan sereal coklat. Sereal coklat yang kini oleh kedua anaknya, bisa disantap kapan saja. Dibeli untuk dijadikan bekal sekolah atau sekadar camilan di rumah. Lagi-lagi, usaha mendapatkan sereal coklat itulah yang menjadikan ramadan kali itu punya cerita indah kan? Demikian pula ramadan-ramadan berikutnya.
–
Jadi apakah ada momen ramadan yang tak terlupakan? Maka jawabannya, ada, selalu ada, dan nyaris semua. Sebab momen ramadan memang seharusnya selalu indah, kan?
No Comments