Kaleidoskop 2021, Mengapa Waktu Rasanya Kian Singkat? Kaleidoskop 2021 adalah rangkuman yang dibuat untuk mengingat kembali apa saja yang telah terjadi selama setahun ini, indah maupun tidak. Tepatnya segala hal yang berkaitan dari awal hingga akhir tahun 2021. Tujuannya tidak lain sebagai bahan refleksi, renungan, bentuk syukur, atau apapun namanya. Dengan harapan, di tahun yang akan datang, hal-hal yang buruk dahulu bisa diperbaiki. Demikian pula kebaikan yang pernah ada, kiranya dapat dipertahankan atau ditingkatkan lagi. Konsepnya sederhana, tapi kalau dibawa overthinking, jadinya berat juga. Eh saya ini lagi ngomong apa?
Berbeda dengan resolusi, yang dibuat sebagai sebuah rencana atau target di masa yang akan datang. Maka kaleidoskop lebih kepada merenungi pun melihat kembali hal-hal yang telah terjadi selama 365 hari belakang ini. Saya pribadi merasa cukup sulit mengingat, terlebih lagi jarang sekali ada catatan-catatan kecil saya buat. Kalaupun ada, maka beberapa postingan blog dan foto-foto yang ada di galeri smartphone yang bisa menolong. Menolong mengembalikan saya pada memori-memori dari setiap tulisan dan gambar di sana. Mengapa waktu rasanya kian singkat? Apa hanya saya, ataukah teman-teman juga merasakannya?
Berdamai dengan Masa Pandemi
Bisa dikatakan, tahun ini adalah tahun kedua masa pandemi di Indonesia. Sadar atau tidak, rasanya situasi pandemi dengan segala perubahannya membuat waktu berjalan lebih singkat. Mungkin karena kita disibukkan dengan segala aktivitas yang berlangsung di rumah saja, pun sibuk berpikir dengan solusi pembelajaran daring. Kita pun fokus berpikir bagaimana agar bisa tetap sehat dan bertahan di masa yang serba sulit pada 2020-2021 kemarin. Meski kondisi sekarang jauh lebih tenang, rasanya sulit untuk lupa bahwa ada banyak nyawa yang berpulang akibat kondisi pandemi. Sebagian dari mereka, adalah orang-orang yang saya kenal. Ketika kita merasa waktu ini berjalan singkat, ingatlah bahwa bagi mereka yang kehilangan sosok yang terkasih, tentu saja ini menjadi tahun yang berat.
Perpisahan dan Pertemuan
Demikianlah hidup, ada pertemuan, ada pula perpisahan. Saya menuliskan perpisahan lebih dulu, karena dalam hal ini setahun belakang memang saya harus merasakan banyak sekali kehilangan. Berpisah dengan mereka yang saya sayangi. Salah satunya tentu saja Bapak. Disusul kemudian tutup usianya Prof Sedja, sosok yang sangat berkesan, yang membantu saya keluar dari penyakit TBC bertahun-tahun yang lalu. Serta berbagai kabar berpulangnya mereka, orang-orang yang saya kenal. Kita menyebutnya dengan ‘perpisahan’, meski tentu saja tidak demikian adanya, sebab kematian adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya kelak di akhirat. Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan bisa bertemu dengan mereka yang tersayang suatu saat nanti.
Saya kehilangan Bapak di bulan Maret kemarin. Kemudian beberapa bulan setelahnya, du orang kakak saya menikah. Ada pertemuan, ada kehadiran orang-orang baru dalam keluarga ini. Betapa hidup demikian warna-warninya, kan?
Serba Online dan Stay at Home
Saya pribadi mungkin sudah biasa dengan apa yang dianjurkan oleh pemerintah di masa pandemi dua tahun terakhir, yaitu di rumah saja. Kalau pun harus turun meliput sebuah acara, paling sekali-sekali saja. Pekerjaan saya memang bisa dikerjakan di mana saja, asalkan tersedia laptop dan akses internet. Maka di rumah pun tak masalah. Jadi bagaimana rasanya ketika mendapat anjuran/aturan tersebut? Ada suka dan dukanya. Sukanya ya karena tidak kaget, sebab memang biasanya sudah seperti ini. Dukanya? Kalau disebut bosan, bisa jadi. Namanya juga sehari-harinya bekerja di rumah, kerja online, terus harus begini sampai kapan? Tapi kalau bosan, bukankah solusinya cari pekerjaan yang lain ya? hahahah.
Oh ya, seperti halnya di tahun 2020 lalu, tahun 2021 pun kurang lebih sama. Segalanya jadi serba online. Para guru di sekolah dasar yang mungkin masih asing dengan pembelajaran online, mau tidak mau harus belajar bagaimana menggunakan gmeet dan zoom. Mereka yang masih terbiasa dengan menandatangani dokumen secara langsung, harus belajar penggunaan DocuSign maupun Privy. Termasuk juga urusan kebutuhan rumah tangga, misalnya saya yang perlu belanja sayur online di Lombok melalui aplikasi.
Tenang dengan Akses Internet 24 Jam
Untungnya selama setahun belakangan ini yang menuntut banyak hal dilakukan secara online, saya gak perlu ribet sama urusan internet. Soalnya ada paket Smartfren Unlimited, yang tentunya bisa jadi #TemanBukaPeluangmu. Gimana gak, paketnya tuh bisa digunakan pada semua aplikasi, serta berlaku di semua jaringan Smartfren, tinggal pilih deh paket yang sesuai kebutuhan. Ada Unlimited Harian (1 hari), Unlimited Mingguan (7 dan 14 hari), dan Unlimited Bulanan (28 hari).
Selain bebas pilih paket, ada banyak pula keuntungan yang ditawarkan, diantaranya: gratis telepon sepuasnya ke semua nomor Smartfren, bebas akses semua aplikasi kapan dan di mana saja, ada extra Unlimited Malam Internet Full Speed yang berlaku pada pukul 01.00 hingga 05.00 WIB, serta kemudahan registrasi dan pembelian paket Unlimited, yang dapat dilakukan melalui aplikasi mySF atau melalui *123#. Asyik banget kan?
–
Semoga dengan kemudahan akses internet tersebut, kelak di tahun 2022 saya bisa lebih mengasah kreativitas, belajar lebih banyak hal, serta dapat menebar sebanyak-banyaknya manfaat dari apa yang telah saya pelajari. Bukankah fungsi kemudahan internet sudah seharusnya demikian? Yuk, akses internet tanpa batas dan jadikan Smartfren sebagai #TemanBukaPeluangmu
No Comments